Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kepo akan Putri Mandalika, dari Kuta hingga Pantai Seger Lombok

19 Januari 2016   14:40 Diperbarui: 20 Januari 2016   05:54 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan saya ke Lombok di penutupan tahun 2015 kemarin, menyisakan catatan wisata dan pengalaman unik dalam mengatur jadwal trip. Saya akui, ngetrip ke Lombok awal mulanya karena “kepo” terhadap indahnya cerita tentang objek wisata.

 [caption caption="Pantai Seger, Birunya Laut Membirunya Langit"][/caption]

Gara-gara Medsos 

Sebelum liburan, saya sudah menentukan pilihan ke mana saya berlibur. Ya, Lombok jadi pilihan utama. Sedangkan tetangganya Bali sebagai tempat transit dan janjian ketemuan dengan teman saja, bersyukur kalau teman saya di Bali mengajak ngetrip ke tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. 

Apanya yang menarik di Lombok? Sebagai “follower” di medsos, agaknya Pantai Pink (Pantai Tangsi) menarik perhatian saya karena pantai ini katanya berwarna pink. Tak hanya itu, deretan pantai di sekitar Pantaim Kuta Lombok juga tak lepas dilirik oleh para netizen yang gemar ngetrip. Disebut antara lain Pantai Kuta, Pantai Mandalika, Pantai Seger, Tanjung Aan, Batu Payung, pantai Mawun. 

Instagram lebih banyak memamerkan foto-foto keindahan objek wisata di samping Facebook. Coba saja berselancar dengan menggunakan hashtag #kelilinglombok #lombokexperience #explorelombok #wisatalombok si Instagram. Wow betapa indah dan mempesonanya Indonesia.

 [caption caption="Senja Memerah di Pantai Kuta"]

[/caption]

Setelah yakin bahwa pantai Pink dan pantai sekitar Kuta akan menjadi bagian dari ngetrip saya maka saya pun menetapkan kapan berangkat dan berapa lama ngetrip di Lombok. 

Beli Tiket Pesawat dan Voucher Hotel secara Online

Beli atau pesan kebutuhan secara online, kini sudah tak asing lagi bagi traveler. Karena begitu mudahnya maka saya tak lewatkan untuk booking tiket pesawat (E-ticket) dan hotel voucher secara on line hanya menggunakan smartphone saya. Pesan jauh-jauh hari lebih murah, ketimbang pesan secara mendadak. Itu pengalaman saya. Tak hanya itu, bila batal saya juga bisa mendapat “refund” sesuai dengan syarat dam kondisi yang sudah ditentukan.

 [caption caption="Hotel di Pantai Kuta"]

[/caption]

Kenyamanan lain berupa diskon atau “ongoing promo” mulai dari 10% hingga 75% atau Rp. 50.000,- hingga Rp. 100.000,- seperti penyedia jasa on line Tra**loka. Untuk transaksi saya lebih suka bayar di ATM, meski sebenarnya bisa bayar dengan menggunakan kartu kredit atau sms banking. 

E-ticket yang saya pesan sudah ada di tangan. Tiket pesawat (31/12/2015) dari Bandara A Yani Semarang (SRG) menuju ke Lombok Praya International (LOP) dengan durasi 2 jam 45 menit sudah di tangan. Ketika masuk ke bandara Semarang, kepada petugas saya cukup menunjukkan E-ticket dari HP. Demikian juga ketika check-in hotel di Kuta (01/01/2016), cukup menunjukkan voucher yang sudah ada di HP. Sejauh ini, semua lancar dan tidak ada masalah. 

Pantai Kuta Lombok 

Sore itu langit tampak memerah di atas cakrawala Pantai Kuta. Agak tergesa-gesa, mesin sepeda motor matik putih tanpa plat nomer milik satpam hotel saya hidupkan. Saya melaju ke Jalan pariwisata atau jalan ke Pantai Kuta. Sepeda motor itu saya sewa per hari Rp. 50.000,- dan bensin diisi penyewa. Tak kurang dari 10 menit saya berhenti di bibir pantai. Tak begitu ramai di pantai sore itu. Tetapi terlihat turis-turis asing bercengkerama di café-café pinggir pantai. Sendau gurau sambil menegak bir diiring musik barat, menarik perhatian orang yang berlalu-lalang di sekitar pantai. 

Meski bulatnya mentari tertutup di balik bukit kecil di sebelah Barat pantai, namun jejak lembayungnya masih menghiasi langit dan berkasnya terpantul di permukaan laut. Kamera tak hentinya menangkap momen dinamis itu.

 [caption caption="Mencari udang"]

[/caption]

Tampak beberapa nelayan berjalan ke laut dengan lampu di kepala. Katanya sedang mencari udang yang menyembul ke permukaan air di antara lubang karang. Secara keseluruhan pantai Kuta saat itu sedang menggeliat ditimpa redupnya senja dan bersinarnya lampu-lampu café pantai yang makin lama makin terang seiring dengan gelapnya langit. Beberapa pondok kuliner milik warga disinggahi beberapa para turis untuk bersantap ria. 

Gelap telah tiba. Saya pun kembali ke penginapan untuk mandi dan rehat sejenak sebelum makan malam. Dalam perjalanan pulang, sempat berhenti ke mini market untuk membeli beberapa botol air kemasan untuk membasahi kerongkongan akibat kering udara pantai. 

Mengejar Legenda Putri Mandalika

Keindahan alam Lombok Tengah, bukan hanya Pantai Kuta. Bersebelahan dengan Pantai Kuta ada beberapa pantai dan tanjung yang tak kalah indahnya. Karena itulah, pagi-pagi sebelum jam enam saya sudah di berada di atas sepeda motor. Niat hati menyambut mentari terbit, namun apa daya bangunnya terlambat. Meski demikian, sebelum jarum jam menunjuk angka enam, roda sepeda motor putih sudah menyusuri jalan pantai menuju ke Pantai Mandalika, Pantai Seger, Tanjung Aan dan Batu Payung.

 [caption caption="Pantai Mandalika dari Pantai Seger"]

[/caption]

Pantai Mandalika, pantai pertama yang saya singgahi. Kontur pantai ini tak landai tapi banyak bebatuan. Sementara pantai Mandalika yang berpasir putih berada di halaman sebuah hotel berbintang sebagai “private” pantai khusus untuk tamu hotel. 

Di ujung pantai, terdapat jembatan penghubung antara pantai Mandalika dengan pantai Seger. Sayang jembatan itu tak bisa dilalui oleh kendaraan. Di samping jembatan berdiri patung Putri Mandalika menghadap laut dan di belakangnya ada tiga pangeran seperti sedang mengejar patung di depannya, patung Putri Mandalika. 

Patung setinggi manusia itu berkisah tentang Putri Mandalika, putri pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Saat dewasa, aura kecantikan putri Mandalika menjadi buah bibir rakyat hingga tersebar ke seluruh Lombok. Pangeran-pangeran dari Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha dan Beru berniat sekali untuk mempersuntingnya.

 [caption caption="Panatai "Bau Nyale""]

[/caption]

Mengetahui hal itu, Putri Mandalika justru kesal karena apabila dia dimiliki oleh salah satu pangeran, bakal terjadi peperangan hebat. Muncullah ide untuk mengundang semua pangeran ke Pantai Kuta pada tanggal 20 bulan ke 10 sesuai dengan perhitungan suku Sasak di waktu subuh. Rakyat dan para pengeran datang ke lokasi. 

Sesuai dengan janjinya, Putri Mandalika muncul diusung oleh prajurit-prajuritnya. Lalu turun dan pergi ke sebuah batu di pinggir pantai. Di atas batu itu, Putri menyatakan siap menerima semua pangeran dan rakyatnya dengan senang hati. Namun setelah itu, Putri Mandalika meloncat ke laut. Meski sudah dicari ke laut, tak seorang pun menemukannya. Tak berselang lama. Tiba-tiba muncul segerombolan cacing laut berwarna-warni di sekitar tempat Putri Mandalika terjun ke laut. Sejak saat itulah, rakyat meyakini bahwa banyak cacing laut (Nyale) itu adalah jelmaan dari Putri Mandalika (Putri Nyale). 

Pesta Bau Nyale, tradisi Suku Sasak, adalah kegiatan penduduk untuk menangkap cacing laut di antara lubang-lubang karang secara rama-ramai di pantai Mandalika dan biasanya di bulan Februari dan Maret. Kini tradisi itu menjadi daya tarik wisata. 

Pantai Seger 

Akses ke pantai Seger sebenarnya hanya bersebelahan dengan pantai Mandalika. Jembatan penghubung kepantai Seger hanya bisa dilalui oleh manusia. Karena itu, saya berbalik lagi ke jalan pariwisata setelah sampai di bundaran sepeda motor saya arahkan ke kanan. Jalan yang saya lalui itu terkesan menjauh dari pantai tapi tak beberapa lama akhirnya saya menemukan papan petunjuk arah ke pantai Seger.

 [caption caption="Seorang Pengunjung di Pantai "merica" Gerupuk"]

[/caption]

“Berapa tiket masuk ke pantai pak?” tanya saya kepada seorang bapak yang menghentikan laju kensaraan saya. “Rp 5.000,- per orang” ujarnya sambil memegang kayu penghalang jalan masuk. Setelah membayar kemudian dipersilahkan masuk tanpa diberi selembar tiket. Mungkin karena masih pagi petugas belum siap membawa tiket masuk. Semoga asumsi saya benar.

Kembali saya berhadapan dengan kontur pantai Seger yang didominasi oleh bukit-bukit. Sebuah bukit saya daki. Dari atas bukit itu saya mendapat panorama alam pantai yang sangat eksotis. Perpaduan langit cerah membiru dan toscanya air laut menyatu dengan tepian pantai yang dibalut oleh lembutnya pasir putih, dan bebatuan yang ditumbuhi hijau rumput, sungguh menyegarkan mata jiwa setiap wisatawan yang berkunjung.

Menyambung dengan pantai seger terdapat pantai Gerupuk yang terkenal dengan pasirnya yang bulat-bulat seperti merica. Warga lebih suka menyebutnya "pantai merica". Ketika saya datang kondisi laut sedang surut. 

“Biarkan foto yang berbicara” inilah kata-kata yang pantas diucapkan untuk indahnya pantai Seger.

Selama berada di Lombok, hampir semua pantai bikin saya “kepo”. Tak terkecuali Tanjung Aan, Batu Payung dan Pantai Pink di tulisan berikutnya.

 

Salam Wisata.

Salam Traveling.

Salam Koteka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun