Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semaraknya Tournament of Flower Tomohon 2014

9 Agustus 2014   03:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_337259" align="aligncenter" width="480" caption="Di atas kendaraan hias (trilokon)"][/caption]

“Colorful Tomohon” itulah tema Festival Bunga Internasional Tomohon yang digelar mulai 8 hingga 12 Agustus 2014. Mengangkat warna dan keanekaragaman berbagai aspek yang ada di kota Tomohon, sebagai tema, tentu bukan tanpa alasan.

Tomohon, kota yang diapit oleh Gunung “stratovolcano” Lokon dan Gunung Mahawu, memiliki potensi wisata alam yang indah. Tak sedikit wisatawan lokal dan asing datang untuk berlibur di kota bunga ini. Trekking ke puncak Mahawu, kawah Tompaluan Gunung Lokon menjadi aktivitas favorit para turis asing. Di samping itu, kondisi masyarakat yang kondusif membuat nyaman bagi para pelancong. Hortikultura dan florikultura yang tumbuh berkembang secara subur juga menciptakan lingkungan yang ramah dan sejuk.

[caption id="attachment_337248" align="alignnone" width="600" caption="Kendaraan hias dari Philipina (trilokon)"]

1407504506157780253
1407504506157780253
[/caption]

Untuk itulah, iven TIFF (Tomohon International Flower Festival) digelar setiap dua tahunan sejak 2008. Selain menyukseskan “Wonderful Indonesia 2014”, Pemkot Tomohon berupaya agar iven ini berdampak positif bagi tumbuhnya pelaku usaha pariwisata dan para pencinta bunga dan tanaman hias dengan semboyan “flower liking as lifestyle”.

Tadi siang (8/8) saya meluncur ke pusat kota Tomohon. Tujuan utama saya adalah menonton Tournament of Flower (ToF), yaitu pawai kendaraan hias bertaraf Internasional. Langit cukup berawan. Sinar matahari hanya mengintip dari celah awan. Namun banyaknya penonton yang memadati di pinggir jalan tak urung membuat sedikit gerah.

[caption id="attachment_337249" align="alignnone" width="600" caption="Tari Kabasaran (trilokon)"]

14075046301124330378
14075046301124330378
[/caption]

[caption id="attachment_337250" align="alignnone" width="600" caption="Kendaraan Hias Non Mesin (trilokon)"]

14075046752010218146
14075046752010218146
[/caption]

Menjelang pukul sepuluh pagi iringan kendaraan hias sudah mulai kelihatan. Barisan pembawa bendera putih sudah melewati saya. Berikut pasukan tari perang Kabasaran mulai memainkan pedangnya sambil menari-nari dan berteriak-teriak seolah-olah sedang berperang. Seru. Bukan hanya orang dewasa yang sedang berperang. Anak-anak pun begitu fasih memperagakan sambil matanya melotot.

Setelah disuguhi tarian perang, satu persatu kendaraan hias (float) muncul berurutan yang start dari stadion Parasamya Walian menuju ke Lapangan Rindam. Berbarengan dengan kendaraan hias, parade marching band dari SMP/SMA/SMK se-Tomohon memeriahkan suasana pawai siang itu.

Perwakilan Negara sahabat yang mengikutsertakan kendaraan berhiaskan banyak bunga berasal dari Amerika, Rusia, Perancis, Philipina, Thailand, dan Hongkong. Selain itu, kendaraan hias berasal dari berbagai Provinsi, Kota, Kabupaten hingga BUMN, BUMD dan instansi swasta seperti RS. Gunung Maria, Indofood, BNI.

[caption id="attachment_337251" align="alignnone" width="600" caption="Utusan Daerah Sulawesi Utara (trilokon)"]

1407504770209680447
1407504770209680447
[/caption]

[caption id="attachment_337253" align="alignnone" width="600" caption="Kendaraan Hias dari Rusia (trilokon)"]

1407504880799581897
1407504880799581897
[/caption]

Uniknya, kendaraan hias ini sering mengalah untuk berhenti sejenak karena animo masyarakat yang ingin berfoto ria di dekat kendaraan hias. Para fotografer dadakan pun ikut menyerbu setiap kali kendaraan hias itu lewat. “Om tolong dong, foto akang di muka kendaraan” sergah seorang Ibu sambil menggeret anaknya untuk bernarsis ria. “Jepret!” seru saya melihat adegan itu.

Gerimis sempat jatuh di aspal. Banyak yang bergegas mencari tempat teduh. Untung gerimis itu cuma lewat saja dan tidak jadi hujan. Kemeriahan pawai kendaraan hias tetap berlangsung. Kembali musik marching band membahana sepanjang pawai. Goyangan tarian “cheers leader” dan pembawa bendera “color guard”nya yang cantik-cantik menghibur hati penonton.

[caption id="attachment_337254" align="alignnone" width="600" caption="Finalis Putri Bunga (trilokon)"]

14075049741160920920
14075049741160920920
[/caption]

[caption id="attachment_337255" align="alignnone" width="600" caption="Instansi (trilokon)"]

1407505038130183286
1407505038130183286
[/caption]

Menurut panitia TIFF, ada 37 kendaraan hias yang ikut dalam parade siang itu. “Untuk mendekorasi kendaraan hias itu dengan aneka macam bunga, masing-masing peserta harus merogoh koceknya antara 35 hingga 40 juta. Itu belum sewa kendaraan per hari sekitar 250 ribu rupiah” ujar Bobby disela-sela aktivitasnya memotret pawai.

Semua kendaraan hias finish di eks kantor Walikota lapangan Rindam yang menjadi pusat kegiatan TIFF 2014 hingga selesai 12 Agustus nanti. Di lokasi itu, selain untuk parkir semua kendaraan hias, juga diselenggarakan Kontes Ratu Bunga, Pameran wisata dan Bunga, festival seni dan budaya, Eksibisi Layang-layang, dan pemeran fotografi serta kejuaraan Marching Band Piala Menpora.

[caption id="attachment_337258" align="alignnone" width="600" caption="Kejuaraan Marching Band Piala Menpora (trilokon)"]

14075053311409776435
14075053311409776435
[/caption]

[caption id="attachment_337256" align="alignnone" width="600" caption="Suasana Pameran Florikuktura (trilokon)"]

1407505146215939007
1407505146215939007
[/caption]

[caption id="attachment_337257" align="alignnone" width="600" caption="Layang-layang (trilokon)"]

14075052191230752258
14075052191230752258
[/caption]

Setelah pawai kendaraan hias dan marching band sudah berakhir, saya lalu jalan kaki dari pusat kota ke lapangan Rindam untuk menonton pameran. Meski kaki terasa capek karena jalan kaki, tapi saya merasa terhibur oleh iven Festival Bunga Internasional Tomohon ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun