Memasuki Jeram Golden Gate (Dokpri)
Karena tidak membawa
gopro, atau
drone, dokumentasi video dan photo hanya bisa dilakukan di spot-spot tertentu seperti di atas jembatan dan di delta "golden gate". Operator menyediakan orang untuk membantu mengambil foto atau video. Tentu saja jangan lupa memberikan tip untuk fotografer lokal.
Jeram-jeram sulit yang disebutkan tadi, saya lalui dengan rasa tegang tapi kemudian membuncah senang di hati. Betapa tidak, setiap kali perahu mengarungi jeram kami serentak berteriak (baca: mengurangi rasa tegang he he he). Saat berhasil melewati rintangan, dayung diangkat sambil berteriak horee...(inilah keseruannya).
Saya, Pandu dan Pak Alo secara bergantian mengalami jatuh dari perahu. Kesigapan dan ketrampilan skipper dalam menarik kembali ke perahu, patut diacungi jempol. Badan besar Pandu pun kuat mereka angkat masuk ke perahu. Kami mengalami jatuh dua kali di beda spot. Yang saya amati, setiap kali perahu menabrak batu, pasti ada yang jatuh. Bukannya trauma tetapi terasa asyik dan memuaskan, setelah jatuh dari perahu.
Finish Desa Tangkunei (Dokpri)
Akhirnya kami tiba di titik akhir di bawah jembatan Tangkunei. Mobil pickup yang sekaligus membawa fotografer, sudah siap menunggu kami. Perahu kemudian dikempeskan dan dimasukkan ke dalam pickup. Setelah semua masuk ke bak pickup, kami dibawa ke lokasi start di Timbukar. Hampir 30 menit tiba di lokasi
basecamp Manado Rafting.
Untuk 6 orang yang ikut rafting di Timbukar, kami merogoh kocek sebesar 2 juta, sudah termasuk tip untuk para pemandu, fotografer, minuman teh dan kopi. Oh ya. di sekitar itu, tidak ada rumah makan, disarankan untuk membawa makan sendiri.
Salam KOTEKA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya