Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyingkap Pesona Wisata Religi Makam Syech Hamzah Fansuri

27 Desember 2023   00:32 Diperbarui: 27 Desember 2023   00:34 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Wisata Religi Makam Syekh Hamzah Fansuri  di Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Sumber gambar: http://disporapar.subulussalamkota.go.id

Di jantung Aceh, negeri bersyair dan bertafakur, berbisik kisah Syekh Hamzah Fansuri. Sosok misterius, penyair agung, ulama sufi yang jejaknya terukir tak hanya dalam tinta, tapi juga tanah dan sungai. 

Nama Fansuri bagai perahu, membelah samudera sastra, mengantar cahaya tasawuf hingga pelosok Nusantara. Dan di Desa Oboh, Kota Subulussalam, tepat di tepi sungai Lae Souraya, makam Fansuri tak sekadar pusara, melainkan magnet wisata religi yang memikat penjelajah budaya dan spiritual.

Perjalanan ke makam Fansuri ibarat menyusuri bait-bait "Syair Perahu", karya termasyhur sang Syekh. Jalanan berkelok, dipeluk rimbun pepohonan, membawa kita menembus lorong waktu. 

Dok. aceHTrend//Yelli Sustarina
Dok. aceHTrend//Yelli Sustarina

Desa Oboh menyambut dengan hembusan angin dan senyum penduduk ramah. Masjid kayu sederhana berdiri anggun, bercerita tentang peradaban Islam yang berakar kuat. Dan di ujung jalan, di balik gerbang batu bertulis naskah Arab, makam Fansuri menanti, sunyi dan khusyuk.

Kompleks makam ini sederhana, namun pesonanya terpancar kuat. Batu nisan Fansuri, terbuat dari batu granit hitam, berdiri tegak dan anggun. 

Makam Syekh Hamzah Fansuri. Dok. SERAMBI/KHALIDIN
Makam Syekh Hamzah Fansuri. Dok. SERAMBI/KHALIDIN

Di sekelilingnya, makam keluarga dan ulama lain berbaris rapi, seolah mengiringi perjalanan spiritual sang guru. Pepohonan rindang berbisik, sungai Lae Souraya mengalir tanpa henti, alam turut berzikir, melantunkan puji pada Sang Pencipta.

Makam Syekh Hamzah Fansuri. Dok. acehabad.blogspot.com
Makam Syekh Hamzah Fansuri. Dok. acehabad.blogspot.com

Suasana hening menyelimuti. Para peziarah datang silih berganti, bersimpuh khusyuk, melantunkan doa, dan menaburkan bunga. Ada yang datang memohon berkat, ada yang mencari ketenangan, ada yang terseret oleh magnet "Syair Perahu" dan ingin lebih dekat dengan sang pencipta. 

Makam Fansuri menjadi ruang hening di tengah hiruk pikuk dunia, tempat jiwa berdialog dengan Tuhan, dan kata-kata bersatu dengan semesta.

Namun, kisah Fansuri tak selesai di makamnya. Jejaknya terhampar di seantero Aceh. Di Banda Aceh, di Museum Negeri Aceh, manuskrip kuno "Asrarul Arifin", karya utama Fansuri, tersimpan sebagai harta karun sastra. 

Tulisan tangan halus, tinta kehitaman, membisikkan ajaran tasawuf yang dalam. Setiap huruf bagai butiran mutiara, menerangi pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya.

Di sudut-sudut kota, syair-syair Fansuri masih dinyanyikan. "Syair Perahu" berkelana dari mulut ke mulut, diwariskan turun-temurun sebagai denyut nadi kebudayaan Aceh. Setiap baitnya sarat makna, terjalin dengan irama musik tradisional, menggetarkan hati dan menggugah kehausan spiritual.

Wisata religi Makam Fansuri tak sekadar ziarah dan doa. Ini adalah ekspedisi budaya, penjelajahan keagamaan, dan perjalanan batin. Di sini, kita bukan hanya mengenang seorang ulama sufi, tapi juga menyelami kedalaman sastra, terseret arus sungai tasawuf, dan menyaksikan bagaimana kata-kata bisa menjadi perahu yang mengantar kita kepada Tuhan.

Namun, kisah Fansuri tak luput dari kontroversi. Ajarannya tentang wahdatul wujud, kesatuan wujud Tuhan dan manusia, dianggap sesat oleh sebagian tokoh agama zamannya. 

Karya-karyanya dibakar, namanya diasingkan dari sejarah. Tapi, seperti api yang dimatikan, bara api ajaran Fansuri terus menyala, diwariskan dalam syair, dibisikkan dalam doa, dan terpatri di hati para pengikutnya.

Makam Fansuri menjadi simbol kebebasan berekspresi, keberanian berpendapat, dan kegigihan ajaran yang hakiki. Ini adalah pengingat bahwa meski dibungkam, kebenaran tak bisa dihapus. 

Kata-kata, seperti air sungai Lae Souraya, akan terus mengalir, menembus lorong waktu, dan membasahi jiwa para pencari kebenaran.

Jadi, jika Anda berkunjung ke Aceh, singgahlah ke Makam Fansuri. Bukan hanya untuk berdoa, tapi untuk menyelami kedalaman sastra, menghayati ajaran tasawuf, dan menyaksikan jejak sejarah Islam Nusantara. 

Nikmatilah syair yang mengalun di angin, rasakan kedamaian yang memancar dari batu nisan, dan biarkan perahu kata-kata Fansuri mengantar Anda ke samudera pengetahuan dan spiritual.

Ingatlah, di sini, di tepi sungai Lae Souraya, di bawah rindangnya pepohonan, di atas batu nisan hitam, hiduplah seorang penyair agung, ulama sufi, dan pendakwah yang cahayanya masih menyinari dunia hingga hari ini.

Ingatlah, di sini, di Makam Syekh Hamzah Fansuri, kita bisa belajar tentang keindahan sastra, kedalaman tasawuf, dan keberanian berekspresi.

Ingatlah, di sini, kita bisa menemukan kedamaian, ketenangan, dan pencerahan.

Ingatlah, di sini, kita bisa memulai perjalanan spiritual kita menuju Tuhan.

Makam Syekh Hamzah Fansuri adalah tempat yang istimewa. Ini adalah tempat untuk berziarah, belajar, dan merefleksi diri.

Jika Anda berkunjung ke Aceh, jangan lupa untuk mengunjungi makam ini. Anda tidak akan kecewa.

Anda bisa mencapai Makam Syekh Hamzah Fansuri dengan menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa mengambil jalan dari Banda Aceh menuju Subulussalam. Setelah sampai di Subulussalam, Anda bisa mengikuti petunjuk arah menuju Desa Oboh.

Jika menggunakan transportasi umum, Anda bisa naik bus dari Banda Aceh menuju Subulussalam. Setelah sampai di Subulussalam, Anda bisa naik ojek atau becak menuju Desa Oboh.

Selamat berziarah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun