Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Freeport, Lima S, Suka Duka Mendidik Siswa Papua

4 Agustus 2013   11:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:38 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_270597" align="alignnone" width="600" caption="Siap Telusuri Desa-desa Sekitar (Foto: trilokon)"][/caption]

Setiap tahun ajaran baru, sekolah kami menerima para siswa penerima bea siswa dari Freeport (PTFI) melalui lembaga CSR-nya yang bernama LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro). Mengapa suku Amungme dan Kamoro yang diperhatikan? Konon ke dua suku ini selain terbesar juga menjadi induk dari suku-suku lain yang masih tinggal di pedalaman, pegunungan di sekitar Jayawijaya.

Jumlah siswa setiap tahun yang dikirim ke sekolah kami (SMP/SMA Lokon) antara 20 hingga 30 orang. Sekarang tak hanya mereka yang tinggal di Mimika saja tetapi dari daerah gunung, Tembagapura pun ikut dikirim ke sekolah kami. Kerjasama LPMAK dan sekolah kami sudah berjalan lebih dari lima tahun. Bahkan sudah ada, alumni sekolah kami yang telah menyelesaikan S2 Ilmu Sosial Politik dan katanya akan mencalonkan diri menjadi Bupati Timika.

Selama itu, pengalaman suka duka mendampingi para siswa yang dikirim melalui LPMAK dan YPJ (Yayasan Pendidikan Jayawijaya) sudah menjadi makanan sehari-hari. Program matrikulasi Losnito menjadi semacam “kawah candradimuka” bagi mereka sebelum masuk ke kelas reguler.

[caption id="attachment_270603" align="alignnone" width="600" caption="Dari Tembagapura dan Timika Menuju ke Manado (Foto: trilokon)"]

13755903751164336304
13755903751164336304
[/caption]

Sebenarnya tak hanya sekolah kami saja yang menjadi mitra pendidikan LPMAK dan YPJ. Ada sekian banyak sekolah mulai dari SMP, SMA, Perguruan Tinggi baik di Jawa maupun di Manado dan luar negeri, menjadi mitra dalam upaya memberikan pendidikan layak bagi putra-putri daerah Papua. Konon, setiap tahun ajaran baru LPMAK mengirim siswa hingga 1000 orang ke sekolah-sekolah yang menjadi mitra pendidikannya.

LPMAK tak hanya menangani pendidikan tetapi juga mengembangkan masyarakat dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Informasi itu bisa dicermati di websitenya LPMAK di sini.

Suka Duka

Dulu saya beranggapan bahwa para siswa Papua itu berasal dari suku-suku yang tinggal di pedalaman hutan Papua. Karena itu, kesan katrokdan belum modern, otomatis mencuat begitu saja dalam benak dan sikap saya sebagai pembina. Tantangan kami adalah kebiasaan mereka yang jarang mandi dan suka tidak ganti baju serta baunya yang khas banget hingga menyesakkan pernafasan.

Memang tidak semua begitu, ada yang bersih dan harum badannya karena disemprot parfum. Namun mereka yang berasal dari pantai biasanya memiliki kebiasaan jarang mandi dan kalau belajar di asrama lepas baju. Ciri khas anak pantai adalah kulitnya lebih hitam legam persis orang Nigeria. Kalau yang gunung biasanya bersih dan coklat kulitnya. Soal rambut, semua keriting.

[caption id="attachment_270599" align="alignnone" width="600" caption="Tetap Bersemangat Menuju ke Depan (Foto: trilokon)"]

1375589867600264360
1375589867600264360
[/caption]

Setelah saya pergi ke Mimika, Timika dan sekitarnya, ternyata dugaan saya tadi meleset. Timika, Kabupaten Mimika adalah kota urban yang besar dan ramai. Selain memiliki bandara Internasional Mozes Kilangin (diresmikan 9 Oktober 2008), Mimika juga punya pelabuhan Pomako dan Portsite yang dipakai untuk pengapalan hasil tambang di Tembagapura.

Tak urung gaya hidup perkotaan juga merambah ke sikap para siswa. Sebagai contoh, penggunaan gadget yang dilengkapi dengan headset/earphone melanda generasi muda. Miras hingga mabuk dan merokok tak luput menjadi budayanya. Ini membuat dilema di dunia pendidikan. Merokok dan minuman beralkohol sudah menjadi bagian dari pesta adat. Tetapi di dunia pendidikan merokok, miras dan narkoba dilarang (sangat) keras dan sanksinya langsung dikeluarkan. Satu dua kami menghadapi kasus-kasu itu yang dilakukan oleh beberapa siswa.

Setelah lulus dan lanjut kuliah hingga S2 dan kemudian ada yang menjadi Pilot, leglistator, dan guru dan lainnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami. Siapa bilang mereka tidak bisa dididik dengan baik. Buktinya tak sedikit yang berhasil pulang ke daerahnya untuk membangun daerahnya. Karena itu, saya senang mendengar motto mereka, “berubah untuk kuat”.

[caption id="attachment_270600" align="alignnone" width="600" caption="Melewati Pemandangan Alam di desa Kayawu (Foto: trilokon)"]

13755899431416576135
13755899431416576135
[/caption]

Lima S

Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun adalah budaya 5S yang kami jarkan setiap hari baik di asrama dan sekolah, selain Kurikulum Berbasis Kehidupan.

Hari Jumat (2/8) yang lalu kami mengajak 19 siswa Matrikulasi yang baru saja datang (29/7) ke sekolah dan asrama untuk jalan-jalan menyelesuri desa-desa di sekitar kampus. Kegiatan ini termasuk dalam program kegiatan pengenalan wilayah yang rutin kami buat.

Sepanjang jalan, secara spontan para siswa bersalam sapa dengan penduduk yang dijumpai dengan mengucaplkan “selamat pagi Pak, Bu dan selamat pagi adek”. Spontanitas mereka tak jarang ditanggapi dengan dialog lanjutan seperti dari mana asalnya, mau kemana dan sebagainya. Sepanjang perjalanan melewati desa-desa Wailan, Kayawu, Taratara, Woloan dan Kakaskasen, para siswa mempratekkan LIMA S tadi.

Ketika melewati sebuah SD Negeri Taratara, tiba-tiba anak-anak SD berhamburan keluar kelas menyambut kedatangan kami dan para siswa. Begitu disambut meriah secara spontan, para siswa saling bersapa dan menyalami para adik-adik dengan semangat. Tak lupa foto bersama.Videonya bisa dilihat di sini.

[caption id="attachment_270601" align="alignnone" width="600" caption="Foto Bersama Setelah Santap Siang di Woloan (Foto: Trilokon)"]

13755900261391076221
13755900261391076221
[/caption]

Jarak tempuh perjalanan pengenalan wilayah itu kurang lebih 10 km. Hari Senin kami juga berencana untuk mengenalkan wilayah yang lebih jauh seperti Minahasa, Bitung, Manado dan Amurang hingga Kotamobagu. Tujuan utamanya adalah menambah wawasan geografis dan adat istiadat Minahasa.

Begitulah sedikit cerita tentang pendidikan buat generasi muda Papua yang menerima bea siswa dari PTFI lewat LPMAK dan YPJ. Meski tak mudah membentuk karakter mereka yang “keras” tapi kami yakin beberapa tahun ke depan mereka akan berhasil “menguasai” seluruh potensi sumber daya alam dan manusia lebih cerdas dan inovatif demi kejayaan bumi Cendrawasih ini.

[caption id="attachment_270602" align="alignnone" width="600" caption="Masuk Desa Tara-tara (Foto: trilokon)"]

13755901141828948522
13755901141828948522
[/caption]

Oh ya, saya ucapkan Selamat Idul Fitri, Mohon maaf lahir batin dan salam 5 S ! Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Satun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun