Oleh: Julianda BMÂ
Di era modern, tuntutan pekerjaan semakin tinggi. Deadline yang ketat, beban kerja yang berat, dan jam kerja yang panjang menjadi kenyataan pahit yang dihadapi banyak karyawan.Â
Tak heran, stres dan kelelahan menjadi momok menakutkan yang mengintai kesehatan mental mereka.
Di tengah hiruk pikuk dunia kerja, muncul wacana menarik tentang skema libur ideal.Â
Wacana ini mengemuka sebagai respons terhadap krisis kesehatan mental yang melanda para pekerja.Â
Salah satu contohnya adalah gagasan Menteri BUMN Erick Thohir yang ingin memberikan kesempatan kepada karyawan BUMN untuk libur 3 hari dalam sepekan.
Namun, wacana ini tak luput dari pro dan kontra. Ada yang menyambutnya dengan antusias, namun tak sedikit pula yang meragukan efektivitasnya.Â
Dilema pun muncul: manakah skema libur ideal yang mampu menyeimbangkan antara produktivitas dan kesejahteraan karyawan?
Menakar Manfaat dan Risiko Libur 3 Hari
Para pendukung skema libur 3 hari percaya bahwa hal ini dapat memberikan banyak manfaat bagi karyawan, di antaranya:
Pertama, meningkatkan kesehatan mental.