Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Aljazeera Menyebut Gibran "Nepo Baby", Apa itu?

26 Desember 2023   09:02 Diperbarui: 26 Desember 2023   09:02 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nepo baby bukanlah fenomena baru di Indonesia. Fenomena ini telah ada sejak lama, bahkan sejak zaman Orde Baru. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena nepo baby semakin marak terjadi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena nepo baby semakin marak terjadi. Salah satu faktornya adalah rendahnya kualitas pendidikan politik di Indonesia. 

Pendidikan politik yang rendah menyebabkan masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang demokrasi dan pemerintahan. 

Akibatnya, masyarakat mudah terprovokasi oleh propaganda yang mengaitkan sukses seseorang dengan hubungan keluarganya.

Faktor lain yang menyebabkan fenomena nepo baby semakin marak terjadi adalah lemahnya penegakan hukum. Hukum yang lemah tidak mampu memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku nepotisme. 

Akibatnya, pelaku nepotisme merasa bebas untuk bertindak sewenang-wenang.

Dampak Nepo Baby

Nepo baby memiliki dampak negatif bagi demokrasi dan pemerintahan Indonesia. Nepo baby dapat menyebabkan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Nepo baby juga dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi.

Nepo baby juga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat akan merasa bahwa pemerintah tidak adil dan tidak transparan. Akibatnya, masyarakat akan sulit untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.

Kesimpulan

Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2024 telah memicu perdebatan tentang fenomena nepo baby. Apakah Gibran adalah "nepo baby"? Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang mudah. Ada bukti-bukti yang mendukung kedua anggapan tersebut.

Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa fenomena nepo baby memiliki dampak negatif bagi demokrasi dan pemerintahan Indonesia. Nepo baby dapat menyebabkan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Oleh karena itu, penting untuk mencegah terjadinya fenomena nepo baby. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan politik di Indonesia, memperkuat penegakan hukum, dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun