Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[FLS2N 2016] Merajut Asa Sineas Muda dalam Lomba Film Pendek

3 September 2016   14:18 Diperbarui: 3 September 2016   14:25 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juri memberi pengarahan kepada peserta (Dokpri)

“Sekolahku, Inspirasiku” itulah tema lomba film pendek FLS2N 2016 Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Manado 27 Agustus hingga 3 September 2016. Dalam pedoman FLS2N 2016 disebutkan bahwa film pendek adalah sebuah karya audio-visual yang berdurasi pendek dan bercerita secara lugas/singkat. Film ini menampilkan satu situasi yang terjadi dalam kehidupan tokoh atau subyek tertentu yang mencerminkan tema “Film pendek harus dibuat menarik, komunikatif dan inspiratif. Dengan melihat film pendek, masyarakat umum, khususnya para pemuda dan pelajar menjadi sadar bahwa pendidikan memiliki peran dalam penciptaan karakter bangsa” kata Samsul, salah satu juri saat briefing dengan peserta di miniteater SMA Lokon (29/8/2016).

Briefing di Miniteater oleh Para Juri (Dokpri)
Briefing di Miniteater oleh Para Juri (Dokpri)
Hari itu SMA Lokon ditunjuk oleh panitia Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2016 sebagai lokasi lomba pembuatan film pendek. Pagi hari kami menerima kedatangan Mendikbud RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP yang meresmikan gedung SMP kami. Pada siang hari kami menerima para peserta Lomba Film Pendek FLS2N dari 26 Propinsi se-Indonesia. Setiap propinsi diwakili tiga siswa dan ada pendampingnya.

Senin itu cuaca cerah. Sekitar pukul dua, tiga bus merapat di halaman sekolah. Satu persatu para siswa turun dari bus. Mereka berpakaian daerah masing-masing karena tadi pagi mengikuti pembukaan FLS2N di Grand Kawanua. Siswa dan guru kami menyambut para peserta di lobby dan kemudian diarahkan ke miniteater untuk briefing.

Adegan Upacara (Jabar) melibatkan banyak siswa (Dokpri)
Adegan Upacara (Jabar) melibatkan banyak siswa (Dokpri)
“Para siswa saya minta untuk membantu para peserta lomba. Jumlahnya sekitar 78 siswa dari 26 Propinsi  se-Indonesia. Membantu dalam saat pengambilan gambar, menjadi pemeran atau figuran, mengantar ke lokasi shooting di area Kampus Lokon, bahkan melayani konsumsi peserta. Jadilah tuan rumah yang baik dan ramah buat mereka. Kegiatan mereka sampai malam dan disambung Selasa esok hari hingga malam juga” tegas Stephanus Poluan, Kepala Sekolah dalam apel pagi di hadapan para siswa.

Hari itu para peserta lebih banyak melihati lokasi di sekitar kampus dan dibantu oleh siswa Lokon. Tak hanya itu, ada yang berdiskusi bagaimana tema yang telah ditentukan oleh panitia, “Sekolahku, inspirasiku” bisa disinkronkan dalam cerita dan pengambilan visual di kampus Lokon.

Juri memberi pengarahan kepada peserta (Dokpri)
Juri memberi pengarahan kepada peserta (Dokpri)
“Tujuan lomba film pendek adalah menggugah masyarakat (siswa) agar kritis terhadap pentingnya memajukan bangsa melalui media film. Selain itu, memberikan ruang ekspresi positif untuk prestasi, dan penyaluran bakat/minat siswa di bidang sinematografi” imbuh Samsul, juri film pendek.

Puncak kehebohan terjadi pada Selasa pagi hingga malam. Betapa tidak. Peserta dari Jawa Barat meminta 80 siswa untuk figuran pada adegan upacara bendera lengkap dengan pakaian OSISnya. Dengan menggunakan “drone” peserta Jabar ini mengambil adegan itu. Peserta dari Gorontalo “meminjam” salah satu satpam untuk berperan sebagai ayah dari siswa.

Adegan di ruang kelas (Dokpri)
Adegan di ruang kelas (Dokpri)
Kepulauan Riau melibatkan siswa dan guru dalam adegan di kelas dan di luar kelas. Saya melihat peserta Kepri ini membawa alat cukup lengkap seperti Softbox, Lensa tele, alat untuk mengambil angle dari bawah. Sedangkan peserta Papua memanfaatkan rumah guru untuk adegan anak dan orang tua. Tak sedikit para peserta memanfaatkan ruang perpustakaan untuk adegan belajar.

Di ruang kelas dari Jawa Timur (Dokpri)
Di ruang kelas dari Jawa Timur (Dokpri)
Pendek kata kesibukan mereka dan keterlibatan para siswa Lokon dan Guru dalam pembuatan film hari itu sungguh heboh. “Saya sebenarnya bertugas sebagai pendamping peserta dari Bengkulu, tetapi saya main juga dalam film yang dibuat mereka” ujar Andre, siswa kami yang berasal dari Timika Papua. Klik di sini untuk melihat film pendek mereka.

Film pendek berjudul “Kepada yang terhormat” dari peserta Propinsi Sulawesi Selatan menyabet juara tiga. Miftahul Khaer (sutradara), Alfandi, Tahyaku Tania (pemain) berkisah tentang sebuah puisi yang dikirim ke Bapak Presiden.

Puisi itu ditempel di mading sekolah (Sumber: screenshot YouTube)
Puisi itu ditempel di mading sekolah (Sumber: screenshot YouTube)
Ini sinopsisnya. Bola-bola kecil remasan kertas yang berserakan di selasar kelas, ia ambil lalu dibuang ke tempat sampah. Satu bola kertas jatuh ke lantai tertiup angin. Seorang siswa laki-laki bak main sepakbola, menggiring sampah bola kertas itu. Lalu bola kertas itu mengarah ke kaki seorang siswa putri  (Tahyaku Tania) yang sedang duduk istirahat. Ia mengambil bola kertas itu, lalu dibuka dan dibaca. Ternyata sebuah puisi,dengan judul “Masih Ada Asa”. Ia tempel puisi itu di papan mading sekolah. Banyak siswa membaca puisi itu. Afandi (pemeran) ikut membaca puisi itu. Karena isinya menarik diambilnya dari papan mading dan dimasukkan ke dalam amplop, lalu di amplop itu ia tulis, “Kepada yang terhormat, Bapak Presiden RI” (lihat foto).

Puisi masih Ada Asa (Screenshot YouTube)
Puisi masih Ada Asa (Screenshot YouTube)
Jawa Barat yang menggunakan “drone” dalam pengambilan visualnya menyabet juara pertama. Tapi sayang film pendeknya tidak ditemukan (tidak diupload) di YouTube sehingga sulit untuk memberikan komentar atas film pendeknya.

Sedangkan Jambi dengan judul film pendek “Kamu?” meraih juara kedua. Dikisahkan dalam film seorang siswa yang bersifat baik dan bersifat buruk (diperankan oleh Agusti Yudhatama sehingga dikira kembar). Pada khir cerita, ditulis “Kebaikan dan keburukan adalah dua hal yang berbeda, pilihlah apa yang kamu yakini, jalani apa yang telah kamu pilih”. Teknik penggabungan dua sifat dalam satu orang, menjadikan film ini harus dipikir untuk memahami maksudnya.

Foto Bersama peserta, guru, siswa, juri di miniteater (Dokpri)
Foto Bersama peserta, guru, siswa, juri di miniteater (Dokpri)
 

Siap berlomba (Dokpri)
Siap berlomba (Dokpri)
Terimakasih panitia FLS2N Mando yang menunjuk sekolah kami untuk dijadikan lokasi syuting film pendek para peserta dari 26 propinsi. Kami banyak belajar tentang pembangunan karakter dari semua yang terjadi  dalam pembuatan film pendek hingga melihat hasilnya di Youtube.

“Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan Karakter, kalau tidak dilaksanakan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli..” Soekarno


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun