Selasa (26/6), masih di Jalan Raya Prambanan – Piyungan, roda mobil bergulir ke arah Prambanan meninggalkan Candi “Teletubbies” Abang di dusun Jogotirto. Laju mobil pelan. Namun mata melirik ke kanan kiri mencari papan petunjuk arah ke Candi Ijo. Akhirnya saya melihat papan petunjuk itu. Ternyata di papan petunjuk itu, tercantum Candi Ratu Boko dan Candi Ijo mengarah ke kanan.
Menyusuri jalan menuju ke Candi Ijo, saya harus ekstra hati-hati. Betapa tidak. Posisi Candidi Ijo berada di lereng bukit yang tinggi (375 mdpl) atau sebelah Tenggara Candi Ratu Boko. Jalannya menanjak tinggi dan memaksa saya mengganti gigi satu untuk bisa sampai ke atas. Belum lagi kondisi jalan berlubang dan apabila berpapasan dengan truk pengangkut batu alam dan galian tanah, harus sedikit mengalah. Truk-truk ini keluar masuk dari tebing Breski yang satu jalan ke arah Candi Ijo.
[caption caption="Banyak dikunjungi wisatawan"]
Setelah memarkir mobil dan lagi-lagi harus membayar uang parkir lebih dahulu, saya kemudian masuk pelataran candi yang luasnya sekitar 0.8 hektar. Saat melewati pos jaga, saya diminta untuk mengisi buku tamu tanpa membayar. Sejauh mata memandang dari pos jaga, saya melihat komplek percandian yang tersusun rapih dan bersih.
Komplek Candi Ijo terdapat candi induk dan tiga candi kecil (pewara) yang menghadap ke candi induk dan konon dipakai untuk memuja Trimurti: Brahma, Wisnu dan Syiwa. Di sebelah Barat terlihat reruntuhan candi dalam proses penggalian dan pemugaran. Semakin sore semakin banyak yang datang ke Candi Ijo.
Saya menduga mereka akan menikmati keindahan matahari terbit dari Candi Ijo yang katanya spetakuler dan tidak kalah indahnya sunset di Candi Ratu Boko. Tak hanya itu, Candi Ijo dikenal sebagai candi yang terletak di tempat tertinggi yang ada di Yogyakarta.
Sekelompok anak remaja berselfie ria dengan latar belakang candi dengan kamera dan tongsisnya. Rupanya Candi Ijo menjadi spot yang menarik bagi para fotografer. Sementara itu, tangga undakan di semua candi dipenuhi oleh orang-orang yang duduk menanti datangnya sunset.
[caption caption="Sunset di Candi Ijo"]
Candi Ijo beda dengan Candi Abang. Dinamakan Candi Abang karena dibangun dari bata bata merah (abang, Bahasa Jawa). Dinamakan Candi Ijo karena percandian ijo dibangun di punggungan bukit/gumuk ijo sebagaimana disebut dalam Prasasti Poh (906 Masehi).
Komplek percandian ijo sangat unik karena dibangun dengan mengikuti kontur bukit sehingga tampak jelas teras-teras berundak di mana Candi induk (menghadap ke arah barat) lebih menonjol ketimbang candi pengapit dan candi pewara (menghadap ke timur atau ke candi induk).
Pengalaman mengunjungi Candi Abang dan Candi Ijo menjadi pembelajaran bagi saya dan teman bahwa setiap candi pasti memiliki nilai historis yang mengungkap tentang peradaban, budaya dan nilai spiritual umat manusia jaman dulu.