Selama saya tinggal di Bukit Mahawu ini, kurang lebih 4 tahun, lokasi di lereng Gunung Mahawu kerap menjadi lokasi strategis untuk upacara menanam pohon.
Pernah saya melihat dari siswa-siswi SMA swasta di Manado mengadakan penanaman pohon tidak jauh dari lokasi Bapak Walikota menanam. Berikut, dari perusahaan air mineral terkenal dan dari karyawan hotel di Manado, juga pernah mengadakan kegiatan penghijauan dengan menanam pohon.
Melihat seremoni kegiatan menanam pohon itu, saya merasa bangga. Berharap anak, cucu, cicit bangsa Indonesia akan mendapatkan manfaatnya kelak.
Namun, sayangnya, menanam pohon itu hanya terlihat megah dan meriah pada saat seremoni saja. Selanjutnya? Ini yang membuat saya gundah.
Setelah itu, rupanya pohon-pohon seperti Cempaka, Trembesi, Agatis, Sengon, Pakoba, dll dibiarkan tumbuh sendiri bersama angin dan hujan serta matahari. Siapa yang berkewajiban merawat, memelihara, dan memantau perkembangan pohon-pohon itu, masih menyisakan tanda tanya yang besar.
Bisa jadi, labelisasi nama-nama besar di balik acara “Menanam Pohon” akan hilang seiring dengan perubahan politik dan iklim yang ada. Kalau sudah demikian, efektifkah kegiatan itu?
Salam Green and Clean!