Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ini Alasannya Candi Abang Diburu Wisatawan

28 Juli 2015   14:31 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:50 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokpri: Candi Abang, Candi Teletubbies"][/caption]

Begitu mendengar Candi Abang, sontak saya bertanya kepada teman saya di mana lokasinya dan apakah candinya bagus apa nggak? Teman saya, yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi negri itu berujar. “Kata mahasiswa saya, candi Abang itu bagus dan unik. Bentuk candinya tidak seperti candi-candi yang tersusun dari batu andesit di jaman Hindu. Justru mirip dengan bukit Teletubbies”

Jawaban itu membuat saya makin penasaran. Siang (26/6) itu cuaca cerah. Langit biru memayungi kota Yogyakarta Timur. Tepatnya di Dusun Sentonorejo, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, DIY. Akses ke Candi Abang tidak terlalu sulit. Patokan utama adalah jalan raya Kalasan-Piyungan. Saya bergerak dari Kalasan dan memasuki jalan raya ke arah Piyungan. Kemudian saya melihat papan penunjuk ke arah Candi Abang diperempatan lalu ke arah kanan. Rupanya jalan itu bisa tembus ke Desa Jogotirto dan bila diteruskan bisa sampai ke Berbah dan Bandara Adisucipto.

[caption caption="Dokpri: View dari Puncak Candi Abang"]

[/caption]

Mobil dengan 5 penumpang, merangkak naik ke jalur bukit sesuai dengan petunjuk jalan. Hanya beberapa menit sudah sampai di pintu masuk. Mobil saya parkir di pinggir jalan setelah membayar Rp. 5.000,- kepada seorang anak muda yang sedang jaga parkir. Saya lihat ada satu mobil dan beberapa sepeda motor parkir di situ. Untuk masuk lokasi wisata, kali ini gratis karena tidak ada yang jaga.

[caption caption="Dokpri: Jalan Setapak Menanjak dan Gersang"]

[/caption]

Jalan setapak menuju Candi Abang masih berupa jalan tanah gersang berdebu. Kanan kiri jalan ditumbuhi pepohonan dan semak belukar. Kesan gersang menguat seiring dengan musim kemarau. Napas saya tersengal-sengal. Jalan setapak itu makin menanjak menuju Candi Abang..

Candi Abang memang mirip dengan Bukit Teletubbies. Ditumbuhi rumput menghijau. Sebuah arca yoni berukuran kecil 15 cm berbentuk heksagon (segi delapan) berada di pelataran candi. Konon arca ini diakui sebagai peninggalan agama Hindu sekitar abad ke 9 dan ke 10 pada zaman Mataram Kuno. Atas dasar itu ditengarai abad itulah Candi Abang berdiri.

[caption caption="Dokpri: Candi Yoni Peninggalan Agama Hindu"]

[/caption]

Ini alasanya mengapa Candi Abang diburu wisatawan

Candi Abang dikenal sebagai candi Teletubbies. Bentuk candi yang berupa bukit dan ditumbuhi rumput secara menyeluruh, mengingatkan akan serial TV yang dibintangi oleh kelima kakak beradik Teletubbies yang bernama Tinky Winky, Dipsy, Laa-laa, dan Po. Kesamaan inilah yang membuat penasaran banyak wisatawan terutama kaum muda dan anak-anak.

[caption caption="Dokpri: Candi Abang Candi batu Bata Merah"]

[/caption]

Candi biasanya dibuat dari batu andesit yang diambil dari bebatuan Gunung Merapi seperti Candi Prambanan, Candi Boko, candi Ijo dan lainnya. Uniknya, Candi Abang ini dibangun dari batu bata merah. Itulah mengapa disebut Candi Abang (merah). Candi-candi yang dibangun dengan batu bata merah mengingatkan candi peninggalan Majapahit di Jawa Timur.

[caption caption="Dokpri: Informasi Sejarah Candi Abang"]

[/caption]

Ada kisah yang membuat Candi Abang ini diburu wisatawan. Alkisah, Kyai Jagal yang berbadan besar dan tegap serta berambut panjang dipercaya untuk menjaga candi ini. Alasannya, di dalam candi ini tersimpan sebongkah emas sebesar anak kerbau. Mitos ini dikaitkan dengan tradisi masyarakat yang datang ke candi untuk mencari pesugihan (kekayaan).

[caption caption="Dokpri: Awan Putih Di Atas Candi Abang"]

[/caption]

Demikian juga, cerita tentang awan merah yang memayungi candi pada saat tertentu. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat awan itu berwarna merah sedangkan awam tetap melihat awan berwarna putih. Konon peristiwa ini dikaitkan dengan keberuntungan seseorang.

[caption caption="Dokpri: Mitos dan Kepercayaan Pesugihan"]

[/caption]

Benar tidaknya kisah itu tergantung kepercayaan masing-masing. Yang jelas candi Abang terkenal bukan karena candi itu berwarna merah tetapi cerita mitos dan bentuk Teletubbiesnya yang melegenda.

Katanya di sekitar candi ada Batu Kodok, tetapi saya tidak melihatnya. Apakah ini pertanda bahwa saya belum beruntung? Entahlah. Sekitar satu jam saya berada di lokasi candi Abang lalu pulang untuk mengunjungi Candi Ijo yang tak jauh dari candi Boko.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun