Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Love Sunset" Puncak Bukit Rong Salatiga

4 Agustus 2015   08:37 Diperbarui: 4 Agustus 2015   14:29 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bermain Sunset LOVE"][/caption]
 

Begitu melihat langit Salatiga begitu cerah pada Minggu ini (5/7), saya langsung menghubungi Kompasianer Dhave Dhanang melalui Hape-nya. Terjadi percakapan dan diakhiri dengan janjian untuk berburu matahari terbenam.

“Goa Rong apa Kesongo?” tanya Dhave. “Kesongo itu yang di pinggir Rawapening? Yang ada perahu-perahunya? Dulu spot itu sudah. Goa Rong belum,” balas saya. Akhirnya disepakati Goa Rong dan jam empat sore berangkat menuju ke Goa Roa, Desa Dhelik.

Liburan sekolah memang pas untuk berwisata. Tapi yang paling seru bisa bertemu dan mengajak hunting bersama dengan Kompasianer yang ada di Salatiga, yaitu Dhave Danang, dosen Biologi Pascasarjana di UKSW sekaligus dedengkot di Kampret (Kompasianer Hobi Jepret) dan Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana).

[caption caption="Sebelum Sunset Dari Bukit Rong"]

[/caption]

Sesampainya di Jembatan Tuntang, mobil berbelok ke kanan dan lewat di depan Stasiun Tuntang yang sore itu tampak sepi. Laju mobil melambat, bebarengan dengan petunjuk Dhave untuk belok ke kanan sebelum Tlogo Resort. Mobil berbelok memasuki jalan kampung di desa Delik. Ya sekitar 4 km ke arah timur dari Jembatan Tuntang. Setelah melewati perkebunan karet, jalan mulai menanjak ke Bukit Rong. Mobil berhenti untuk membayar retribusi wisata dan parkir mobil di pos penjagaan. “Per orang Rp. 5.000,-,“ kata petugas Perhutani.

Menyusuri jalan ke Bukit Rong, memang ekstra hati-hati karena kondisi jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan lebar jalan yang mengharuskan mobil berhenti apabila berpapasan dengan mobil lain. Rintangan itu akhirnya terbayar sudah ketika kami turun mobil dan melihat keindahan lanskap yang membentang dari puncak Bukit Rong.

Di saat menikmati lanskap alam itu, Dhave berkisah. Tangannya menunjuk gunung-gunung yang terlihat dari puncak Bukit Rong, “Di sana yang jauh itu, Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Gunung Telomoyo, Gunung Merapi, dan Gunung terdekat Gunung Ungaran.” Mata saya mengikuti arah telunjuknya dengan seksama. Tampak Danau Rawapening dengan pantulan cahaya sorenya. Hamparan persawahan dan perbukitan pun makin menambah keelokan pemandangan dari puncak Bukit Rong (998 mdpl).

Warga lebih sering menyebut Goa Rong daripada Bukit Rong, Desa Delik, Tuntang, Salatiga.

[caption caption="Pemburu Sunset di Bukit Rong"]

[/caption]

Karena waktu sunset masih lama, saya dan rombongan menunggu di salah satu pondok yang telah disediakan. Yang membawa anak, sang anak bisa main ayunan di taman. Kami tidak lama berdiam di situ. Kami turun menuju Pendopo Café untuk memesan minuman dan makanan ringan. Sesekali kami melihat ke arah matahari terbenam di balik Gunung Sumbing. Semua perangkat fotografi kami siapkan di meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun