Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Taman Pendidikan Panas Bumi untuk Siswa SMA

21 Januari 2016   13:05 Diperbarui: 22 Januari 2016   06:11 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Seminar Panas Bumi Buat Pelajar SMA di Tomohon"][/caption]Indonesia memiliki sumber energi panas bumi yang melimpah. Ada 312 lokasi panas bumi berkapasitas 28.910 MW. Namun, data 2015, menyebutkan kapasitas terpasang hanya 4,85% atau 1.403,5 MW. Itu artinya selama bumi masih panas, keterdapatan sumber energi panas bumi di Indonesia masih banyak dan berjangka panjang.

Pernyataan itu diakui serentak oleh para nasumber pada “Seminar Panas Bumi untuk Indonesia bagi Siswa Menengah Atas” yang dibuka oleh Wakil rektor UGM Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Sutarman Rabu pagi (20/01/2016) di Miniteater SMA Lokon, Tomohon.

Di hadapan sekitar 200 peserta yang terdiri dari siswa, para guru, pejabat Diknas Propinsi Sulut dan Kota Tomohon, Prof. Dr. Sutarman menegaskan “Kalian harus kenal dan paham tentang panas bumi Indonesia.  Itu daerah Lahendong, tak jauh dari Lokon, terdapat sumber energi panas bumi berkapasitas 80 MW. Ini sebuah kesempatan untuk dimanfaatkan untuk banyak hal.

Pagi ini kalian akan dengar sendiri dari para narasumber. Kerjasama UGM dengan NZAID  Community Empowerment and Economic Development in Eastern Indonesia. Tak hanya itu, saya ingin ada di antara kalian kelak menjadi seorang ahli geologi, geofisika, geokimia yang mampu mengelola dan memanfaatkan sumber panas bumi di tempat kalian sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

 [caption caption="Foto bersama: Tamu Undangan dan Narasumber"]

[/caption]

Tepuk tangan membahana di ruang miniteater. Di wajah mereka terpancar mimpi panjang untuk menjadi ahli geothermal. Namun demikian, apakah para siswa tertarik pada dunia geothermal? Apakah mereka paham apa arti energi terbarukan melalui energi panas bumi?

Tiba-tiba gerimis turun dari langit. Lama-kelamaan menjadi hujan deras. Ruangan miniteater dipenuhi sebagian besar para siswa Lokon dan para siswa SMA/SMK se-kota Tomohon seperti tak peduli dengan cuaca yang buruk di luar ruangan. Seminar bertujuan “Meningkatkan pemahaman siswa, khususnya siswa sekolah menengah atas, akan energi panas bumi, potensi dan arti penting pengembangannya sebagai salah satu sumber energi terbarukan dalam rangka mewujudkan ketahanan energi di Indonesia”.

Sejarah Singkat PPPB

UGM didirikan tahun 1949. Kuliah panas bumi mulai diperkenalkan di UGM seiring dengan pengembangan lapangan panas bumi Kamojang (1980). Perlu diketahui, identifikasi potensi panas bumi di Kamojang diawali oleh Pemerintah Kolonial Belanda sejak tahun 1920.

Pada 1990, Pusat Penelitian Panas Bumi (PPPB) Fakultas Teknik UGM didirikan dan sejak itu Kuliah bidang teknologi panas bumi dimulai. Bidang-bidang yang diteliti meliputi ilmu kebumian panas bumi, pemantauan kondisi likungan dan mitigasi bencana panas bumi, teknik reservoir panas bumi, teknologi produksi, korosi dan pengendapan mineral pada fasilitas produksi panas bumi dan produk sekunder panas bumi.

Dalam kiprahnya PPPB, selain melakukan pendidikan formal panas bumi bagi staf, pegawai pemerintah dan mahasiswa, juga berkerjasama dengan Universitas Auckland dan GNS Science New Zealand dalam rangka memperkuat materi keteknikan panas bumi (2010). PPPB kemudian membuat silabus pengajaran panas bumi di Departemen Teknik Geologi.

 [caption caption="Wakil rektor UGM, Prof. Dr. Sutarman memberikan sambutan"]

[/caption]

PPPB juga melakukan pengabdian masyarakat seperti membuat Taman Pendidikan Panas Bumi di Lahendong, Sulut, kuliah umum panas bumi untuk pemuda Indonesia (Seminar Panas Bumi untuk SMA), workshop panas bumi untuk tokoh masyarakat, guru sekolah, jurnalis dan staf humas.

PPPB kemudian memperluas jangkauannya dengan membentuk Community Resilience and Economic Development (CaRED). Kegiatan yang dilakukan, penelitian, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam waktu 5 tahun.

Daerah pengembangan CaRED mulai dari Lahendong, Tompaso, Kotamobagu (Sulut) dan Ulumbu (NTT) hingga Bedugul (Bali), Mataloko (NTT), Jailolo (Halmahera).

Jalannya Seminar

Sekitar 200 hadirin yang terdiri dari para Siswa, Guru dan Pejabat Diknas se Tomohon pagi hingga sore mendapat materi dari para narasumber  Jeferson Polii, S.Si., M.T., staf akademisi Fakultas Matematika dan IPA Unima, dari para ahli dari UGM yaitu Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., Fakultas Teknik UGM; Dr. Ir. I Wayan Warmada,dan Hiwawan Tri Bayu M., S.T., M.Eng., D.Eng sebagai  anggota Pusat Penelitian Panas Bumi, Fakultas Teknik UGM, dan Dr. Greg Bignall,, Peneliti Senior GNS Science, New Zealand.

 [caption caption="Para Narasumber: Jeferson Polii, Pri Utami dan Wayan"]

[/caption]

Secara ringkas, hampir semua pembicara mengajak agar para siswa mulai tergerak hati dan pikiran untuk memperhatikan potensi energi panas bumi di Indonesia, terutama di sekitar tempat tinggal (Lahendong, Tomohon). Untuk itu, para siswa harus paham tentang panas bumi (Geothermal).

“Apakah anda pernah melihat ini?” tanya Jeferson pembicara pertama sambil memperlihatkan foto-foto antara lain keindahan danau Linow, asap belerang yang muncul di Bukit Kasih dan permandian air panas Lahendong. Para peserta sebagian besar mengakui bahwa pernah melihat foto-foto objek wisata yang popular di Minahasa.

“Kedalaman 6000 km, temperatur atau suhu panas bumi (magma body) mencapai 5.000 derajat. Temperatur panas bumi di Lahendong, Tomohon mencapai 260-330 derajat Celsius. Itu artinya Lahendong memiliki manifestasi panas bumi berupa “fluida” panas yang bisa dimanfaatkan langsung dan tidak langsung seperti pembangkit listrik” kata Jeferson yang pernah meraih semifinalis bidang Fisika pada OSN-PTI Tahun 2008.

 [caption caption="Sumber: UGM/Narasumber"]

[/caption]“Proses pengembangan energi panas bumi dimulai dari pengenalan dan eksplorasi (sumber daya, survei, eksplorasi permukaan, survey sosiologi, pembangunan infrastruktur). Setelah itu pemboran sumur, studi kelayakan, pengembangan lokasi. Proses ini yang paling utama adalah kolaborasi survei geologi, survey geokimia dan survei geofisika dengan data dasar kualitas lingkungan” kata Ibu Pri Utami pembicara kedua.

“Orang yang pertama kali menyatakan bahwa di Sulawesi Utara memiliki potensi energi panas bumi adalah Alfred Russel Wallacea yang dimuat di “The Malay Archipelago” (1890), Chapter 13: Sulawesi 1859. Atas dasar itu, energi panas bumi di Sulut dikembangkan dan dimanfaatkan” lanjut Kepala Pusat Penelitian panas Bumi Fakultas Teknik UGM, sekaligus tenaga ahli panas bumi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Dr. Kusmono dan Dr. Himawan Tri Bayu MP menyatakan bahwa berdasarkan potensi energi panas bumi di Indonesia berkapasitas 28.617 MWe, pemanfaat langsung energi panas selain pembangkit listrik juga bisa dimanfaatkan untuk pemanasan dan pendingin ruangan, permandian, kolam renang dan balneology (pemanfaat air panas untuk kesehatan seperti penyakit kulit); pemanasan rumah kaca, aquaculture, pengeringan ikan, pariwisata.

[caption caption="Foto Bersama Para Peserta dan Narasumber"]

[/caption]

Tanya Jawab

 

Salah satu siswa bertanya tentang semburan lumpur panas di Tondangow yang meresahkan warga  di sekitar. Warga berangapan ini seperti lumpur Lapindo. “Itu bukan seperti Lapindo, tetapi yang benar adalah itu manifestasi dari semburan panas bumi berupa uap. Lumpur yang terlihat itu merupakan percampuran uap panas yang terkena tanah lembek di sekitarnya. Tapi semua sudah teratasi dan sekarang bisa dicek semburan itu sudah mengecil” jawab Ibu Pri Utami.

 [caption caption="Taman Pendidikan Panas Bumi di Lahendong, Danau Linow"]

[/caption]“Apakah anda sudah pernah menerima edukasi mengenai panas bumi sebelumnya?” tanya Yustina  Lestari, mahasiswi Psikologi UGM yang sedang mengadakan penelitian mengenai pendidikan panas bumi untuk pelajar SMA di Tomohon. Hampir sebagain besar siswa menjawab tidak pernah. Bahkan beberapa siswa merasa cemas terhadap manifestasi panas bumi seperti timbunan lumpur, uap panas bumi dan belerang. Cemas karena mereka takut terjadi seperti bencana Lapindo di Jawa Timur.

Anak muda masih merasa “takut” dengan panas bumi padahal energi panas bumi mengatasi masalah kelistrikan di Sulawesi Utara yang sering padam. Dengan kata lain, ke depan pemuda Indonesia harus paham dan mengerti apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi.

 [caption caption="Kepsek SMA Lokon berjabat tangan dengan Wakil Rektor UGM"]

[/caption]

Presiden Joko Widodo menyatakan, Indonesia memiliki kandungan panas bumi yang besar, bahkan 40 persen potensi panas bumi dunia terdapat di Indonesia. Sumber-sumber energi panas bumi itu tersebar di  Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.

"Saya ingin kita segera keluar dari ketergantungan pada energi fosil dengan langkah nyata memanfaatkan cadangan panas bumi," tegas Presiden saat memberikan sambutan pada pembukaan Pameran dan Konvensi Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Geothermal, Rabu (19/8) di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun