Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bantuan Sukarela VS Bantuan Kesombongan

25 Januari 2014   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_308107" align="alignnone" width="600" caption="Tonny Gosal - Pejabat Pemerintah, Menko Kesra Agung Laksono dan Gubenur Sulut Sarundajang Tinjau Lokasi LongsorTinoor"][/caption]

Pada suatu hari, telpon berdering di posko bencana dan salah satu anggota tim sukarelawan mengangkat telpon dan mendengarkan orang yang telpon.

“Hallo kami minta bantuan untuk para korban” “Oh ya bisa. (jeda) lokasinya ada dimana? Bagaimana kerusakannya? Siapa penanggungjawab? Dan berapa jumlah korban di situ? Terdengar suara penelpon dari seberang, “Ada penanggungjawabnya, jumlah korban sekitar 900 Kepala Keluarga” “Ha ??????.... kalo jumlahnya sebesar itu berarti secepatnya hubungi Bapak Gubenur”

Pembicaraan di telpon berhenti. Posko peduli bencana tidak sanggup menerima permintaan sebanyak itu dan menyarankan untuk segera menghubungi Bapak Gubenur. Posko bencana yang ditelpon seseorang tadi sementara tetap melanjutkan aktifitasnya. Silih berganti berbagai komunitas, instansi, perusahaan atau pribadi datang memberikan bantuan dengan sukarela.

Suatu ketika ada dua mobil truk datang dengan membawa bantuan masuk ke halaman posko bencana. Tim relawan yang menjaga posko melihat dua truk itu dengan senang hati. Kemudian sopir dan orang yang duduk di dekat sopir turun memberitahukan kedatangannya. Dari pihak posko, siap membantu menurunkan bantuan dari truk.

“Maaf ya, jangan diturunkan dulu bantuan itu dari truk. Soalnya kami menunggu pimpinan datang ke sini. Itu perintah dari pimpinan kami” jawab seorang yang duduk di samping sopir truk. Tim relawan yang menjaga posko memaklumi karena SOP (standard opersional procedure) yang digunakan di posko memang harus ada serah terima penyerahan barang. Selain itu harus difoto untuk dokumentasi sekaligus bukti penerimaan bantuan.Untuk itu, pimpinan harus hadir dan menandatangani bukti penyerahan bantuan.

Waktu terus berjalan. Dua truk sudah parkir di halaman Posko Bencana hingga malam tiba. Pimpinan yang ditunggu pun belum datang. Sementara itu mobil-mobil pembawa bantuan yang lain, masih terus berdatangan. Untungnya tempat parkir masih luas sehingga dua truk yang sudah lama parkir tadi tak begitu mengganggu lalu lintas bongkar muat bantuan.

Menyerahkan bantuan tetapi harus menunggu pimpinan menjadi pembicaraan ramai di media sosial karena ada salah satu relawan yang menulis statusnya begini, “kemarin ada istilah baru di posko bantuan bencana, ada bantuan sukarela tapi ada yg namanya "bantuan kesombongan"...

[caption id="attachment_308109" align="alignnone" width="600" caption="Tonny Gosal - Bantuan Sukarela Korban Longsor Tinoor"]

1390623704305315912
1390623704305315912
[/caption]

Status itu kemudian mendapat banyak komentar dari pengguna sosial media lainnya. “So itu noh.. maar ada bgt banyak orang dan kelompok yg sangat iklas, tp ada 1,2 hrs hadirkan pembesar dulu, padahal korban sudah harus dibantu.. huhuu”

“Naaaah lhoooo... itu yang persis sering orang bonceng ketenaran... seolah2 dia yg sumbang. gak masalah kalau bgt asal jangan pamer seolah2 dia yg sumbang. pdhal ada yg jadi peran Utama sementara dia jadi peran pembantu... kasihan deh... tp apapun khasiatnya yg penting bantuan itu tba pada saat yg tepat..”

“itulah Le., ada yg bawa sumbangan tapi harus parkir berjam-jam di halaman karena hrs tunggu katanya pejabat untuk serahkan.. sampe somo tengah malam bantuan masih di mobil, sementara pejabat yg ditunggu nda datang2..”

“itu bantuan kesombongan sudah dibersihkan dengan cara menyalurkannya dengan iklas dan sukacita.. hehe..”

Banjir bandang yang menerjang kota Manado (15/1) sempat melumpuhkan perekonomian di pertokoan Dendengan Dalam. Banyak toko tutup karena kebanjiran. Hingga seminggu sesudah bencana, masih banyak toko yang tutup dan para pedagang merugi.

Tadi malam (24/1), air tiga sungai di Manado yaitu Tondano, Sario dan Tikala, naik. Hujan sepanjang hari di daerah hulu menjadi penyebab naiknya air sehingga beberapa tempat tergenang lagi hingga satu meter.Kondisi ini memprihatinkan semua pihak. Selama hujan masih turun di hulu, bencana sususlan masih saja mengancam kota Manado.

Kami masih membutuhkan bantuan tetapi bukan bantuan kesombongan melainkan bantuan sukarela yang diberikan dengan iklas dan sukacita.

Sumber foto: FB Tonny Gosal Saki

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun