[caption id="attachment_217213" align="aligncenter" width="640" caption="Presentasi Dibawakan Oleh Putu Anom"][/caption]
Kemendikbud RI telah memberi aba-aba bahwa pada Tahun Pengajaran (TP) 2013-2014, kurikulum baru pengganti KTSP akan dilaksanakan (Ad Experimentum) mulai dari SD dan selanjutnya SMP, SMA/SMK. Tak ada riak-riak penolakan atas kebijakan perubahan Kurikulum di kalangan akademisi, penyelenggara pendidikan atau pun pengguna jasa pendidikan (orang tua dan peserta didik).
Pembicaraan tentang Kurikulum Baru itu, mengedepankan “softskill” (kecakapan hidup) daripada “hardskill” (berbasis kompetensi sains). Tawuran pelajar/mahasiswa hingga memakan korban peserta didik dan “bullying” setidak-tidaknya memacu perubahan kurikulum itu yang digagas oleh Kemendikbud. Dengan kata lain sekolah memiliki rapor merah terhadap pelaksanaan “pendikar” (Pendidikan Karakter) siswa.
“Bagi saya, pelajaran anti korupsi di sekolah masih membingungkan. Susah buat RPP untuk pelajaran ini. Saat saya merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya saya masih bingung. Apalagi membuat Indikator Pencapaian Kompetensi. Padahal maksud dan tujuan materi “anti korupsi” sebenarnya sudah tahu” cerita Ibu Connie ketika berdiskusi tentang pendikar beberapa waktu lalu saat rehat dari mengajar bahasa Jerman.
Tidak gampang membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk materi ajar terkait dengan “softskill”.Pengalaman ini juga saya alami ketika Minggu yang lalu (18/11) mengajak 13 siswa Papua yang disiapkan untuk studi lanjut ke Jerman, untuk mengikuti pelatihan “table manner” di Hotel Peninsula Manado.
[caption id="attachment_217214" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana Pelatihan"]
Siang itu, pukul 10.15, saya dan rombongan diterima dengan ramah di lobby hotel oleh Bapak I Putu Anom, Manager Director Food and Beverage Sintesa Peninsula Hotel dan empat staffnya. Selanjutnya kami diarahkan ke lantai dua di ruangan Allamanda untuk mengikuti pelatihan table manner. Sejuknya ruangan ber-AC sejenak hilangkan penat perjalanan dan gerahnya panas Manado.
“Table Manner adalah cara bersikap dan berperilaku di meja makan” kata Putu Anom mengawali pelatihan di hadapan 13 siswa Losnito Intensive Program, dan 5 tim pendamping lainnya melalui LCD Projector. Dalam pelatihan itu, pak Putu ditemani 4 manager dan 2 koki yang membantu pelatihan table manner. Saat presentasi, suasana sedikit tegang. Bayangkan saja, para studen yang saya bawa berasal dari Jayapura, Kerom, Jahu, Wamena dan baru pertama kali ikut pelatihan di hotel berbintang.
Mereka terbiasa makan dengan lahap dan banyak. Kini dalam pelatihan, mereka dilatih bagaimana makan ber-etiket. Mereka harus memperhatikan bagaimana cara duduk, cara memakai serbet, cara berbicara, cara menggunakan alat makan, cara menghidangkan makanan, cara menggunakan alat makan di atas meja dengan menu yang disajikan, cara minum.
[caption id="attachment_217215" align="aligncenter" width="640" caption="Cara Makan Appetizer Berupa Salad"]
“Wouw, baru kali ini saya tahu dan paham bahwa di dunia International ada etiket atau tata krama orang makan” komentar Elkana Ginia, asal Keerom, yang saat di SMA Negeri 1 Arso menjadi salah satu tim pembuat Video Remaja Inspiratif 2012, yang berjudul “Ada Apa Deng Kitorang Pu Sekolah”.
“Table Manner itu membuat saya sadar akan sikap saya selama ini dalam hal makan. Saya akui saya salah dalam cara duduk yang kadang angkat kaki saat duduk di kursi. Ngobrol saat masih mengunyah juga sering tak sadar saya lakukan. Begitu pula cara minum yang langsung digelontorkan ke mulut hingga berbunyi. Ahhhh….. hebat pokoknya pelatihan ini” kata Egi nama panggilan Elkana sambil mengingat apa yang diajarkan oleh Pak Putu tentang cara minum beretiket. Pegang bagian bawah gelas berkaki, pastikan mulut bebas dari makanan saat minum, lap bibir sebelum minum supaya tidak meninggalkan bekas pada bibir gelas. Hindarkan bunyi pada waktu meminum. Jangan berkumur jika sedang minum.
Setiap peserta duduk di meja bundar berkapasitas 6 tempat duduk. Ada tiga meja bundar disiapkan. Di setiap tempat duduk sudah diset-up peralatan makan seperti apetizer knife, soup soon, apatizer knife, napkin, dinner fork, apetizer fork, b&b plate, desert fork. desert spoon. Setiap meja sudah diset-up dengan peralatan makanan dan informasi menu makanan yang akan dipratekkan. Tertulis dalam menu itu, mulai dari appetizer, soup, main course, desert. Secara berurutan menu itu disajikan seiring dengan cara menghidangkan dan menggunakan alat makan sesuai dengan menu yang disajikan.
[caption id="attachment_217216" align="aligncenter" width="640" caption="Menu Makan, Saat Pelatihan Table Manner"]
“Bertha, kok kelihatan tegang sih cara kamu makan” kata salah satu waiters saat melihat peserta tampak kaku menggunakan alat makan. Bertha yang disapa, tampak tersenyum. Ia menyadari ketegangannya saat mempratekkan berbagai macam jenis alat makan dengan berbeda fungsi dan sekali pakai.
“Macam-macam jenis alat makan itu, bikin saya tegang. Tapi itulah cara mengenal standar makan secara Internasional. Terus terang baru pertama kali saya pegang barang-barang itu. Ternyata urutan makan pun diatur. Saya jadi ingat kalau breakfast di Hotel dengan model buffee yang sediakan berbagai macam makan. Besok kalau saya mau inap di hotel berbintang, pelajaran table manner akan saya pratekkan. Yang mana dulu yang saya makan. Hahaha saya sering makan buah dulu karena takut kehabisan” kata Bertha yang sejak SMP pindah dari Wamena ke Jayapura, sambil ketawa mengingat kebiasaan lamanya yang makan tanpa berurutan seperti itu.
Bagi sebagian besar peserta, pelatihan Table Manner memang mengubah mindset dalam hal makan, khususnya santun beretiket dalam makan. Berperilaku sopan dalam makan, setidak-tidaknya tidak mempertentangkan budaya yang dibawa oleh setiap peserta tetapi berkontribusi dalam membangun budaya yang maju dan baik seiring dengan pergaulannya di dunia Internasional kelak jika mereka sampai di Jerman untuk studi.
Pelatihan table manner di Sintesa Peninsula juga dilengkapi dengan melihat langsung bagaimana pihak hotel mensetting fasilitas president suite room yang berharga mulai 7 juta semalam hingga dua juta per malam. Karena baru pertama kali masuk di ruang sangat eksklusif yang katanya pemandu, pernah dipakai oleh Presiden RI, maka para peserta memanfaatkan untuk berfoto ria. Melihat fasilitas kamar yang lengkap itu, serentak bilang woouwww…
[caption id="attachment_217218" align="aligncenter" width="640" caption="Main Course"]
Sebenanrya pelatihan di hotel disepakati, 2 jam teori 1 jam pratek. Namun nyatanya kami meninggalkan hotel pada pukul 16.00 artinya hampir lima jam lebih kami berada di hotel. Ini disebabkan oleh antusias para peserta yang aktif dalam diskusi dan tanya jawab. Mengubah sikap dan karakter mereka dalam etika makan, memang berbenturan dengan budaya yang dibawa oleh para peserta. Namun buka berarti tidak bisa. Itulah makna pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti dalam kehidupan kesehariannya.
“Tata krama dalam makan ternyata ada ya Pak. Sangat bermanfaat mengikuti pelatihan table manner di hotel kemarin” kata Alfeus Haselo yang diiyakan oleh teman-temannya setibanya di asrama. Saya kemudian membayangkan, seandainya tata krama di meja makan itu menjadi materi ajar dari Hospitality, banyak hal yang bisa dipelajari dari "tata krama" di meja makan itu untuk siswa. Apakah "table manner" bisa dimasukkan dalam Kurikulum Baru? Semoga.
[caption id="attachment_217222" align="aligncenter" width="300" caption="Desert, Hidangan Penutup"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H