Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengawali Awal Tahun 2017 dengan Kera di Goa Kreo

2 Januari 2017   10:56 Diperbarui: 2 Januari 2017   20:16 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyapa Kera dengan memberi makan (dokpri)

Sambil duduk di atas pagar BRC, kera-kera itu melahap makanan yang disodorkan para pengunjung. Tidak dikunyah lebih dulu, kera itu menyimpan makanan di rongga mulutnya. Tak ayal kedua pipinya menyembul. Sementara tangannya masih memegang erat untaian kacang rebus.

Saya melihat pengunjung juga memberi makanan roti biskuit, gorengan, bahkan gula-gula. Seorang anak kecil rela menyerahkan botol minumannya kepada kera yang sedang duduk di pinggir jalan setapak. Kera itu pun langsung meminumnya dengan cepat-cepat. Melihat aksi kera itu, anak kecil lalu tersenyum puas.

Ini Goa Kreo (dokpri)
Ini Goa Kreo (dokpri)
Hampir semua Kera-kera penghuni hutan Gua Kreo, siang itu (1/1/2017) "berpesta pora" menikmati Tahun Baru dengan menyantap makanan pemberian pengunjung. Tak hanya itu, pengunjung terhibur saat sesama kera berkelahi gegara merebut makanan. Di antara gerombolan kera itu, biasanya kera berbadan besar yang menjadi pemenangnya.

Menyapa Kera dengan memberi makan (dokpri)
Menyapa Kera dengan memberi makan (dokpri)
Memberi makan kera-kera penghuni Goa Kreo menjadi tujuan utama sebagian besar pengunjung. Selain menjadi hiburan, orang tua juga memanfaatkan situasi itu untuk mendidik anaknya bahwa memberi dengan tulus tanpa pamrih itu perbuatan yang baik.

Di sisi lain, lalu lintas pejalan kaki di sepanjang jalan setapak menuju puncak bukit Kreo menjadi padat merayap gegara ada aktifitas memberi makanan kera itu. Populasi kera ekor panjang di Goa Kreo berjumlah ratusan dan hidup bergerombolan. Setiap kelompok kera dipimpin oleh kera jantan berbadan kekar.

img-5526-jpg-5869cc59149373301b43a395.jpg
img-5526-jpg-5869cc59149373301b43a395.jpg
Sebenarnya habitat kera ekor panjang itu berada di sebuah pulau yang sekarang dikelilingi oleh air Waduk Jatibarang. Akses ke pulau itu sangat mudah karena telah dibuat jembatan penghubung dengan daratan. Maka tak heran siang itu para pengunjung memadati pulau itu untuk menikmati liburan tahun baru 2017. Selain ramai, jembatan itu tampak dipadati pengunjung yang pulang pergi ke pulau kera itu.

Patung Kera di dekat jembatan (dokpri)
Patung Kera di dekat jembatan (dokpri)
Goa Kreo memikat wisatawan untuk datang bukan karena terdapat habitat kera ekor panjang saja tetapi legenda cerita rakyat yang melatarbelakanginya menjadi daya tarik sendiri.

Goa Kreo ini tak bisa dipisahkan dengan kisah "Jatingaleh", senuah desa di Bukit Gombel Semarang. Pada waktu itu Sunan Kalijaga mengalami kesulitan untuk menebang sebuah pohon jati yang akan dijadikan saka guru Mesjid Agung Demak.

Anehnya pohon jati yang berada di lereng Bukit Gombel secara ajaib telah hilang secara tiba-tiba. (Itulah sebabya desa itu disebut "jatingaleh" artinya jati yang pergi).

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kemudian Sunan Kalijaga mencari tahu kemana hilangnya jati itu. Ternyata pohon jati tersebut berada di kawasan Goa Kreo dan tersangkut di bebatuan dekat sungai. Karena jati itu sulit diambil, Sunan Kalijaga bersemedi di goa Kreo. Dalam semedinya, datanglah kawanan kera bergotong royong mengambil jati itu dan berhasil. Bahkan kawanan kera itu rela membawanya ke Demak, tapi Sunan keberatan karena bukan manusia yang membawanya. Untuk membalas budi kepada kawanan kera itu, Sunan Kalijaga memberikan kewenangan kawasan hutan untuk di "ngreho" (dalam bahasa Jawa berarti memelihara/merawat).

Itulah sebabnya, mengapa kawasan hutan di bukit/pulau itu disebut oleh warga Semarang sebagai "Goa Kreo" hingga sekarang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Langit Semarang Minggu siang itu begitu cerah. Bulir-bulir keringat berjatuhan dari kepala membasahi sebagian baju kaos yang saya pakai. Kendati demikian, rasa sukacita membuncah di hati, karena saat itulah saat terbaik untuk meluangkan waktu bersama sanak saudara.

Setelah sedikit berjuang mencari tempat parkir yang kosong, kami menuju ke loket untuk membayar karcis tanda masuk seharga Rp 3.500,- berlaku untuk satu orang. Harga itu sudah termasuk Asuransi Jasa Raharja sebesar Rp 250,- dan sudah diatur dalam Perda Kota Semarang No. 3 Tahun 2012.

Pasar Kuliner (Dokpri)
Pasar Kuliner (Dokpri)
Penataan ruang objek wisata alam Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, sangat memperhatikan bagaimana menggerakan ekonomi rakyat dari sektor wisata. Bagaimana tidak. Begitu anda melewati pintu masuk, langkah kaki anda diarahkan ke "pasar kuliner". Di setiap slot bangunan, bahkan di jalan setapak, aneka macam kuliner makanan dan minuman menyambut kedatangan anda.

"Wah keringatnya keluar banyak. Mau minum apa Om?" tanya Bowo keponakan saya yang lebih dulu duduk lesehan bersama saudara saya lainnya.

"Iya nih, Om keluar banyak keringat. Soalnya tadi jalan kaki naik puncak bukit Goa Kreo. Cukup melelahkan. Lihat kera-kera dikasih makan. Padat merayap orang yang ke puncak" jawab saya.

"Ada mie ayam, bakso, gado-gado lontong silahkan pilih Om" lanjut Bowo menawarkan. Sambil menyeka keringat dengan tisu, saya melihat kanan kiri dan akhirnya memilih minum es kelapa muda dan tape ketela. Dijual juga kelapa muda utuh, kimpul, ganyong, buah sirkaya, pisang, rambutan, pepaya dll.

Waduk Jatibarang Wisata Perahu (dokpri)
Waduk Jatibarang Wisata Perahu (dokpri)
Meski padat pengunjung tapi nikmat. Apalagi bisa menikmati kuliner di pasar kulinet Goa Kreo. Setelah kenyang, kami bergerak ke tempat parkir. Sebelum roda mobil bergerak pulang, kami mampir ke pantai waduk Jatibarang yang menyediakan wisata perahu dengan membayar Rp 100.000,- per boat untuk keliling waduk sepanjang 8 km. Jumlah boatnya sekarang sudah mencapai 20-an unit.

Wisata baru Waduk Jatibarang (dokpri)
Wisata baru Waduk Jatibarang (dokpri)
Minggu, 1 Januari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun