Trailer Film "2014", Siapa Di Atas Presiden, diputar melalui ponsel pintar. Beberapa siswa, dari klub jurnal Losnito, memperhatikan trailer itu atas ajakan Rahabi Mandra. Beberapa siswa yang diajak menonton menyimak dengan mata sedikit melotot tanpa suara. Sebagian siswa duduk lesehan di lantai di ruang tamu Wisma Lokon. Trailer itu diputar dari channel Youtube milik Mahaka Pictures. Silahkan cek di SINI.
Malam itu (13/11), Rahabi Mandra, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik FFI 2017 Manado, tampak begitu serius membimbing para siswa untuk menunjukkan bagaimana sebuah film dibuat. Meski hanya sebuah Trailer tetapi Abi, panggilan akrab Rahabi Mandra lulusan IKJ, menuturkan bahwa dalam sebuah cerita film, karakter seorang pemeran utama, harus dibuat seunik mungkin.
Film 2014 itu mengisahkan tentang hubungan renggang (konflik) antara anak dan ayah dalam soal politik di negeri ini. Bagas Notolegowo (Ray Sahetapy), sang ayah, mencalonkan diri sebagai calon presiden yang akan datang menggantikan Jusuf Syahrir (Deddy Sutomo). Langkah sang ayah ini, ditentang oleh Ricky (Rizky Nazar) anaknya karena menganggap politik itu kotor. Kekuasaan yang pada akhirnya menjerat orang ke dalam kegelapan.
Meski istrinya, Ningrum (Donna Harun), selalu berusaha menyatukan suami dan anak, tetapi rupanya Bagas semakin melejit di antara pesaing-pesaingnya. Konspirasi untuk menjatuhkan Bagas akhirnya terjadi.
Bagas menjadi tersangka karena kasus kriminal yang direkayasa oleh para pesaingnya. Pembuktian dirinya tidak bersalah menjadi alur cerita film ini semakin menarik. Ricky tidak tinggal diam dalam kasus Bagas ayahnya. Menggandeng pengacara terbaik Krishna Dorojatun (Donny Damara), Ricky mengusut kasus ayahnya dan dibantu oleh Laras, anak Krishna, yang melihat kegigihan Ricky. Keselamatan jiwa Ricky dan Laras terancam. Ada piha "lebih tinggi lagi" yang sedang mengendalikan nasib Indonesia. Satria (Rio Dewanto), pria misterius yang mampu mengendalikan segala sesuatunya.
Sungguh suatu kehormatan bagi klub Jurnal malam itu. Betapa tidak, kak Abi mengajak para siswa Lokon menonton trailer, untuk memulai diskusi tentang perfilman Indonesia. Dijelaskan bahwa Abi terlibat sebagai penata skrip beberapa film, seperti "From London to Bali" (2017), "Trinity, the Nekad Traveller (2017), Senjakala di Manado (2016) dan masih banyak lagi.
Sebenarnya Abi tidak sendiri. Ia ditemani oleh Dayu Wijanto, pemeran wanita, Emil Heraldi, sutradara terbaik "Night Bus", dan satu temannya lagi. Hanya karena kesibukan mereka mempersiapkan proposal film berlatarbelakang Manado, mereka muncul saat foto bersama.
Dalam diskusi singkat dengan Rahabi Mandra malam itu, para siswa sangat bersyukur mendapat pencerahan tentang perfilman Indonesia. Tak sedikit siswa-siswa bertanya tentang apakah pekerjaan sebagai pekerja seni dalam dunia film bisa menjamin hidup. Siswa bertanya karena mereka sekarang sedang belajar, sedang membangun mimpinya untuk masa depan.
Abi langsung menjawab tentang gaji seorang penulis skenario. Katanya, untuk layar lebar bisa mengantongi uang bersih sekitar 150 juta per film.
"Penulis skenario dibayar mahal kalau membuat skenario sinetron. Ka Abi memberi alasan karena yang paling dibutuhkan adalah kekuatan fisik. Penulis harus melototi alur cerita setiap tayangan dari layar TV untuk membuat sambungan cerita berikutnya" cerita Kak Abi.
"Gaji seorang  aktor laga "Joe" Taslim bisa sampai 1M karena pernah ikut dalam film "Fast and Furius 6. Tapi pemain sinetron dikontrak mahal juga karena filmnya berkesinambungan. Yah, bisa dapat 200 juta lebih" cerita Abi memberikan gambaran riil gaji seorang pekerja seni dalam film.
Tak hanya soal gaji, Abi juga menjelaskan bagaimana membuat cerita film yang menarik. Yang paling penting, bagaimana menciptakan karakter para tokoh utama dengan tidak biasa-biasa saja.
"Tokoh jangan yang biasa-biasa saja, ciptakan tokoh yang tidak biasa tapi menarik. Contohnya, Jerry, anak SMA yang pura-pura autis dan matre. Lalu dari karakter itu apa "goal"nya. Tujuan Jerry untuk memloroti uang ceweknya. Di sisi lain, ciptakan satu tokoh lagi yang menggagalkan "goal" dari tokoh utama itu. Jadi dalam menulis cerita, perhatikan karakter dan tujuan setiap karakter serta bagaimana konflik dibangun" ujar Kak Abi sambil melihat keseriusan wajah para siswa yang ikut berdiskusi.
Untuk membiayai sebuah film layar lebar, produsen harus mengajukan proposal kepada orang yang punya duit. Harus menyakinkan bahwa film yang akan diproduksi itu akan menarik banyak penonton dan mampu mengisi pundi-pundi. Pihak Bank tidak mudah memberikan pinjaman uang kepada pembuat film, karena terlalu tinggi spekulasi dan resikonya. Sponsor pun akan melihat dulu, apakah aktor-aktris pemeran dalam film itu mampu menarik banyak penonton untuk melihat.
Terima kasih diucapkan kepada Dayu Wijanto yang mengajak Rahabi Mandra, Emil Heraldi untuk berjumpa dengan tim Jurnal Losnito.
Salam pecinta film Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H