[caption id="attachment_176804" align="aligncenter" width="640" caption="Tomohon Di Pagi Hari, Sebelum Letusan Pkl 11.25 Wita"][/caption]
Siang tadi sekitar pukul 11.25 wita, kembali letusan Gunung Lokon menggetarkan kaca-kaca di kantor. Saat itu saya sedang mengetik bahan untuk acara Character Building siswa SMA. Begitu mendengar suara dentuman keras dua kali dan derik getaran kaca, saya dan teman-teman langsung ke luar kantor dan mencari tempat untuk melihat abu vulkanik yang dikeluarkan dari kawah Tompaluan Gunung Lokon.
Tapi semua kecewa. Semburan awan hitam pekat ke udara tak kelihatan dalam jarak mata memandang. Awan tebal sudah menyelimuti lebih dahulu. Tak hanya itu, posisi halaman kantor yang berada di pintu masuk Bukit Doa sebelah Selatan kurang ideal untuk “menonton” Gunung Lokon meletus. Rumah penduduk dan pepohonan menghalangi pandangan kami. Posisi ini berbeda dengan spot di atas, tempat biasa saya mengambil foto aktivitas Gunung Lokon.
[caption id="attachment_176805" align="aligncenter" width="640" caption="Keluat Kantor Untuk Melihat, Terhalang Awan"]
Baru sekitar 10 menit kemudian tampak dari lubang kawah, abu vulkanik masih terlihat menyembur ke udara. Sementara itu tersiar kabar bahwa di daerah KInilow, yang jaraknya kurang dari 2 km dari kawah, turun hujan. Masyarakat bilang “hujang pece”, yaitu bercampurnya debu vulkanik dengan air hujan sehingga membuat halaman rumah dan atap-atapmya “becek”, atau berlumpur.
“Itu bahaya kalau kena mata” kata Pikal sepulang mengantar salah satu Ibu cleaning service yang rumahnya di Kinilow. Ibu ini pulang karena mendapat telpon dari rumah yang mengabarkan bahwa hujan abu telah menimpa atap dan halaman rumah. “Tak sedikit kendaraan yang di parkir di halaman rumah, jadi kotor terkena hujan abu” lanjut Pikal bercerita kepada kami.
Letusan siang ini, memang sudah diprediksi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti yang disampaikan oleh Pak Surono. Sejak Senin 23/4/2012 terjadi 50 kali gempa tremor di Gunung Lokon. Dikatakan, gempa ini meliputi gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa hembusan, dan gempa kecil lainnya. Peringatan dini sudah disampaikan oleh Badan Penanggulang Bencana Kota Tomohon lewat media cetak dan radio. Sejak Senin status Gunung Lokon Siaga sehingga masyarakat harus waspada tanpa perlu ada pengungsian.
Pasca letusan tadi belum terdengan adanya korban. Namun diperkirakan masyarakat di daerah rawan bencana selamat karena abu vulkanik “dipaksa” turun oleh hujan di daerah Kinilow yang posisinya berada di sebelah Barat dari kawah. Akibatnya daerah Patar, Kinilow, Kakaskasen terkena dampak hujan abu. Aktivitas berkebun pun sempat berhenti sejenak di sekitar kaki Gunung Lokon.
Saya dan teman-teman kantor berada di kaki Gunung Mahawu, yang masuk wilayah Kaskasen II, Tomohon Utara, merasa bersyukur karena tidak kena hujan abu. “Hanya yang berjarak 2,5 km yang terkena. Kita kan ada di sekitar 5 km dari kawah Gunung Lokon”, kata teman saya dengan tenangnya.
“Turunnya hujan memang melegakan hati semua pihak. Abu vulkanik yang terpancar ke udara seakan tertahan oleh hujan. Kendati demikian pengguna ruas jalan Tomohon ke Manado harus ekstra hati-hati di sekitar Kinilow.” demikian himbauan disampaikan oleh pihak keamanan. Pengumuman ini sekaligus mengantispasi kepanikan masyatakat yang berhamburan keluar rumah. Masker sudah disiapkan oleh pemerintah untuk mencegah terjadi penyakit sesak napas akibat dari letusan itu.
[caption id="attachment_176807" align="aligncenter" width="640" caption="Saat Tidak Meletus, Gunung Lokon Memang Indah"]
Saat tulisan ini saya buat, cuaca di sebagian kota Tomohon diliputi mendung dan habis turun hujan. Saya sempat menengok lubang kawah dari bukit di sekitar saya dan tampak hanya asap putih keluar dari lubang. Itu tandanya sudah normal kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H