[caption caption="Rol Matahari Di Celah Gua Pindul"][/caption]
Gua Pindul dan Kali Oyo di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul masih bersinar dan banyak wisatawan yang datang untuk mencobanya. Tak heran bahwa kedatangan wisatawan berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi warga. Dampak wisata alam ini terlihat nyata pada kondisi rumah penduduk yang tampak bersolek diri dengan tembok dan beton. Warung-warungnya berdiri kokoh menyatu dengan tempat parkir, jasa kamar mandi, rumah makan, dan pusat operator yang menyediakan peralatan tubing dan arum jeram. Wajah Desa Bejiharjo makin bersinar dan ini berbeda dengan sebelum tahun 2010.
Kira-kira begitulah kesan saya ketika untuk kedua kalinya saya memanfaatkan liburan sekolah (26/7) bersama teman saya yang berasal dari Prabumulih Sumatera dan Tomohon Sulawesi Utara. Kami berwisata “cave tubing” Gua Pindul dan “rafting” menyusuri Kali Oyo Gunung Kidul yang lalu.
Begitu keluar dari akhir gua Pindul, wajah Poluan tampak berseri-seri. Saking puasnya, teman saya itu berseru, “my trip, my adventure”. Spontan saja, teman-teman satu rombongan menoleh ke arah Poluan, yang masih berpose mengangkat jempol tangan kanannya tanda ia sangat puas. Sedangkan tangan kirinya masih memegang ban karet pelampung yang tadi dinaiki untuk cave tubing atau susur gua di atas aliran sungai bawah tanah (panjang 350 m lebar 5 m dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 m).
[caption caption="Gapura Selamat datang di Gua Pindul"]
“Di Manado dan sekitarnya, nggak ada yang kayak gini. Sungguh luar biasa pengalaman hari ini. Saya nanti kalau pulang akan mengusulkan supaya susur gua Pindul dimasukkan dalan kegiatan studi tour sekolah” ujar Poluan dengan penuh semangat.
Nando, siswa SMA di Lahat yang sedang liburan ke Yogya, mempunyai kesan serupa dengan Poluan yang berdarah Manado. “Sangat sangat seru” katanya. Kesan serupa juga dirasakan oleh Septi, kakak perempuan Nando yang kuliah di perguruan tinggi swasta di Yogya.
Pagi-pagi saya menjemput Poluan dan keluarga yang menginap di Hotel sekitar Dagen Malioboro. Tapi ia memberi kabar sedang makan pagi dan setelah itu mereka menyiapkan diri lalu berangkat. Sementara itu di mobil teman saya dari Prabumulih sudah bercengkerama dengan kedua anaknya. WEntah apa yang diomongkan. Yang jelas anak perempuannya masih kuliah di perguruan tinggi yang berlokasi di Babarsari. Sedangkan Nando, adiknya siswa SMA Lahat, sedang memanfaatkan liburan sekolahnya di Yogya.
[caption caption="Bangunan Rumah yang kokoh"]
Tak lama kemudian roda mobil tipe keluarga bergerak meninggalkan Yogyakarta menuju ke arah Wonosari lalu ke arah Karangmojo (jaraknya 7 km sebelah Utara dari Wonosari). Saya berterima kasih kepada Shakuntala yang membantu saya untuk booking ke salah satu operator di Pindul. Tanpa bantuan Shakuntala, bisa dibayangkan bahwa saya harus memilih satu operator dari 15 operator Gua Pindul dan Kali Oyo. Daripada bingung memilih operator, saya minta bantuan Shakuntala (pemilik pondok Shakuntala di Pantai Slili) untuk mengatur segala sesuatunya termasuk makan siang kami khas Gunungkidup seperti thiwul, gatot, belalang goring, gudeg manggar dan lain sebagainya.
Setelah ukur baju pelampung, sepatu, dan beli tempat hp tahan air (Rp. 25.000,) serta pesan jasa foto kami menuju ke mulut gua Pindul. Sebelum mencebur dengan ban pelampung, pemandu menyampaikan briefing singkat yang intinya supaya tetap menjaga kebersihan, karakter gua Pindul yang terbentuk dari bebatuan karst dan staklatit (sejenis tanh mineral sekunder batuan kapur) yang masih ada tetesan airnya dan diinformasikan bahwa peresmian objek wisata ini pada 10 Oktober 2010.