Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cinta Monyet Merebak di Sekolah Dasar: Haruskah Orang Tua Panik?

24 Februari 2024   00:17 Diperbarui: 24 Februari 2024   00:18 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD berpacaran. Sumber foto: https://surabaya.tribunnews.com/

Oleh: Julianda BM

Masa kanak-kanak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersenang-senang. Namun, fenomena "cinta monyet" di kalangan anak Sekolah Dasar (SD) semakin marak, membuat para orang tua panik dan kebingungan. 

Di era digital ini, anak-anak SD mudah terpapar konten romantis melalui media sosial, film, dan sinetron. Hal ini memicu rasa ingin tahu dan ketertarikan mereka terhadap lawan jenis. Tak jarang, mereka meniru adegan romantis yang mereka lihat, bahkan menjalin hubungan "pacaran" di usia yang sangat dini. 

Anak SD yang "pacaran" biasanya menunjukkan beberapa gejala, seperti:

  • Tertarik dan ingin selalu dekat dengan lawan jenis.
  • Saling bertukar pesan dan foto melalui media sosial.
  • Memberikan hadiah kecil sebagai tanda kasih sayang.
  • Berperilaku seperti orang dewasa, seperti bergandengan tangan atau berpelukan.

Faktor Penyebab 

Fenomena cinta monyet di SD dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama, pengaruh media sosial dan televisi. Paparan konten romantis di media sosial dan televisi dapat memicu rasa ingin tahu dan ketertarikan anak terhadap lawan jenis.

Kedua, kurangnya edukasi tentang cinta dan kasih sayang. Anak-anak yang tidak dibekali pengetahuan yang tepat tentang cinta dan kasih sayang rentan terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.

Ketiga, keinginan untuk diterima dan diakui. Di usia SD, anak-anak mulai mencari jati diri dan ingin diterima oleh teman sebaya. "Pacaran" bisa menjadi salah satu cara mereka untuk mendapatkan pengakuan.

Dampak yang Perlu Diwaspadai

Cinta monyet di SD memang terkesan polos dan menggemaskan. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, fenomena ini dapat membawa dampak negatif, seperti:

  • Gangguan belajar dan fokus. Anak yang terobsesi dengan "pacaran" bisa jadi kehilangan fokus pada pelajaran dan prestasi akademisnya.
  • Perilaku yang tidak terkontrol. Rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba yang besar dapat mendorong anak-anak untuk melakukan perilaku yang tidak terkontrol, seperti berbohong, bolos sekolah, bahkan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
  • Emosi yang tidak stabil. Anak-anak yang mengalami putus cinta di usia dini bisa mengalami stres, kecemasan, dan depresi.

Langkah Bijak Orang Tua

Menghadapi fenomena tersebut, orang tua perlu mengambil langkah bijak dalam menghadapi fenomena cinta monyet di SD, antara lain:

  • Jalin komunikasi yang terbuka dan positif dengan anak. Orang tua harus menjadi teman curhat yang nyaman bagi anak agar mereka mau terbuka dan menceritakan perasaannya.
  • Berikan edukasi tentang cinta dan kasih sayang yang tepat usia. Jelaskan kepada anak bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan romantis, tetapi juga tentang tanggung jawab dan komitmen.
  • Tetapkan aturan dan batasan yang jelas. Orang tua perlu menentukan aturan dan batasan yang jelas dalam hubungan pertemanan anak, termasuk batasan interaksi dengan lawan jenis.
  • Gunakan media sosial dan televisi dengan bijak. Awasi penggunaan media sosial dan televisi anak dan pilihlah konten yang sesuai dengan usianya.
  • Libatkan anak dalam kegiatan positif. Ajak anak untuk mengikuti kegiatan positif di luar sekolah, seperti olahraga, seni, atau pramuka.

Membangun fondasi kepercayaan dan kedekatan dengan anak adalah kunci utama. Orang tua perlu menjadi sahabat dan tempat curhat yang nyaman bagi anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun