[caption id="attachment_193950" align="aligncenter" width="600" caption="Wedang Rasa Rumput laut, Rasa Coklat dan Komplit"][/caption] Liburan tanpa menyempatkan diri berwisata kuliner, rasanya kurang lengkap. Malam itu (11/7), dalam perjalanan pulang menuju ke Semarang dari arah Solo, saya bersama keponakan berhenti di kota Salatiga, kota sejuk di lereng Gunung Merbabu. Kami singgah sebentar di Salatiga, selain melepas penat dan kebosanan di jalan yang diwarnai oleh kemacetan karena ada perbaikan jalan jelang Lebaran ini dan sekaligus masa liburan sekolah. Tak hanya itu, lidah saya sudah tidak tahan ingin menggoyang wedang ronde, minuman hangat khas Salatiga. Ketika mobil sudah bergerak memasuki jantung kota, saya sempat bingung mau berhenti di mana. Soalnya, deretan penjual wedang ronde angkringan tak sedikit saya lihat berjejer di emperan toko jalan Supratman depan Pasar Salatiga. Dalam kegalauan itu, saya ingat teman saya yang tinggal di Salatiga. Saya kemudian menelponnya. Intinya minta direkomendasikan wedang ronde yang paling enak dan terkenal di Salatiga. [caption id="attachment_193951" align="aligncenter" width="600" caption="Mak Pari Merintis Wedang Ronde Sejak 1947"]
[/caption] “Ada. Saya pandu ya. Temukan dulu lapangan Taman Pancasila Salatiga (alun-alun), lalu arahkan mobil ke JL. Brigjen d Sudiarto, kiri jalan pas sebelum pom bensin ada gang kecil (Jl. Merbabu), ikuti terus jalannya, agak belok jalannya, kiri jalan (Jl. Merapi) kalo banyak sepeda motor parkir, ya sudah sampai..” kata teman saya. Kebetulan saya mengajak keponakan yang sudah kenal Salatiga, maka tak sulit menemukan lokasi itu. Tanpa perjuangan yang melelahkan, Wedang Ronde Mak Pari Salatiga, saya temukan. Kendati jalan sempit, tapi mobil masih bisa parkir. Turun dari mobil kami langsung mencari tempat duduk. Di ruang agak sempit itu, ada 3 meja panjang dengan setiap meja 2 dingklik yang masing-masing meja bisa menampung 8 orang dewasa. “Saya pesan komplit, yang lain satu rumput laut, satu coklat” pesan saya ketika ditanya sama mas penjual tak lama setelah kami duduk. Sambil menunggu pesanan saya melihat-lihat pajangan dalam ruangan. Ada foto Mak Pari setengah badan dalam usia tuanya. Menempel di tembok, 10 jenis wedang ronde bisa langsung dibaca. Ke 10 jenis itu adalah jahe, rumput laut, coklat, tape, jeruk, wijen, kacang ijo, susu coklat/putih, komplit. [caption id="attachment_193952" align="aligncenter" width="600" caption="Daftar Menu"]
[/caption] “Silahkan mas dinikmati” kata penjual sambil menyodorkan wedang ronde pesanan kami. Sebelum disantap, wedang ronde pesanan kami, terlebih dulu saya foto sebagai kenangan. Tak hanya itu, sajian pelengkap yang tersedia di atas meja pun tak luput saya bidik. Sebelum minum ronde, saya sempat mencicipi tahu bacem yang saya makan dengan lombok agar terasa sedikit pedes. Kata teman saya, wedang ronde yang satu ini cukup terkenal di kalangan mahasiswa, selain pilihan rasa yang banyak,harganya juga miring. Daya tarik lainnya adalah makanan yang disiapsajikan di setiap meja, seperti tahu isi, sate telur puyuh, tahu bacem, arem-arem, bakwan jagung dll. Yang dimaksud teman saya harganya miring, mungkin seperti yang ditulis dalam dinding “Ronde Rp. 4.000,-“ Saya sempat berbincang dengan mas penjual. Katanya, Mak Pari memulai usaha menjajakan wedang ronde sejak 1947. Saat itu, Mak Pari memulainya dengan angkringan. Kini Wedang Ronde Mak Pari, mempunyai 5 cabang di Salatiga dan dijajakan di rumah bukan angkringan lagi. Ini menjadi pertanda bawa Mak Pari mempunyai pelanggan tetap. Untuk menjaga cita rasa yang melegenda sejak 1947 itu dan mempertahankan kuaitas khasnya, semua cabang dikelola oleh anak-anak Mak Pari dan bukan orang lain. [caption id="attachment_193954" align="aligncenter" width="600" caption="Santai Menikmati Wedang Ronde Di Malam hari"]
[/caption] Dinginnya kota Salatiga, malam itu menjadi hangat setelah menyedu satu mangkok ronde Mak Pari. Rasa jahe khas ronde sangat terasa di lidah. Kolang-kaling, kacang, ronde, serta hangatnya air sungguh malam itu menghangatkan badan untuk melanjutkan trip saya ke Semarang. Jika anda sedang melintas kota Salatiga selepas matahari terbenam, singgahlah sebentar untuk menghangatkan badan dengan kuliner wedang ronde ini. [caption id="attachment_193955" align="aligncenter" width="600" caption="Legenda Wedang Ronde khas Salatiga"]
[/caption] Salam
wisata kuliner.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya