[caption id="attachment_211705" align="aligncenter" width="600" caption="Kosultasi Kuliah Ke Luar Negeri (dok.pri)"][/caption]
Pameran pendidikan Losnito Edu-Exhibition 2012 di hari kedua. Saya mendatangi salah satu booth peserta pemeran yang digelar di plaza SMA Lokon selama 2 hari, 12-13 Oktober 2012. Mbak Ira pejaga booth itu, menerima kedatangan saya lalu kami terlibat dalam percakapan yang asyik. Saya buka percakapan itu dengan bertanya, berapa siswa yang datang berkonsultasi di boothnya.
“Menurut catatan saya sudah ada 20 sisiwa yang datang ke booth saya, pak” jawab Ira sambil merapihkan brosur, katalog, buku-buku informasi tentang Swiss Hospitality Education, yang diterpa angin hingga beberapa bertebaran. Tulisan di banner standingnya, tertulis dengan huruf capital besar GLion, Roches, Blue Montains. Tahun lalu, Ira menghantar satu siswa masuk Les Roches International School of Hotel Management Switzerland, jurusan Bachelor of Business Adminitration.
“Jumlah itu lumayan, artinya minat siswa ke perhotelan mulai ada” komentar saya. Ira hanya mengangguk dan berharap siswa yang sudah tercatat namanya tadi, teguh dalam cita-cita. Saat kami sedang ngobrol, tiba-tiba datang seorang Bapak yang ternyata orang tua siswa yang hari ini menerima rapor mid-semester lalu membuka pembicaraan dengan mengatakan, “Sayang anak saya lebih suka pilih jurusan hukum. Padahal saya sudah arahkan minatnya ke perhotelan yang sekarang lagi booming seiring dengan gaya hidup modern yang suka melancong”.
[caption id="attachment_211707" align="aligncenter" width="600" caption="Letak Booth Mudah Dijangkau (dok.pri)"]
Si Bapak ini pernah belajar di New York University untuk ambil S2. Tak hanya itu, si Bapak bercerita juga bahwa dua anaknya, cewek semua, sekarang sedang kuliah di Amerika. Si Bapak kemudian berbicara intensif dengan Ira soal study luar negeri. Saya pun pamit untuk melihat booth peserta pameran pendidikan lainnya yang berjumlah 24 booth dari Universitas dalam dan luar negeri dan beberapa agency pendidikan.
Saat mengunjungi booth, saya berjumpa dengan rombongan siswa kelas XII yang beberapa saya kenal nama karena ketika mereka study tour saya yang mendampingi. “Belum dapat yang cocok pak. Masih bingung mau kuliah di mana dan jurusan apa” “Emangnya mau kuliah apa dan di mana?” Komentar saya sambil berjalan menuju ke booth dari salah satu Universitas dari Surabaya.
[caption id="attachment_211708" align="aligncenter" width="600" caption="Para Peserta Pameran Bersama Kadis Pedidikan dan Kepsek (dok.pri)"]
Pameran pendidikan itu sudah usai Sabtu lalu (13/10). Namun bagi saya, pameran pendidikan itu tak sekedar memberikan ruang komunikasi bagi siswa. untuk memilih universitas dan atau agensi pendidikan mana yang berkualitas. Tetapi menyisakan tanda tanya besar tentang fenomena “kebingungan” siswa tadi, apalagi sebentar lagi siswa kelas XII akan menamatkan sekolahnya di SMA.
Mengapa mereka jadi bingung setelah melihat langsung berbagai macam universitas yang datang mendekatinya? Apakah ada yang salah dengan kurikulum sehingga di saat terakhir belajar di SMA, mereka masih ragu-ragu dengan pilihan jurusan kuliahnya? Fenomena ini menarik untuk disimak.
Untuk itu, saya kembali mendatangi booth-booth universitas dalam negeri seperti Ciputra, UMN, Petra, Pariwisata Bali, Maranatha, Untar, De La Salle, Kalbis, Jibes, Atama Jaya, UPH, Unpar, Trisakti dan lainnya. Informasi yang saya dapat, diakui oleh mereka bahwa masih banyak siswa yang belum memastikan jurusan apa dan perguruan tinggi mana yang dipilihnya.
[caption id="attachment_211709" align="aligncenter" width="600" caption="Serius Mendengarkan Nasehat Pendidikan (dok.pri)"]
“Memilih model pendidikan yang tepat dan cocok bagi siswa demi kesuksesan di masa depannya, sangat penting diketahui sejak dini. Pameran pendidikan ini, salah satu manfaat yang bisa kita petik manfaatnya” tegas Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sulut, Star Wowor dalam sambutannya membuka resmi Losnito Edu-Exhibition 2012, Jumat yang lalu.
Iven pameran pendidikan ini digelar setiap tahun dengan maksud dan tujuannya adalah agar siswa, orang tua siswa/wali serta masyarakat mendapat gambaran jelas tentang pentingya memilih sekolah yang baik dan menjamin mutu pendidikannya. Untuk menarik perhatian agar semakin banyak orang datang dan mengunjungi booth, pihak sekolah menyelenggarakan berbagai lomba mata pelajaran seperti sains (IPA) dan matematika tingkat SD dan fisika, matematika dan bahasa Inggris tingkat SMP serta paduan suara, dance, fotografi tingkat SMA/SMK.
Aginto Moningka, ketua panitia, menginformasikan bahwa akhirnya, para juara mata pelajaran tingkat SD dan SMP masih didominasi sekolah swasta di Manado. Para juara ini pun mendapat hadiah bea siswa pendidikan jika mau melanjutkan sekolah di Lokon. Upaya ini menjadi daya tarik sendiri sehingga ada 16 sekolah tingkat SD dan SMP dari berbagai daerah seperti Manado, Bitung, Amurang, Tondano dan Tomohon, ikut berlomba untuk menjadi jawara di bidang matematika, fisika, sains, dan bahasa Inggris.
Hari pertama dan hari kedua, saya melihat ke 25 booth itu banyak dikunjungi oleh siswa termasuk siswa dari luar Lokon secara bergantian. Agar tidak membosankan, kreatifitas seni dari siswa Lokon seperti dance dan band ditampilkan untuk menjadi penyela acara.
[caption id="attachment_211710" align="aligncenter" width="600" caption="Lokasi Pemeran Di SMA Lokon, Tampak Gunung Lokon"]
Pameran pendidikan bisa menjadi barometer kualitas pendidikan ketika siswa dihadapkan banyak pilihan, jurusan mana nantinya yang dipilih untuk menempa studi lanjutnya di perguruan tinggi. Ketika siswa masih banyak yang bingung, tentu saja bisa menjadi evaluasi bagi pihak sekolah agar mendidik anak supaya mengetahui diri tentang minat dan bakat yang akan dikembangkan.
Kalau tadi saya melihat ada beberapa siswa yang masih tampak bingung ketika saya tanya soal mau kuliah di mana dan kuliah apa, lain lagi dengan siswa Papua yang saya jumpai setelah mendengar penjelasan Bapak Siahaan dari perwakilan Dubes Amerika yang memberikan bea siswa kepada para pelajar terpilih.
“Hai teman, mo kuliah di mana kah?” Tanya saya kepada serombongan siswa Papua yang sedang duduk membaca propektus yang dipegangnya. “Ah, Bapak, torang mo kuliah hukum. Kalau dia, suka kuliah ekonomi” sahut Yohana Kemong, siswa Timika Papua yang mendapat kesempatan bea siswa dari Freeport. “Hukum? Mau jadi Bupatikah?” tanya saya. Dalam situasi itu, yang lain tampak merespon dengan senyuman ketika saya ajak berpikir soal cita-cita dan masa depannya.
Siswa Papua yang telah lulus, ada yang diterima di jurusan pemerintahan, ekonomi, hukum bahkan ada yang kuliah di kedokteran. Informasi ini menepis anggapan umum bahwa kualitas siswa Papua tak kalah dibandingkan dengan siswa dari luar Papua terutama Sulawesi, Jawa. Jika ada kesempatan belajar yang layak termasuk pembinaan yang baik, siswa Papua pun tak dapat dipungkiri bisa berhasil menempuh pendidikannya.Jika seperti itu, kualitas sumber daya manusia Papua kiranya akan menjadi terbaik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H