Kalau materi panas bumi menjadi mapel lintas minat maka materi itu bisa diintegrasikan dengan pelajaran yang berbasis keilmuan dan pariwisata seperti kebumian, geografi, fisika, ekonomi, bahasa Inggris. “Yah, akan banyak guru yang terlibat. Itu resikonya. Lagi pula jiwa dan semangat lintas minat menurut peraturan, mendorong sekolah untuk melakukan sister school dengan pihak perguruan tinggi agar nantinya mapel panas bumi berkesinambungan dengan kuliah” imbuh Agnito.
Itu semua harus dipelajari dengan cara melihat, mengamati dan meneliti secara langsung di lokasi panas bumi.
Yang keempat, lokasi di daerah panas bumi berpotensi untuk digunakan sebagai Taman Pendidikan Panas Bumi (Edupark) yang terintegrasi dengan wisata alam. Tangkuban Perahu, Air panas Cipanas Garut, Danau Linow, Bukit Kasih, dan masih banyak lagi, berada di daerah panas bumi. Pemprov Sulut bekerjasama dengan UGM telah dua kali menyelenggarakan festival panas Bumi di Danau Linow, Lahendong, Tomohon.
“Indonesia memiliki potensi geothermal yang melimpah. Nyatanya pemanfaatan panas bumi belum maksimal. Karena itu kita (sebagai pendidik atau guru) terpanggil untuk mengedukasi generasi muda agar mereka kelak bisa mengelola kekayaan alam itu bagi kemajuan bangsa dan negara ini” kata Dr. Himawan T. Bayu menutup workshop dengan harapan materi panas bumi bisa secara resmi dimaksukkan dalam kurikulum sekolah.