Oleh: Julianda BM
Pemilu merupakan pesta demokrasi yang dinanti-nantikan oleh rakyat Indonesia. Di balik gegap gempita pesta demokrasi ini, terselip kisah pilu dari para pahlawan tanpa tanda jasa, Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Di setiap perhelatan pemilu, berita duka tentang meninggalnya petugas KPPS selalu mewarnai proses demokrasi. Pada Pemilu 2024, angka kematian petugas KPPS mencapai 57 jiwa hingga 17 Februari 2024, sebuah tragedi yang mengundang keprihatinan dan alarm bagi reformasi sistem pemilu.
Beban Berat di Balik Lembar Suara
Tugas KPPS bukan perkara mudah. Mereka harus bekerja berhari-hari dengan jam kerja panjang, bahkan tanpa henti, dalam kondisi kelelahan dan tekanan.
Memproses jutaan lembar suara, menyelesaikan rekapitulasi, dan menghadapi berbagai situasi di lapangan, menjadi beban berat yang dipikul para petugas KPPS.
Kurang tidur, kelelahan fisik, dan stres menjadi faktor utama yang memicu berbagai penyakit, hingga berujung pada kematian.
Tragedi yang Terulang: Peringatan Keras untuk Evaluasi Sistem
Meninggalnya petugas KPPS bukan tragedi baru. Pada Pemilu 2019, angka kematian mencapai 894 jiwa.
Tragedi ini terulang kembali di Pemilu 2024, menunjukkan bahwa sistem pemilu yang ada saat ini masih memiliki kelemahan dan perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Beban kerja yang berat, kurangnya persiapan, dan minimnya penghargaan terhadap petugas KPPS menjadi akar permasalahan yang harus dibenahi.
Mencari Solusi: Menuju Sistem Pemilu yang Manusiawi
Menyelamatkan nyawa para pahlawan demokrasi adalah tanggung jawab bersama.
Reformasi sistem pemilu menjadi langkah mendesak untuk mewujudkan pesta demokrasi yang aman dan manusiawi.
Berikut beberapa solusi yang perlu dipertimbangkan:
1. Meminimalisasi Beban Kerja Petugas KPPS:
- Membagi tugas dan menambah jumlah petugas KPPS.
- Memanfaatkan teknologi untuk mempermudah proses pemungutan dan penghitungan suara.
- Memberikan pelatihan yang memadai dan berkelanjutan bagi petugas KPPS.
2. Meningkatkan Perlindungan dan Kesejahteraan Petugas KPPS:
- Memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja yang memadai.
- Menyediakan fasilitas dan logistik yang memadai.
- Memberikan penghargaan yang sepadan atas dedikasi dan pengabdian mereka.
- Meninjau kembali sistem pemilu serentak yang kompleks dan padat.
- Mempelajari sistem pemilu di negara lain yang lebih efektif dan efisien.
- Melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, pakar, dan masyarakat sipil, dalam merumuskan sistem pemilu yang ideal.
Membangun Kesadaran dan Kepedulian
Meninggalnya petugas KPPS bukan statistik semata. Di balik angka itu, ada nyawa manusia, ada keluarga yang kehilangan, dan ada mimpi yang terenggut.
Kita harus membangun kesadaran dan kepedulian terhadap para pahlawan demokrasi ini.
Masyarakat perlu memahami beban kerja dan risiko yang dihadapi petugas KPPS, serta mendorong upaya reformasi sistem pemilu.
Mari Berbenah: Menuju Demokrasi yang Berkualitas
Mari jadikan tragedi ini sebagai momentum untuk berbenah. Kita tidak boleh lagi mengorbankan nyawa demi demokrasi.
Reformasi sistem pemilu adalah harga yang harus dibayar untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas, aman, dan manusiawi.
 Mari selamatkan nyawa para pahlawan demokrasi, demi pesta demokrasi yang bermartabat dan bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H