Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film "Senjakala di Manado" Akan Sukses Promosikan Wisata Manado?

15 Desember 2016   11:36 Diperbarui: 15 Desember 2016   18:04 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film (Sumber Foto Ina Marapati)

Dialek Bahasa Manado dan Promosi Pariwisata Sulut

“Oreke nyaku” (kasihan saya), “Bakudapa deng dia” (berjumpa dengan dia), “Sapa dang tu Wewe yang ko peluk-peluk di bar dang” (siapa cewek yang kamu peluk-peluk itu), “kolotidi” (cacing tanah), “Nyakis tumis” dan “cukur ngana” (ungkapan kasar kepada orang yang tidak disukai).

Dialek Manado yang dipakai oleh pemeran utama dalam film Senjakala di Manado, mampu mengundang gelak tawa penonton dari awal hingga berakhirnya film. Bahkan saat pulang pun, dialek yang sering terucap dari mulut Ray Sahetapy diulang lagi oleh teman-teman saya seperti “kolitidi”, “nyakis tumis”, “cukur ngana”.

Dalam perjalanan pulang, kami masih membicarakan film yang baru saja kami nonton. “Pengambilan spot-spot wisata Danau Linow, Bukit Doa Mahawu, Jembatan Soekarno, Hutan Kelapa, Pantai Manado, Pelabuhan Jengki Manado dan lainnya, dengan menggunakan drone, sangat indah,” komentar Venche di mobil dan yang lain pun mengiyakan.

Menonton fim Senjakala di Manado, setidaknya wisata Sulawesi diangkat. Ini mengingatkan saya akan film Laskar Pelangi yang berdampak meningkatnya kunjungan wisata ke Belitung. Akankah Danau Linow, Bukit Doa Mahawu, Sunset di Pantai Manado dan sekitarnya akan memikat hati wisatawan untuk berwisata ke Manado? Semoga.

Adegan di Bukit Doa Mahawu (Sumber FB Tirta)
Adegan di Bukit Doa Mahawu (Sumber FB Tirta)
Mabuk Bukan Budaya Manado

Miris jika sesudah menonton film drama Senjakala di Manado, kemudian Anda berasumsi negatif bahwa budaya orang Manado sama dengan mabuk, pesta, dan main perempuan. Tak semua orang Manado suka miras hingga mabuk.

Bahwa ada pepatah Manado yang mengatakan “biar kalah nasi tapi jangan kalah aksi” memang nyatanya masih berlaku. Namun, pada dasarnya orang Manado itu berprinsip “torang samua basaudara” (kita semua bersaudara) meski berbeda agama, ras, suku, dan bahasa. Karena itu, soal penampilan dalam berpakaian dan bertutur bahasa bagi orang Manado penting dalam menjamu dan menghormati orang lain.

Anda punya kesan lain? Silakan menonton film Senjakala di Manado yang skenarionya ditulis oleh Rahabi Mandra dan Kevin Anderson serta digarap oleh Rumah Produksi Marapati Production dengan berdurasi tayang satu setengah jam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun