Bus mini Elf berada di depan. Di belakang saya, kijang biru. Saya di belakang bus. Kami semua, 30 orang termasuk bocah-bocah, menuju ke salah satu pantai di pantai Utara Sulawesi Utara. Triple M Beach, itulah pantai yang akan kami tuju. Lokasinya di desa Kombi, Kolongan, Kabupaten Minahasa.
Dari Tomohon menuju ke pantai itu, jaraknya sekitar 38 km dan ditempuh dalam waktu satu jam lebih dengan catatan tanpa berhenti.
Sementara itu, sejak pagi langit di hari libur Tahun baru Imlek (28/1) begitu cerah. Padahal sebelum Imlek, cuaca di Tanah Toar Lumimuut hari-hari hujan melulu. Banjir melanda di sekitar DAS Sungai yang mengalir ke kota Manado. Longsor tebing Tambulinas Tomohon menjadi berita utama koran lokal.
Dari Tomohon, kami melewati Tondano lebih dulu lalu masuk ke jalan Toulilang, Eris. Setelah itu, desa Kolongan kami lewati hingga ke daerah Kombi. Untuk sampai di pantai, mobil mengikuti jalan berkontur naik turun karena medannya berbukit. Saat berada di bukit, kami disuguhi hamparan luas perkebunan cengkih yang subur.
Tetiba di pantai, bus berhenti karena portal ditutup. Seorang bapak berlari-lari mendekati sopir bus (bukannya membuka portal dulu). Lalu, saya melihat sopir bus menyerahkan satu lembar uang 50 ribuan. Setelah itu portal baru dibuka dan tiga mobil masuk bergantian.
Setelah parkir kami pun menuju salah satu Gasebo di sebelah Selatan yang masih kosong. Barang bawaan semua diturunkan. Yang laki-laki menyiapkan perapian untuk bakar sate. Ibu-ibu melepas di meja gasebo makanan yang sudah masak. Sementara anak-anak sudah berlarian mendekati laut. Bahkan sudah lepas baju siap untuk berenang. Ibunya menjaganya dengan penuh waspada jika ombak besar datang tiba-tiba.
Pantai Triple M di Kombi ini merupakan pantai favorit warga yang suka “bapontar” (rekreasi) secara rombongan. Selain fasilitas yang ada dipantai cukup mendukung untuk rombongan, juga bentangan pantainya landai dan luas serta ombaknya tidak terlalu besar. Beberapa pohon Ketapang dan Kelapa yang tumbuh di pinggir pantai, cukup untuk berteduh dari sengatan matahari.
“Kalau pakai gazebo banyar berapa Om?” Tanya saya. Lalu dijawab per gazebo sewanya Rp. 100.000,- sampai selesai. Untuk tempat bilas dan mandi, per orang bayar Rp. 5.000,- Uniknya, restribusi ini tanpa pakai karcis alias swasta. Maksudnya, retribusi ini bukan dikelola oleh Pemerintah, tetapi sudah biasanya pemilik lahan atau rumah menarik uang masuk ke pantai, parkir dan sewa gazebo.
Saya sempat naik bukit kecil. Dari bukit itu, panorama pantai terlihat indah dan tampak Gunung Dua Saudara terlihat seperti mempercantik indahnya pantai Triple M. Semakin sore, semakin banyak pengunjung yang berenang di pantai karena sudah tidak terlalu panas.
“Sayangnya belum tersedia payung-payung pantai dan kursi untuk merebahkan badan sambil bersantai menikmati indahnya pantai. Banana boat belum ada. Hanya ada beberapa ban dalam yang bisa dipinjam sewa. Yah sayang, pantai ini belum dikelola dengan baik dan terpadu” komentar Chres sedikit kecewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H