Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pantai Mangatasik, Pantai Gratis Buat Warga Tomohon

24 April 2014   22:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_321215" align="alignnone" width="550" caption="Pantai Mangatasik Di Minahasa (dok.pri)"][/caption]

Pesiar pada saat liburan sungguh menyenangkan. Lebih seru lagi kalau perginya bersama dengan teman-teman atau sanak saudara. Bisa bercanda ria sambil mengadakan fun games atau kegiatan kebersamaan yang saling mengakrabkan satu sama lain. Jika banyak pesertanya, lebih baik sewa bus supaya kebersamaan tetap dijaga. Tak kalah penting adalah jangan lupa bawa bekal makanan dari rumah secara “mapalus” atau saling berbagi siapa yang membawa makanan/minuman apa.

Begitulah gambaran sosial budaya warga saat pesiar ke pantai bebarengan, khususnya yang tinggal di daerah gunung, seperti Tomohon, Tondano, Langowan. Tak sedikit yang memanfaatkan kebersamaan itu, dengan mengadakan ibadah padang (di luar gereja).

“Yang tinggal di dekat pantai, pesiar ke daerah gunung. Sedang yang tinggal di daerah pegunungan pesiar ke pantai” cerita Bobby dalam mobil saat kami pesiar ke pantai Mangatasik di selatan Manado atau lebih tepatnya di Kabupaten Minahasa, Sabtu (19/4) yang lalu.

[caption id="attachment_321218" align="alignnone" width="600" caption="Ombak Kecil, Aman Untuk Berenang (dok.pri)"]

1398326098452598475
1398326098452598475
[/caption]

Tujuan saya dan teman-teman sebenarnya memburu sunset di salah satu spot di sekitar pantai Kalayse. Namun karena lokasinya persis di pinggir jalan propinsi Manado-Kotamobagu yang kurang nyaman karena padatnya lalulintas, maka Bobby mengajak ke pantai Mangatasik, 5 km dari desa Tanawangko, Kecamatan Tombariri.

“Boleh noh. Saya belum pernah ke pantai itu. Kalau dengar sih sering. Pernah diberitakan, ada paus yang terdampar di pantai itu, tapi kemudian gagal dihalau ke laut oleh penduduk akhirnya mati dan bangkainya ditarik ke darat” sambung saya.

Dari arah Manado, setelah melewati jembatan Tanawangko, kami belok ke kanan menyusuri jalan agak sempit di pinggir sungai/kuala Tanawangko. Jika berpapasan dengan mobil, sebaiknya pelan-pelan atau berhenti agar tidak saling tersenggol mengingat jalan itu agak sempit.

[caption id="attachment_321220" align="alignnone" width="550" caption="Sunsetpun Tiba (dok.pri)"]

13983264321389110064
13983264321389110064
[/caption]

“Pantai Mangatasik itu pantainya orang Tomohon” tiba-tiba Ine Wowiling angkat bicara saat mobil sudah hampir dekat dengan pantai.

“Kok bisa? Wilayah administratif Tomohon bukannya tidak sampai di pantai ini” balas saya penasaran. “Tuh lihat, banyak bus Tomohon parkir di situ. Coba tanya, dari mana asal mereka. Pasti mereka dari Tomohon. Selain relatif lebih dekat jarak dari Tomohon ke pantai ini, juga kalau masuk ke pantai ini tidak bayar. Paling mengisi uang kebersihan per mobil antara dua hingga lima ribu” lanjut Ine yang rupanya sudah sering ke pantai Mangatasik.

Mendengar cerita Ine dalam hati saya tertawa. Tapi ironis memang, banyak pantai-pantai di Sulawesi Utara ini dikelola oleh swasta dan masyarakat yang ujung-ujungnya mematok harga masuk plus bayar parkir bagi pengunjung. Ini yang membuat keberatan sebagian besar masyarakat.

Setelah parkir, kami mencari tempat teduh di pinggir pantai. Di situ telah tersedia pondok-pondok sederhanayang beatapkan daun katuk dan meja-meja kayu. Setelah meletakkan baang bawaan di atas meja, kami pesan kopi hitam (kesukaan saya) dan pisang goreng yang disertai dengan sambal rowa. Pisang goreng yang dimakan dengan dicocol sambel rowa, sudah menjadi kuliner populer di kalangan orang Minahasa. “Belum terasa sadap kalau belum dioles pakai sambel”, kata Bobby

[caption id="attachment_321219" align="alignnone" width="600" caption="Model dan Landskap (dok.pri)"]

13983263521808375593
13983263521808375593
[/caption]

Sementara menunggu pesanan tiba, saya, Bobby dan Indra mengeluarkan kameranya masing-masing. Annette anaknya Indra menjadi foto model dadakan di lokasi pantai itu. Keindahan pantai Mangatasik membalut setiap frame yang kami jepret. Pasirnya yang coklat dan airnya yang membiru serta panorama alamnya dengan Gunung Manado Tua seperti menyembut dari garis laut, menambah semangat kami untuk landscape, model dan slow speed.

Sunset pun tiba. Tapi sunset kali ini tertutup oleh segerombolan awan sehingga asa untuk melihat bulatnya mentari dengan sinar emasnya, menjadi sirna. Namun warna lembayung senja yang merona masih terpantul di atas permukaan air laut. Itulah, asa kami untuk terus memencet shutter hingga tak terasa malam di ujung gelap.

Akhirnya kami pulang dengan menyimpan segala kenangan keindahan yang telah terekam dalam memory card kamera kami masing-masing. Bersamaan dengan itu, saya melihat rombongan bus trayek Tomohon satu-persatu meninggalkan pantai Mangatasik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun