Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Waspada Perubahan Iklim dan Potensi Bencana: Refleksi Mengenang Musibah Tsunami Aceh

26 Desember 2023   12:42 Diperbarui: 26 Desember 2023   12:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Julanda BM

Pada tanggal 26 Desember 2004, dunia digegerkan dengan peristiwa tsunami yang meluluhlantakkan Aceh dan beberapa wilayah lain di Asia Tenggara. Tsunami ini disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 9,1 magnitudo yang terjadi di dasar laut di lepas pantai Sumatra. Gempa bumi ini menyebabkan patahan di dasar laut yang kemudian memicu gelombang tsunami setinggi puluhan meter.

Tsunami Aceh telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, dan menimbulkan kerusakan infrastruktur yang sangat besar. Peristiwa ini merupakan salah satu bencana alam paling dahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah.

Sembilan belas tahun setelah tsunami Aceh, kita masih harus waspada terhadap potensi bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan kenaikan permukaan laut, yang dapat meningkatkan risiko tsunami. 

Selain itu, perubahan iklim juga dapat menyebabkan cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan, yang juga dapat menimbulkan bencana alam.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim. Langkah-langkah ini penting untuk melindungi kita dari bencana alam yang semakin sering terjadi.

Perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer. Gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida, menahan panas di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi meningkat.

Peningkatan suhu bumi dapat menyebabkan berbagai perubahan di lingkungan, termasuk kenaikan permukaan laut, cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Kenaikan permukaan laut dapat meningkatkan risiko tsunami. Hal ini karena air laut yang naik dapat melampaui garis pantai dan menyebabkan gelombang tsunami.

Cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, dan kekeringan, juga dapat menimbulkan bencana alam. Badai dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur dan kerugian materi yang besar. 

Banjir dapat menyebabkan kerusakan lahan pertanian dan pemukiman. Kekeringan dapat menyebabkan gagal panen dan kelaparan.

Refleksi Mengenang Musibah Tsunami Aceh

Musibah tsunami Aceh merupakan pengingat bahwa kita harus waspada terhadap potensi bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim. Peristiwa ini juga merupakan tragedi kemanusiaan yang harus kita pelajari agar tidak terulang kembali.

Ada beberapa hal yang dapat kita refleksikan dari musibah tsunami Aceh: Pertama, Bencana alam tidak mengenal batas. Tsunami Aceh tidak hanya menghancurkan Aceh, tetapi juga wilayah lain di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa bencana alam dapat terjadi di mana saja, tanpa memandang negara atau wilayah.

Kedua, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengurangi risiko bencana alam. Pemerintah perlu memiliki kebijakan yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim. Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, seperti dengan menghemat energi dan menggunakan transportasi umum.

Ketiga, kita harus siap menghadapi bencana alam. Kita perlu memiliki rencana dan persiapan yang matang untuk menghadapi bencana alam. Hal ini penting untuk mengurangi korban jiwa dan kerugian materi.

Langkah-Langkah Mitigasi Perubahan Iklim

Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim: Pertama, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, kita perlu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, misalnya dengan menggunakan energi terbarukan, seperti solar dan angin.

Kedua, meningkatkan efisiensi energi. Kita dapat meningkatkan efisiensi energi dengan menggunakan peralatan yang hemat energi, seperti lampu LED dan AC inverter.

Ketiga, hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kelestarian hutan.

Dengan melakukan langkah-langkah mitigasi perubahan iklim, kita dapat mengurangi risiko bencana alam dan melindungi diri kita dari dampak perubahan iklim.

Penutup

Musibah tsunami Aceh telah mengajarkan kita banyak hal. Kita harus waspada terhadap potensi bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim. Kita juga harus bekerja sama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat melindungi diri kita dari dampak perubahan iklim dan membangun masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun