Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lokon Meletus Lagi, Pisang Goreng Rasa Abu Vulkanik

7 Oktober 2012   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:08 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_210204" align="aligncenter" width="490" caption="Gunung Lokon Meletus Foto Dari Moyaporong (foto: dokpri)"][/caption]

Minggu, 7 Oktober 2012, pukul 14.14 wita, tiba-tiba Gunung Lokon meletus. Suara gemuruh seperti guntur menderu, mengawali semburan material pijar dari Kawah Tompaluan. Spontan saya, Oten dan Sisca lari mencari posisi di bibir teras menghadap Gunung Lokon. Dan betul, dari kawah itu menyembur material pijar hitam pekat ke udara sambil mengeluarkan bunyi gemuruh yang panjang.

Kopi yang panas dan ubi serta pisang goreng yang sementara saya cocol dengan sambel rowa, otomatis saya lepas di atas meja. Dengan Ipad saya rekam letusan itu seadanya. Langit yang, sejak tadi berawan, tak mudah mendapatkan momen letusan itu dengan jelas.

Oten dan Sisca juga sibuk mengambil foto lewat hapenya. Tak lama kemudian Sisca menghubungi keluarganya yang berada di Kakaskasen untuk mengangkat jemuran dan sedikit cerita tentang kondisi hujan pece (abu) diperkirakan turun di Kinilow, Kali dan Kakaskasen Satu.

"Dapa lia, abu ba ciri kemari" "Ini bukan hujan air tapi hujan abu. Tuh, meja so ba abu putih dan jalan Bukit Doa Mahawu kelihatan ba abu. Napa itu kendaraan yang lewat so ta bungkus abu" kata Oten menceritakan situasi setelah lima belas menit Gunung Lokon meletus.

[caption id="attachment_210205" align="aligncenter" width="490" caption="Meja Kursi Di Moyaporong, Terkena Hujan Abu Vulkanik (Foto: dokpri)"]

1349609750901396982
1349609750901396982
[/caption]

Memang, kali ini abu vulkanik lembut warna abu, sudah tampak merata di sekitar tempat saya duduk-duduk minum kopi di Moyaporong. Para pengunjung lokasi wisata religi Bukit Doa Tomohon berlarian ke tempat teduh. Sebuah mobil Avanza berhenti untuk membersihkan kaca depannya dengan air yang diambil di Moyaporong. Warna langit di sekitar gunung, makin terang seiring dengan jatuhnya abu vulkanik ke segala penjuru bersama tiupan angin ke Selatan.

Suara sirene, yang saya duga suara kendaraan Badan Penanggulangan Bencana Daerah, meraung-meraung jelas terdengar dari Moyaporong tempat saya melihat langsung kejadian Gunung Lokon meletus. "Dorang so terlatih menghadapi situasi darurat seperti ini" "Tapi kenapa listrik dipadamkam oleh PLN?" tanya saya pada Oten yang bekerja di Dinas Perhubungan kota Tomohon. "Katanya, memang ada pengaruhnya pada tegangan ketika Gunung Lokon meletus. Jika tidak ada PTLPB (Pembangkit Tenaga Listrik Panas Bumi) di Lahendong di sekitar Danau Linow, wow bahaya sekali itu Lokon meletus. Sekurang-kurangnya energi letusan Lokon, berkurang dengan adanya PLTPB" ujar Oten.

Apakah ada hubungan atau tidak, saya tidak mengerti karena bukan ahli geotermal. Dengan cerita itu, saya merasa sedikit lega, karena bagaimana pun juga jika Gunung Lokon meletus, tak sehebat Gunung Merapi di Jawa Tengah. Artinya, masih aman-aman saja.

[caption id="attachment_210206" align="aligncenter" width="490" caption="Pisang Dan Ubi Goreng, Terkena Abu Lokon (foto: dokpri)"]

13496098301149970372
13496098301149970372
[/caption]

Lokon memang sering meletus. Jumat malam yang lalu (5/10) sekitar pukul 22.00 wita, Lokon meletus disertai dengan dentuman cukup keras dan material pijar yang menyala di bibir kawah hingga setengah jam. Minggu (7/10) siang, saat Gunung Lokon meletus, saya sempat lihat percikan api dan asap yang mengepul di sekitar kawah. "Kalau malam, pasti warna merahnya terlihat jelas" kata Sisca sambil melihat hasil foto letusan dari hapenya.

Mengakhiri tulisan ini, saya lihat langit masih berawan namun di bawahnya terang. Sementara Sisca ikut membersihkan debu vulkanik yang jatuh di lantai dan meja kursi di Moyaporong. Debunya tipis dan sempat terbang hinggap di pisang dan ubi goreng yang tadi saya pesan. Oten bilang, "Itu namanya, pisang goreng rasa abu lokon". Saya pun ketawa mendengar kicauannya itu.

[caption id="attachment_210207" align="aligncenter" width="490" caption="Oten Dan Meja Berdebu Vulkanik (foto: dokpri)"]

13496099791343849056
13496099791343849056
[/caption]

Foto-foto diambil dengan menggunakan tablet Ipad2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun