[caption id="attachment_201647" align="aligncenter" width="600" caption="Letusan Kamis 16 Agustus 2012 (dokpri)"][/caption] Gunung Lokon masih menjadi ancaman bagi penduduk di radius 2,5 km dari Kawah Tompaluan seperti Desa Kakaskasen, Kinilow dan Wailan. Namun, acaman terjadinya letusan gunung berapi ini yang tingginya mencapai 1,580 meter atau 5,184 feet di atas permukaan laut, dipandang sebelah mata karena tertutup oleh hingar bingarnya pelaksanaan TIFF 2012 dan Peringatan HUT Proklamasi RI yang ke 67. “Kalau suasananya lagi berpesta, jangan sekali-kali berbicara soal bahaya atau kedukaan. Itu pamali. Tidak akan ada untungnya dan bisa jadi spektakulernya Tomohon International Flower Festival dan Gebyar HUT RI ke 67, akan terancam gagal. Akibatnya, wisatawan mancanegara dan domestik membatalkan diri untuk datang ke kota bunga Tomohon ini” demikian hasil obrolan teman-teman sesaat setelah melihat Gunung Lokon “ba sembur” tempo hari. [caption id="attachment_201648" align="aligncenter" width="600" caption="Dipotret Dari Dalam Mobil Saat Berada Di Kelong Garden (dokpri)"]
[/caption] Memang tak ada “breaking news” tentang letusan Gunung Lokon pada saat pelaksanaan TIFF dan 17-an di media lokal. Dugaan saya, jika diberitakan atau diekspose besar-besaran seperti biasanya, maka pengunjung atau para peserta TIFF akan membatalkan diri. Ini sebuah kerugian besar bagi Pemkot. Saya sendiri juga tak segera meng-update kejadian itu. Saya hanya sempat memotret letusan itu di sela-sela mengantar tamu dari Bogor dan Jakarta. Tak hanya itu, kesibukan memotret acara demi acara TIFF membuat tak ada waktu untuk meposting hasil foto-foto letusan Gunung Lokon yang muncul secara tiba-tiba dalam waktu yang berbeda hari dan jam. Seperti diketahui, jenis Gunung berapi Lokon adalah jenis Stratovolcano. Letaknya sekitar 5 km Barat Laut dari pusat Kota Tomohon atau kurang lebih 25 km dari Manado. Tercatat Gunung Lokon pernah meletus pada tahun 1551, 1991, 2001, 2011, 2012. [caption id="attachment_201650" align="aligncenter" width="600" caption="Dari Bukit Doa Mahawu (dokpri)"]
[/caption] Masyarakat yang berdomisili di kaki Gunung Lokon menganggap bahwa letusan paling dahsyat terjadi pada Oktober 1991. Selain terjadi eksodus besar-besaran, ribuan rumah, kebun, peternakan hancur oleh hantaman batu dan debu yang katanya memiliki ketebalan hingga 20 cm. Tersiar kabar ada seorang wisatawan Swiss bernama Vivian Clavel hilang akibat letusan dan terseret longsoran lahar dingin. Jasadnya tak diketemukan. Letusan tahun 2001 mengakibatkan kota Manado yang berjarak 25 km gelap gulita karena material debu vulkanik yang terbawa oleh angin. Tak lama kemudian huajn debu mengguyur wilayah kota Manado hingga penerbangan dihentikan sesaat. Tahun 2011, Gunung Lokon kembali meletus. Letusan ini sempat saya tulis dan saya posting di Kompasianan. Silahkan di klik
DI SINI. Kendati letusannya kecil, namun tanda-tandanya sudah terlihat ketika saya dan teman-teman fotografer sedang meliput pemberian Piagam Penghargaan MURI atas tiga Salib Bunga yang tingginya 15 meter dengan lebar 8 meter dan dirangkai dengan 120.000 kuntum bunga Merry Gold dicampur dengan Krisan Putih dan Ungu. Saat Bpk Paulus dari Rekor MURI memberikan sambutan tiba-tiba ada yang memberitahukan bahwa Gunung Lokon “ba sembur”. Spontan saya dan teman-teman memburu peristiwa itu. Gumpalan awan hitam kecoklatan dari debu vulkanik terlihat jelas membumbung tinggi (kira-kira 200 m) namun tak beberapa lama gumpalan letusan itu memudar menjadi awan putih. Kamis pagi (16/8) kembali saya berhasil memotret letusan Gunung Lokon ketika pagi itu sekitar pukul 08.00 wita akan menjemput tamu dari Bogor di penginapan Wisma Lokon. Kembali letusan itu tak berlangsung lama. Gumpalan hitam keabuan terlihat dengan jelas. Sebelumnya, Minggu (12/8) juga terjadi letusan. Tampak awan “brokoli” membumbung tinggi ke udara. Berdasarkan penuturan dari teman-teman dekat saya, aktivitas letusan Gunung Lokon terjadi sejak tanggal 10 hingga 17 Agustus 2012. [caption id="attachment_201705" align="aligncenter" width="300" caption="Pawai BNPB, 11 Agustus 2012 (dokpri)"]
[/caption] Semua kejadian itu tak diberitakan oleh media lokal. Mungkin “pamali” karena saat itu masih dalam rangka perhelatan iven international yang “menjual” bunga Krisan Kulo dan Riri untuk mempromosikan pariwisata Tomohon sekaligus berupaya mewujudkan “dengan bunga menyapa dunia”. Masyarakat di bawah kaki Gunung Lokon yang mendapat kiriman debu hingga menempel di meja teras, seakan diam seribu bahasa. Mungkin, masih terlalu dini untuk menyebut sebuah bencana alam. Singkat cerita, Gunung Lokon diam-diam meletus. Tapi hingar bingarnya hajatan Iven International TIFF, ToF dan Peringatan 17 Agustus, membungkam fenomena alam itu tanpa ada rasa takut terancam oleh bencana yang tak mudah diprediksi. Akankah becana itu sebuah nasib manusia? Entahlah. [caption id="attachment_201707" align="aligncenter" width="600" caption="Jika Tidak Meletus, Lokon Mempesona (dokpri)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya