Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Liburan Natal di Pantai Jepara

28 Desember 2017   07:23 Diperbarui: 28 Desember 2017   08:21 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Difoto oleh pemilik homestay (dok pribadi)

"Om liburan Natal ke Jepara, mau?" begitu ajakan Kakak saya lewat WA. Saat itu saya masih berada di Tomohon. Sejenak ajakan itu tidak langsung saya jawab. Justru di benak saya, muncul pertanyaan, "Kok ke Jepara sih?"

Setiap kali menyebut Jepara, saya selalu teringat dua ikonik kota ini. Yaitu, Raden Ajeng Kartini, pencetus emansipasi perempuan Indonesia jdan sentra industri ukiran kayu jati yang konon telah melegenda hingga tembus ke pasar global seperti Eropa.

Museum Kura-kura, dok pribadi
Museum Kura-kura, dok pribadi
Selebihnya, Jepara hanyalah kota yang terletak di Pantai Utara Jawa Tengah. Oh ya, untuk berwisata ke kepulauan Karimunjawa, wisatawan menggunakan kapal Fery Siginjai atau kapal Ekspres Bahari dari pelabuhan Pantai Kartini Jepara.

Tak banyak yang tahu bahwa Jepara terkenal dengan kain tenun Troso yang tak kalah kualitasnya dengan kain batik. Di samping itu, saat ini, Jepara menggeliat dengan destinasi wisata pantainya. Sebut saja, Jepara Ourland Park, Wisata Pantai Teluk Awur, Wisata Bahari Pantai Bandengan dan Anjungan Pantai Kartini. Di musim liburan, wisata pantai ini selalu ramai dikunjungi rombongan wisatawan dari luar daerah.

Teras Villa Isabella Putri (dok pribadi)
Teras Villa Isabella Putri (dok pribadi)
Senin siang itu (25/12) mobil abu-abu metalik yang kaca belakangnya ditempel stiker "Community Datsun Go Semarang" dengan nomer 318, sudah menunggu saya di halaman rumah. Lalu saya pun bergabung bersama kakak saya, isteri dan satu anak perempuannya untuk berangkat ke Jepara.

Lepas dari Jatingaleh, mobil memasuki TOL Gayamsari dan keluar ke arah kota Demak. Sekarang bayar TOL sudah tidak bisa tunai lagi, harus menggunakan kartu non tunai. Jarak tempuh Semarang ke Jepara sekitar 2 jam.

Setibanya di Jepara, kami langsung menuju homestay yang sudah kami booking. Mencari homestay Villa Isabella Putri berlabel B&B (Bed and Breakfast) di Teluk Awur tidak sulit. Setelah sampai di jalan Welahan, kami berbelok ke kiri melewati desa Troso. Desa ini terkenal sebagai desa wisata kerajinan Tenun Troso. Menyusuri desa ini, kami disuguhi banyaknya "outlet" yang menjual aneka kain tenun. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.

Difoto oleh pemilik homestay (dok pribadi)
Difoto oleh pemilik homestay (dok pribadi)
Selepas desa Troso, mobil belok ke kanan dan mengarah ke desa Tahunan. Desa Tahunan oleh pemerintah setempat, ditetapkan sebagai desa wisata yang mengandalkan aneka ukiran kayu jati khas Jepara. Tak heran di kanan kiri jalan desa ini, terdapat "workshop" yang menjajakan seni ukir kayu jati. Kebanyakan bentuk ukiran kayu jati berupa "furniture modern" yang siap untuk diekspor.

Saat tiba di perempatan Karang Bagusan, kami memperhatikan papan petunjuk. Jika lurus menuju pusat kota dan pantai Kartini. Jika ke kanan, kembali ke Semarang. Sedangkan jalan ke kiri menuju ke Teluk Awur. Di perempat jalan itu, saya melihat papan reklame yang mempromosikan villa-villa penginapan di sekitar pantai Teluk Awur.

Mobil belok ke kiri dan mencari di mana lokasi Homestay Villa Isabella Putri. Tak kurang dari 10 menit, kami sudah tiba di homestay milik orang Italia, bernama Roberto. Homestay milik Roberto ini bukan satu-satunya penginapan di Teluk Awur. Sepanjang pantai Teluk Awur banyak terdapat penginapan, cafe serta pantai rekreasi yang disukai wisatawan domestik untuk berenang.

Siang itu terik matahari cukup menyengat badan. Jam menunjuk angka 12 lebih. Turun dari mobil kami disambut ramah oleh Anita Isabella, putri peranakan Italia dan Jawa, pengelola homestay.

"Mohon bersabar ya. Kamar sementara dibereskan dan diganti sprei. Tamu baru saja check out" kata Anita dengan senyum ramahnya.

"Kalau begitu kami cari makan siang dulu lalu kembali ke sini lagi" ujar Evalien menanggapi jawaban Anita di teras atas depan kamar tempat yang kami sewa.

Tangga menuju kamar (dok pribadi)
Tangga menuju kamar (dok pribadi)
Homestay ini sudah terkenal dan mudah dicari di internet. Harga per malam per kamar dipatok sekitar 300 ribu. Bahkan beberapa operator penginapan on line sudah mempromosikan homestay ini dengan harga lebih  bersahabat. Berbekal informasi di internet, kakak saya jauh-jauh hari sudah booking untuk semalam.

"Baru tiga bulan lalu kami buka untuk umum. Semula hanya dipakai untuk rumah pribadi kami. Lalu kami coba pasarkan lewat internet. Rupanya mendapat sambutan luar biasa dari tamu. Mungkin rumah kami ini unik bergaya rumah Itali dan memiliki view menghadap laut dan berada di pinggir pantai" ungkap Anita dengan polosnya.

Kembali kami mengandalkan Google untuk berburu kuliner di Jepara. Dari sekian banyak resto yang kami dapatkan, Yam Yam Resto di jalan pantai Karang Kebagusan, menjadi pilihan kami. Bukan karena lokasinya yang dekat dengan homestay, ya kurang dari 10 menit, tetapi pilihan menu makanannya bercitarasa Thailand dan Western.

Arsitektur resto ini didominasi oleh perabotan ukiran jati tua dan menyuguhkan view laut Jepara yang dilengkapi dengan kolam renang. Konon, saat menjelang matahari terbenam, suasana resto ini makin romantis dengan nyala pelita di setiap meja.

Tak terlalu lama menunggu, pesanan makanan dan minuman kami sudah ada di atas meja. Lalu kami menyantap sambil memandang laut pantai Karang Kebagusan.

Yam Yam Restoran (dok pribadi)
Yam Yam Restoran (dok pribadi)
Setelah perut tak lagi keroncongan, kami kembali ke homestay. Setibanya di homestay, kami rebahkan badan di atas kasur empuk dan terasa sejuk oleh pendingin ruangan.

Fasilitas kamar kami cukup lengkap. Selain AC, tersedia dua bed satu ukuran besar satu ukuran kecil, TV dan kursi sofa panjang. Kamar mandi shower dan toiket, terpisah. Di depan kamar, terdapat teras dengan meja kursi untuk santai sambil makan.

Di lantai dua villa ini, terdapat dua kamar besar. Sedangkan di lantai bawah dipakai untuk kamar, dapur dan ruang tamu keluarga. Di sebelah rumah, terdapat dua pondok bergaya rumah Sede Lombok. Di dalamnya ada tempat tidur dan kamar mandi.

Pagi harinya, Mia ibunya Anita, menyiapkan roti dan omelet untuk sarapan pagi kami. Sebelum sarapan, jalan pagi menyusuri pantai dari homestay hingga ujung Barat. Sayangnya, sampah-sampah plastik mengotori bentangan pantai dan mengakibatkan air laut berwarna kecoklatan.

Sebenarnya kami ingin menginap semalam lagi di Villa Isabella. Tapi ibu Mia menjelaskan bahwa sudah ada yang booking. Karena itu kami mencari penginapan lain di sekitar pantai Bandengan sebelah Timur Jepara.

Di pantai Bandengan, banyak pilihan penginapan dengan harga standard mulai dari 600 ribu. Dengan cara "go show" kami akhirnya memilih penginapan yang memiliki kolam renang dan viewnya langsung ke laut. Nama hotelnya d'Season Premiere. Katanya, hotel in baru dibuka lebaran lalu bersamaan dengan yang ada di Karimunjawa.

D'Season (dok pribadi)
D'Season (dok pribadi)
Memang asyik menginap di hotel ini. Saya bisa menikmati suasana matahari terbenam dengan langit jingganya dari pingggir pantai berpasir putih. Di situ, tersedia kursi pantai, ayunan dan sebuah perahu tertambat di pantai. Di perahu kayu inilah saya berfoto ria dalam suasana matahari terbenam. Hembusan angin Barat makin membuat kami betah bersantai di sini.

Tak jauh dari lokasi hotel, saya bisa kuliner di sekitar pantai Bandengan. Untuk memasuki kawasan Pantai Bandengan, setiap pengunjung dikenai 10 ribu rupiah. Kami singgah di Ikan Bakar Bu Sri kuliner khas Bandengan.

Tersedia ikan kakap, ikan bawal, ikan kerapu, ikan baracuda, ikan baronang. Udang dan kerang juga ada. Sebelum dimasak ikan yang telah dipilih, ditimbang untuk menentukan berat ikannya. Yang sedang populer di Jepara, adalah olahan ikan "pindang serani" mirip kuah asam di Manado.

Kerang dan Pindang Srani Baracuda (dok pribadi)
Kerang dan Pindang Srani Baracuda (dok pribadi)
Untuk makan siang, kami pilih ikan Baracuda dengan berat 1,5 kg dimasak dua macam yaitu pindang serani dan digoreng. Selain itu 1 porsi kerang rebus, kami pilih untuk makan siang. Dengan lahapnya kami habiskan makanan kami.

Selain di Teluk Awur dan Pantai Bandengan, kami juga menyempatkan diri singgah di Museum Kura-kura Pantai Kartini. Naik kendaran Odong-odong keliling Pantai Kartini dan Pantai Bandengan, menjadi pilihan favorit wisatawan, selain berenang di pinggir pantai. Wisatawan juga bisa naik perahu dari Pantai Kartini ke pulau Panjang untuk berziaroh ke makam Syeikh Abu Bakar Ba'alawy.

Ternyata menginap dua malam di penginapan pinggir pantai Jepara, cukup menyenangkan. Suasana alam pantai, fasilitas tempat hiburan di pantai serta tersedianya aneka kuliner, makin melengkapi asyiknya liburan di pantai Jepara.


Selamat Natal bagi yang merayakan dan selamat berwisata bagi yang sedang berlibur. Salam Koteka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun