Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Rakyat Buat Pesta Damai Untuk Rajanya (Satu Abad HB IX)

13 April 2012   12:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_174442" align="aligncenter" width="480" caption="Tradisi Ngrowod Yang Tetap Lestari (Foto: Romo Yatno)"][/caption] Jarang terjadi, rakyat sederhana membuat pesta untuk Rajanya. Kalau pun ada, hanyalah legenda cerita dari negeri antah berantah yang sering dipakai orang tua untuk dongeng sebelum tidur. Tetapi, pesta rakyat untuk rajanya yang ingin saya ceritakan ini bukanlah sebuah dongeng. Memang ada dan sementara dalam proses persiapan menuju pelaksanaannya. Tanggal 12 April 2012 yang lalu adalah 100 tahun (satu abad) kelahiran Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Raja Ngayogyakarta Hadiningrat atau lebih dikenal Yogyakarta. Berbagai acara peringatan Satu Abad Hamengku Buwono IX, sudah digelar tak hanya dari pihak Keraton tetapi juga masyarakat. Informasi ini saya peroleh dari Romo Suyatno, mewakili Forum Persaudaraan Umat Beragama (FPUB) dan masyarakat lereng Merapi, melalui milis yang dikirim kepada saya beberapa waktu lalu. Dari pihak Keraton Ngayogyakarta memberikan piagam penghargaan Tanda Yekti kepada 15 keluarga pahlawan, yaitu Ki Hajar Dewantara, Jenderal Sudirman, Herman Johannes, Ki Sarmidi Mangun Sarkoro, Sajoga, Soentani, Hudoro, Ronosuseno, Sukardjo Wiryopranoto, Brigjen Katamso, dan Sultan HB IX. “Penghargaan ini merupakan ungkapan terima kasih dari keraton kepada masyarakat yang terlibat dalam menjaga keutuhan NKRI pada jaman penjajahan (1945),” kata salah satu panitia Peringatan Satu Abad Hamengku Buwono IX. (sumber dari Kompas.com) “HB IX adalah tokoh Nasionalis sejati dan telah berjasa menyelamatkan pemerintahan RI sejak pendudukan Jepang. Tak hanya itu, beliau menjadi panutan masyarakat Yogya karena demi keutuhan negara, mengijinkan Kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat bergabung dengan NKRI. Sikap NKRI HB IX ini kemudian menjadi “panutan” masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak yang memberi kesaksian bahwa ribuan orang mendapat sentuhan secara pribadi tatkala beliau menyamar sebagai orang biasa seperti tukang kebun, peng-ojek, sopir angkutan, dan lainnya” kata Romo Suyatno, penerima penghargaan Ashoka Award (2011) atas usahanya menjaga kerukunan umat beragama dan aksi sosialnya pasca Letusan Gunung Merapi bagi masyarakat sekitar yang terkena musibah. Sudah banyak jasa yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubowono IX sebagai Raja Ngayogyakarta Hadiningrat kepada rakyatnya. Karena itu, masyarakat lereng Merapi yang barusan terkena musibah Bencana Letusan, ingin mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka rasa terimaka kasih kepada Rajanya, dan ikut berpartisipasi dalam memeriahkan Satu Abad HB IX. Bukan tanpa sebab untuk membuat “pesta untuk Rajanya” (Sri Sultan) yang dicintai rakyat karena kepemimpinannya yang merakyat. Masyarakat lereng Merapi memiliki ikatan erat dengan Keraton melalui garis spiritual dari Gunung Merapi hingga Pantai Selatan. “Kalau dibuat garis lurus maka Tritis, lapangan di kaki gunung Merapi, dan pusat kegiatan pesta rakyat lereng Merapi, akan bertemu Tugu Yogya, Alun-alun, Keraton, Pesantren Krapyak, Parangkusumo dan Pantai Selatan. [caption id="attachment_174443" align="aligncenter" width="480" caption="Romo Yatno Bersama Masyarakat Dalam Tradisi Ngrowod (Foto: Romo Yatno)"]

1334320782122293473
1334320782122293473
[/caption] Atas dasar garis spiritual inilah rakyat lereng Merapi ikut memeriahkan Pahargyan Satu Abad Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan berbagai macam kegiatan yang dikemas dalam “Kampanye Perdamaian” bagi semua lapisan dan golongan masyarakat. “Kami telah berkoordinasi dan mendapat restu dari Sri Sultan HB X, Prabukusuma dan Pemda Sleman terkait pesta rakyat untuk Raja ini. Minggu tanggal 13 Mei: Jam 09.00 sampai selesai, akan mengadakan nyekar atau mengirim bunga dan doa ke makam raja-raja Yogya di Imogiri. Disepakati berangkat bersama dari alun-alun utara Yogyakarta. Gusti Prabukusuma dan pihak Kraton akan menyambut rombongan di Imogiri Selasa 15 Mei 2012: Kegiatan di pusatkan di Lapangan Tritis, pasar murah dan pengobatan gratis di kalurahan Purwobinangun, Kalurahan Girikerto dan Kalurahan Wonokerto serta di lapangan Tritis. Rabu 16 Mei 2012: Pengajian Akbar (masih dalam konfirmasi), pagi hari akan diadakan Penanaman Pohon, sore hari diadakan PENGAJIAN AKBAR untuk seluruh masyarakat Muslim di lapangan Tritis rencana dimulai setelah Magrib. Berama Prof Dr KH Maksum dari PBNU Yogyakarta dan Kamis 17 Mei 2012, Misa Akbar di lapangan Tritis dekat SD Tarakanita, dimulai jam 15.30 Sabtu 19 Mei 2012: KIRAB BUDAYA Lampah Ratri tapa bisu. Kirab Budaya dan Lampah Ratri dan tapa bisu akan dimulai dari Lapangan kalurahan Purwobinangun kemudian disambung kirab dari Kalurahan Girikerto dan Wono kerto. Rencana dimulai jam 18,00 WIB. Diharapkan sampai di lapangan Tritis sekitar jam 20.00 wib disambut oleh warga Keraton Yogyakarta dilanjutkan dengan doa bersama Lintas Iman, dan pernyataan sikap warga lereng Merapi serta sambutan dari HB X, Kemudian dilanjutkan Wayang Kulit dengan dalang Ki Suranto, kalau tidak salah dengan Lakon Pandu Swargo. Semua kegiatan itu, adalah ungkapan terima kasih rakyat kepada Rajanya yang telah memberi spirit dan inspirasi kepada rakyat untuk menjaga keutuhan Negara dan menciptakan kedamaian. “Jasa-jasa HB IX inilah secara tidak langsung meneguhkan kami untuk tetap menjaga dan mempertahankan NKRI, dengan sikap damai. Semangat besar kami ini, juga dalam rangka membangun dan membangkitkan kembali semangat Nasionalisme bangsa kepada siapapun karena besok (20 Mei) adalah hari Kebangkitan Nasional”, tutur Romo Suyatno. Dibutuhkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak. Termasuk dana. “Bantuan apapun untuk kelancaran pelaksanaan Pesta “Perdamain” Rakyat untuk Raja ini, kami terima dengan senang hati” lanjut Romo Yatno, yang menjadi salah satu penanggung jawab acara di samping Sri Sultan dan Prabukusumo, sebagai penasehat utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun