Semua sibuk ingin segera "bertemu" dengan sang fajar. Menjemput matahari terbit lewat lubang rana kamera masing-masing, itulah asyiknya di Puncak Temboan.
Nun jauh di sebelah Timur, mata terantuk pada samarnya siluet Gunung Dua Saudara yang bertengger adem di Bitung. Sementara itu, mentari pelan-pelan mulai mengintip dari sela-sela gerombolan awan. Pedarnya merah keemasan bersinar kemilau.
Sosok Gunung Klabat menjadi titik fokus yang menggenapi keindahan alam dari Puncak Temboan. Langit yang beranjak terang, menggoda hati untuk bersyukur atas indahnya ciptaan Tuhan.
Ketika kami membereskan semua bawaan, tiba-tiba seorang Bapak menyapa kami. "Pak bole isi kotak derma di sini?" Yuda yang sejak tadi tidak ikut ambil foto, paham dengan maksud dari Bapak itu.
Dua lembar uang warna hijau dan ungu, diserahkan ke bapak tadi. "Sebentar siang hingga sore kami jual kopi dan pisang goreng untuk pengunjung yang membutuhkan" imbuh Bapak tadi memberi keterangan kepada kami.
Setelah menyerahkan uang derma, kami pamit dengan membawa segudang pengalaman bertemu fajar di Puncak Temboan.