ASITA Bali pernah melayangkan surat keberatan (September 2012) atas aktifitas penggalian itu karena kawasan Kaldera batur sudah ditetapkan UNESCO sebagai Global Geopark Network (GGN) atau Taman Nasional Geopark Kintamani. Bahkan Kaldera Batur ditetapkan sebagai wisata unggulan di Bali. Pengrusakan lingkungan alam akan berakibat pada turunmya daya tarik wisatawan.
“Apabila langit bersih tanpa awan menggelantung, dan selendang kapas kabut tampak menyelimuti kawasan pemukiman, disertai dengan garis cahaya mentari pagi di sela-sela tebing, wah eksotik sekali. Datang di Juni hingga Oktober, lebih baik daripada sekarang (Januari)” ujar salah satu pengunjung mengidolakan sambil siapkan kamera dan tripodnya untuk memotret sunrise.
Tampak dari lokasi, puncak Gunung Rinjani Lombok menyapa dari kejauhan. Sementara itu hamparan tanaman sayur tumbuh rapi menghijau. Air danau Batur berkilau memancarkan warna terangnya. Pagi itu saya dan wisatawan lainnya bersyukur bisa menikmati indahnya sunrise. Terbayar sudah rasa penasaran dan perjalanan di subuh hari kami akan indahnya matahari terbit dari ufuk Timur di desa Pinggan.
“Uang Rp. 25.000,- diserahkan ke tukang parkir “dadakan”, yang klatanya pemilik gundukan tanah yang kini menjadi viral di media sosial karena menyuguhkan keindahan matahari terbit. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan di puncak Kintamani yang menyajikan view danau Batur dengan Gunung Batur dan kaldera Batur yang tak kalah indahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H