Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama featured

Efektifkah Menanam Pohon Secara Seremonial?

9 Desember 2011   05:00 Diperbarui: 26 November 2018   10:59 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanam pohon kini sudah dijadikan program nasional yang berkelanjutan. Semua daerah kabupaten/kota di seluruh Propinsi, ikut berpartisipasi dalam mensukseskan program nasional itu. Berbagai organisasi kemasyarakatan pun menjadi mitra  dalam menanam pohon  hingga menjadi sebuah gerakan populis. Jadi, patut disayangkan kalau ada organisasi di bumi pertiwi belum pernah melakukan kegiatan menanam pohon.

Gerakan menanam pohon di bumi ini memang hal yang sangat mendesak dilaksanakan. Kemendesakan itu mempertimbangkan berbagai analisis tentang perubahan iklim ekstrem yang mulai dirasakan akibatnya oleh para penghuni bumi ini. Istilah populernya “global warning”.

Munculnya global warning disebabkan oleh pembuangan emisi kimiawi dari sepak terjang kegiatan manusia ke atmosfer dan kemudian diserap oleh energy panas Matahari. “Efek rumah kaca” itulah istilah yang dipakai.

Akibat dari perubahan yang ekstrem ini sudah dirasakan oleh manusia dengan terjadi banyak bencana di bumi ini. Banjir yang terjadi Thailand baru-baru ini diklaim sebagai akibat dari perubahan iklim global. Suhu udara panas di atas normal yang pernah terjadi di China, Eropa dan Amerika dan tidak sedikit memakan korban, merupakan idikator akan adanya perubahan iklim yang ekstrem. Becana alam seperti gempa bumi dan tsunami di Jepang yang lalu dengan begitu banyak korban, disinyalir akibat dari perubahan iklim itu.

Maka, tak heran kalau semua pihak berupaya untuk meminimalisir korban dan kerusakan baik material maupun non material itu, dengan sebuah gerakan yang berbasis, “back to nature” atau berlabel “green”.

Di Indonesia gerakan ini lebih popular dengan sebutan “penghijauan” alam dan lingkungan di mana kita tinggal untuk menjaga kesimbangan ekosistem dan kelestarian alam.

Dengan bermuara pada penghijauan itu maka banyak yang bisa dibuat untuk “save the world” (menyelamatkan bumi) dengan berbagai cara. Upaya pemerintah dalam memberantas illegal logging, misalnya, dilakukan karena hutan tropis penghasil oksigen terbesar di dunia, mulai kandas akibat pembalakan liar di hutan-hutan yang dilindungi.

Hutan kota atau taman kota kini sudah wajib dibuat oleh setiap Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia agar produksi oksigen alami makin bertambah dan sekaligus mengurangi polusi kota yang diakibatkan banyaknya industry dan pembuangan emisi kimiawi lewat aktivitas sehari-hari manusia. Tingkat kecemaran akibat polusi udara dirasa makin kritis.

Di lain pihak, hutan kota/taman kota disiapkan untuk berfungsi sebagi tempat rekreasi bagi warga kota, yang bebas dari polusi dan menikmati udara segar sembari memandang keasrian tanam-tanaman yang ditata dengan rapih dan indah.

Tanggal 28 Nopember yang lalu, Presiden SBY, melalui Keppresnya 2008, meresmikan hari itu sebagai Hari Menanam Pohon Nasional. Seluruh kota/kabupaten di Indonesia secara serentak dan bersamaan, menyelenggarakan acara Menanam Pohon di tempatnya masing-masing dengan melibatkan Kepala Daerah/Pemerintah dan masyarakat setempat. 

Pada hari itu saya kebetulan ikut menyaksikan bagaimana Bapak Jimmy Eman SE, Ak Plt Walikota Tomohon dan para pejabat lain menanam pohon di halaman sekitar Bukit Doa Mahawu.

Pada waktu itu, pohon yang ditanam adalah pohon Agatis. Ada enam lubang yang disiapkan untuk ditanam oleh para pejabat pemerintah kota. Masing-masing sudah diberi nama sesuai dengan para pejabat yang akan menanam.

Seremoni penanaman pohon, oleh Walikota dan para pejabat lainnya bagi saya menjadi pemandangan yang biasa. Sebelum itu, jajaran ibu-ibu Kapolda juga mengadakan acara menanam pohon yang serupa seperti yang pernah sayatulis di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun