Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Smartrip Adventure ke Onrust Arkeologi Park

17 Juni 2013   11:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:54 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deru mesin sudah terdengar. Fajar Bone bergerak meninggalkan demaga Muara Kamal. Bau amis tempat pelelangan ikan Muara Kamal mulai sirna seiring dengan lajunya perahu yang bawa 25 penumpang menuju tiga pulau di kepulauan Seribu. Dalam briefing di rumah bu Haji, sebelum bertolak ke pulau, guide tour Dimas, jelaskan, trip kali ini bernuansa "historical tourism" (wisata sejarah) yang dipadukan dengan wisata bahari. Pulau Kelor, pulau Cipir dan terkahir Pulau Onrust, itulah agenda wisata sejarah hari ini (Minggu 16/5). Pulau Kelor dan Benteng Kunonya Pulau Kelor, Pulau Cipir (Khayangan), Pulau Onrust pada jamannya yaitu abad 17 eranya VOC, adalah penopang Ibukota jakarta secara dagang dan politis. Namun, sekarang hanya bisa dikenang dengan mengunjungi puing-puing bersejarahnya. Udara panas dan langit flare abu-abu, setia menemani perjalanan saya dan rombongan yang diorganisir Smartrip jauh-jauh hari. Bukan hanya rombongan kami yang plesiran ke tiga pulau. Tak kurang ada lima perahu berlabuh bersamaan dengan perahu yang kami tumpangi. Artinya, ke tiga pulau itu menjadi destinasi wisata yang pas dikunjungi di hari Minggu ini. Mesin perahu Fajar Bone berkekuatan 15 PK, mampu menempuh dari Muara Kapal ke Pulau Kelor, pulau pertama yang kami kunjungi, hanya dalam waktu setengah jam. Jarak tempuh ini berbeda dengan yang disebut dalam brosur Onrust Archaeological yang hanya 15 menit. Mendekati Pulau Kelor, sejauh mata memandang, pulau ini eksotik karena adanya bentangan pasir putih yang kontras dengan puing-puing benteng Hinda Belanda di sebelahnya. Hampir setiap sudut pulau itu, tampak orang sedang memancing ikan. Saat saya tanya ikan apa yang didapat, seorang pemancing bercerita bahwa ia sering mendapat Kerapu Batu. Dari pagi hingga sore, ia bisa mampu mendapatkan lebih dari 2 kg. Tapi tidak selalu begitu, untung-untungan katanya sambil memasukkan kepala udang di alat pancingnya. Saya menikmati pulau itu dengan berjalan melalui pedesterian yang dicor hingga setengah pulau sambil melihat puing-puing benteng yang terkesan dibiarkan begitu saja. Di sisi Barat, kami berfoto bersama dengan latar belakang benteng peninggalan Belanda ketika menghadapi serangan Portugis abad 17. Dari Pulau Kelor, saya melihat pulau Bidadari, namun agenda trip kami tidak mengunjungi pulau Bidadari itu. Menurut sejarah, Belanda membangun tiga benteng untuk hadapi serangan Portugis di tiga pulau yaitu Kelor, Bidadari dan Onrust. Hampir satu jam lebih kami berada di Pulau Kelor. Selanjutnya kami menuju ke pulau Cipir atau sering disebut Pulau Kayangan. [caption id="attachment_260672" align="alignnone" width="300" caption="Benteng Mortello"][/caption] Pulau Cipir, Pulau Kahyangan Ada apa di pulau Cipir ini? Di pulau ini, terlihat sisa-sisa bekas rumah kuno tak beratap namun tembok dan lantainya masih tampak kokoh. Warna kusam tembok dan lantai seakan memberitahukan tentang sejarah jaman dahulu. Di pulau ini, 1911-1933, puing-puing rumah kuno itu bekas dipakai untuk Karantina Haji (di Pulau Onrust juga ada), rumah sakit, rumah dokter. Rupanya jemaah haji yang terkena penyakit menular dirawat di pulau Cipir ini. Selain itu, ada puing-puing jembatan Poton yang menghubungkan pulai Cipir dengan Pulau Onrust. Jembatan antar pulau ini dibangun untuk memudahkan perawatan jemaah haji yang sakit dan yang dikarantinakan. Pulau Onrust, Pulau Arkeologi Di bandingkan dengan ke dua pulau yang tadi kami sambangi, Pulau Onrust lebih luas dan tertata rapi dengan dermaga kapal yang bagus. Tak hanya itu, ada beberapa bangunan bergaya betawi berdiri untuk menunjang wisata sejarah. Bangunan itu ternyata berisi artefak yang diketemukan di pulau itu. Selain museum arkeologi, terdapat juga pondasi pagar anti tikus, penjara, pemakaman orang Belanda yaitu Wilemse Vogel (+1738), Anna Andriana Duran (+1772), Maria van de Velde (1721) yang konon ceritanya meninggal dalam busana pengantin karena sedang menanti kekasih yang datang dari Belanda. Jalan-jalan keliling pulau seluas 7,5 ha ini saya merasa tidak seperti di pulau tetapi berada di sebuah taman hijau (park) karene pedesterian dipayungi pohon-pohon besar seperti mahoni. asem jawa, ketapang dan lainnya. Rindangnya pohon bikin nyaman di badan dan tak kuasa untuk menahan kantuk sambil bermimpi ketemu J, P Coen yang menjadikan pulau Onrust sebagai benteng pertahanan untuk lindungi Banten dari serangan Inggris tahun 1613. Saya pun membayangkan berjumpa dengan James Cook, Sang Kapten Penjelajah di jaman VOC yang menaruh kapalnya di pulau ini untuk di diperbaiki selama Oktober-Desember 1770. Cook sendiri di Batavia untuk ekspansi bisnisnya. Abel Tasman saudagar VOC juga singgah di pulau ini 1642 dan 1644. Mimpi itu menjadi kenangan. Kenyataanya arkeologi zaman VOC dan Batavia di pulau ini tinggal puing-puing dan cerita sejarah saja. Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 melumatkan seluruh isi pulau sejarah ini lewat gelombang pasangnya yang ganas. [caption id="attachment_260671" align="alignnone" width="300" caption="Mendarat di Pulau Onrust"]

1371430287789009560
1371430287789009560
[/caption] Smartrip Adventure Wisata sejarah di pulau Kelor, Cipir dan Onrust menghabiskan setengah hari dimulai dari 08.45 hingga 15.00. Saya salut dengan Smartrip, sekelompok kaum muda yang mengorganisir perjalanan "adventure" bagi siapa saja khusus anak muda pencinta traveling. Awal mulanya saya diajak oleh teman saya untuk hunting foto di kepulauan seribu. Ajakan Tommy Boyan itu saya terima dengan senang hati. Untuk itu saya harus membayar Rp. 115.000,- per paket wisata sudah termasuk karcis masuk ke pulau sebesar Rp. 5.000,- per orang. Menurut Dimas, crew Smartrip Adventure, sewa perahu sekali trip harganya Rp. 600.000,- tanpa tips. Untuk sampai ke pulau itu, ada tiga pelabuhan yang bisa digunakan yaitu Marina Ancol dengan speedboot, lalu Muara Angke dengan KM. Rindu Alam, dan Muara Kamal, perahu Fajar Bone. Meski saya baru kenal dan ketemu dengan Smartrip namun saya sudah mendengar bahwa mereka juga telah berpengalaman dalam domestik trip ke objek-objek wisata di Indonesia. Dalam perjalan kembali ke Muara Kamal, kami mengobrol tentang next trip yang direncanakan. Dimas bercerita bahwa Smartrip sudah mengagendakan untuk perjalanan wisata di Juni hingga Desember ke berbagai tempat seperti Pangandaran, Bromo, Peucang Island, Belitung, Gunung Anak Krakatau, Togen Island, Ora Beach, dan Raja Empat. Uniknya jejaring sosial seperti twitter, Facebook dan web digunakan untuk mencari peserta. Begitulah pengalaman saya bertraveling ke tiga pulau Batavia di sebelah utara kota Jakarta di awal musim liburan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun