Mengetahui hal itu, Putri Mandalika justru kesal karena apabila dia dimiliki oleh salah satu pangeran, bakal terjadi peperangan hebat. Muncullah ide untuk mengundang semua pangeran ke Pantai Kuta pada tanggal 20 bulan ke 10 sesuai dengan perhitungan suku Sasak di waktu subuh. Rakyat dan para pengeran datang ke lokasi.
Sesuai dengan janjinya, Putri Mandalika muncul diusung oleh prajurit-prajuritnya. Lalu turun dan pergi ke sebuah batu di pinggir pantai. Di atas batu itu, Putri menyatakan siap menerima semua pangeran dan rakyatnya dengan senang hati. Namun setelah itu, Putri Mandalika meloncat ke laut. Meski sudah dicari ke laut, tak seorang pun menemukannya. Tak berselang lama. Tiba-tiba muncul segerombolan cacing laut berwarna-warni di sekitar tempat Putri Mandalika terjun ke laut. Sejak saat itulah, rakyat meyakini bahwa banyak cacing laut (Nyale) itu adalah jelmaan dari Putri Mandalika (Putri Nyale).
Pesta Bau Nyale, tradisi Suku Sasak, adalah kegiatan penduduk untuk menangkap cacing laut di antara lubang-lubang karang secara rama-ramai di pantai Mandalika dan biasanya di bulan Februari dan Maret. Kini tradisi itu menjadi daya tarik wisata.
Pantai Seger
Akses ke pantai Seger sebenarnya hanya bersebelahan dengan pantai Mandalika. Jembatan penghubung kepantai Seger hanya bisa dilalui oleh manusia. Karena itu, saya berbalik lagi ke jalan pariwisata setelah sampai di bundaran sepeda motor saya arahkan ke kanan. Jalan yang saya lalui itu terkesan menjauh dari pantai tapi tak beberapa lama akhirnya saya menemukan papan petunjuk arah ke pantai Seger.
[caption caption="Seorang Pengunjung di Pantai "merica" Gerupuk"]
“Berapa tiket masuk ke pantai pak?” tanya saya kepada seorang bapak yang menghentikan laju kensaraan saya. “Rp 5.000,- per orang” ujarnya sambil memegang kayu penghalang jalan masuk. Setelah membayar kemudian dipersilahkan masuk tanpa diberi selembar tiket. Mungkin karena masih pagi petugas belum siap membawa tiket masuk. Semoga asumsi saya benar.
Kembali saya berhadapan dengan kontur pantai Seger yang didominasi oleh bukit-bukit. Sebuah bukit saya daki. Dari atas bukit itu saya mendapat panorama alam pantai yang sangat eksotis. Perpaduan langit cerah membiru dan toscanya air laut menyatu dengan tepian pantai yang dibalut oleh lembutnya pasir putih, dan bebatuan yang ditumbuhi hijau rumput, sungguh menyegarkan mata jiwa setiap wisatawan yang berkunjung.
Menyambung dengan pantai seger terdapat pantai Gerupuk yang terkenal dengan pasirnya yang bulat-bulat seperti merica. Warga lebih suka menyebutnya "pantai merica". Ketika saya datang kondisi laut sedang surut.
“Biarkan foto yang berbicara” inilah kata-kata yang pantas diucapkan untuk indahnya pantai Seger.
Selama berada di Lombok, hampir semua pantai bikin saya “kepo”. Tak terkecuali Tanjung Aan, Batu Payung dan Pantai Pink di tulisan berikutnya.