Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berhentilah Murung, Carilah Kupu-kupu di Bantimurung

1 April 2016   11:39 Diperbarui: 1 April 2016   15:05 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Indahnya Air Terjun (Dokpri)"]

[/caption]"Kemudian Karaeng itu memerintahkan untuk membuat jalan dengan membuka hutan belantara. Pada suatu ketika, para pekerja takut meneruskan pembuatan jalan karena mendengar ada suara gemuruh dari dalam hutan. Karaeng Simbang bertanya kepada utusannya, dalam bahasa bugis "Aga ro merrung?" (Suara apa yang gemuruh itu). "Benti, Puang" (Air, tuanku) jawab utusannya.

Karaeng Simpang bersama para pekerja akhirnya tiba di lokasi di mana suara gemuruh itu berasal. Setelah melihatnya, Karaeng Simbang terpana melihat banyaknya air jatuh dari gunung. Lalu ia berkata dalam bahasa bugis, "Mungkin ada baiknya kalau tempat ini dinamakan Benti Merrung (air gemuruh)". 

Sejak saat itu penduduk menyebutnya dengan nama "Bantimurung" yang berasal dari kata Bentimerrung. Kini, warga mengembangkan kata itu dengan menyebut “brenti murung” untuk tempat wisata ini yang berguna bagi pengunjung yang sedang murung oleh rutinitas kerja, atau beban hidup yang berat. Bantimurung adalah tempat yang cocok untuk mengatasi kemurungan.

 [caption caption="Danau Kassi Kebo (dokpri)"]

[/caption]Di dekat saya berdiri, saya membaca papan penunjuk bertuliskan tiga lokasi yaitu Gua Batu, Danau Kassi Kebo dan Pengamatan air terjun.

Saya sempat bertanya kepada pengunjung, berapa lama jika jalan kaki menuju ke danau Kassi Kebo. Lalu dijawab sekitar setengah jam lamanya. Dengan semangat masih penasaran mencari kupu-kupu, kaki saya pun melangkah.  Awalnya harus menaiki anak tangga yang saat itu tampak basah terpancar tampias air terjun.

Pengelola balai TNBB (437 km2) sudah membuat jalan setapak dibuat dari campuran bebatuan dan semen agar tidak licin. Berjalan di jalan setapak rasanya seperti masuk hutan. Di kanan, sungai yang saat itu berwarnak coklat. Di kiri, bebatuan karst (kapur) seperti talud tebing gunung dan tumbuh pepohonan besar di antara semak belukar. Pada batang pohon besar, dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi dari balai TNBB. 

Himbauan untuk tidak membuang sampah juga ada. Namun, hati miris melihat ada sampah plastik bekas minuman atau snack, terbuang di sekitar jalan setapak.

 [caption caption="Signage dari Kementerian Kehutanan (Dokpri)"]

[/caption]Dari air terjun ke danau Kassi Batu, terdapat warung-warung yang menjajakan makanan ringan dan kemasan minuman bagi pengunjung yang kelelahan setelah berjalan kaki.

Danau Kassi Kebo sudah di depan mata. Meski hawa udara sejuk, butir-butir keringat mulai bercucuran. Agak sedikit kecapean setelah berjalan kaki. Air danau sedikit keruh oleh lumpur tanah hingga warna airnya coklat susu. Ini akibat semalam turun hujan. Sinar matahari menembus dari sela-sela daun bambu. Sebongkah sinar cahaya menerpa tanah di pinggir danau. Daun-daun kering berserakan di sekitar.

 [caption caption="Kupu-kupu di danau Kassi Kebo (Dokpri)"]

[/caption]"Wow ada kupu-kupu bergerombol hinggap terbang lalu hinggap lagi di berkas sinar mentari di tanah pinggir danau," seru teman saya. Saya menoleh dan betul ada gerombolan kupu-kupu. Tanpa membuang waktu, kamera pun beraksi untuk memotret kupu-kupu itu. “Akhirnya saya bisa menemukan kupu-kupu di Bantimurung,” batin saya dengan bangga.

Sebenarnya yang penting bukan bisa memotret kupu-kupu itu. Tetapi kupu-kupu itu adalah presentasi alam dari "The Kingdom of Butterfly" balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang di kelola oleh Kementerian Kehutanan sejak 18 Oktober 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun