Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perspektif Gender Suami saat Disuruh Belanja ke Pasar

25 Desember 2023   21:17 Diperbarui: 25 Desember 2023   21:19 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Getty Images via bilikkreatif.com

Laki-laki yang memiliki perspektif gender egaliter, di sisi lain, cenderung percaya bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan perempuan dalam belanja ke pasar. Mereka mungkin sudah terbiasa untuk memilih dan membeli bahan makanan, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.

3.  Persepsi terhadap manfaat belanja ke pasar

Laki-laki yang memiliki perspektif gender tradisional cenderung menganggap bahwa belanja ke pasar tidak memiliki manfaat yang besar bagi mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak perlu mengetahui harga bahan makanan atau cara memasaknya. Hal ini karena mereka terbiasa dengan peran laki-laki sebagai pemberi nafkah, yang biasanya hanya berfokus pada urusan keuangan.

Laki-laki yang memiliki perspektif gender egaliter, di sisi lain, cenderung percaya bahwa belanja ke pasar memiliki manfaat yang besar bagi mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka perlu mengetahui harga bahan makanan agar dapat berhemat, dan mereka juga perlu mengetahui cara memasaknya agar dapat membantu istri dalam mengurus rumah tangga.

Pandangan gender suami terhadap berbelanja ke pasar di Indonesia masih dipengaruhi oleh budaya patriarki. Budaya patriarki memandang bahwa laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga, sedangkan perempuan merupakan ibu rumah tangga. Hal ini menyebabkan suami merasa bahwa berbelanja ke pasar merupakan tugas istri.

Namun, dalam perkembangannya, pandangan gender suami terhadap berbelanja ke pasar mulai berubah. Hal ini dikarenakan adanya perubahan peran gender dalam keluarga. Saat ini, perempuan juga banyak yang bekerja di luar rumah, sehingga mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berbelanja ke pasar. Selain itu, semakin banyak suami yang menyadari bahwa berbelanja ke pasar merupakan tanggung jawab bersama dalam keluarga.

Kesimpulan

Pandangan gender suami terhadap berbelanja ke pasar merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Pandangan gender yang tidak sesuai dengan realitas dapat menimbulkan konflik dalam hubungan suami-istri dan berdampak negatif terhadap kesejahteraan keluarga.

Saran

Untuk meningkatkan pandangan gender suami terhadap berbelanja ke pasar, diperlukan edukasi dan sosialisasi tentang peran gender yang setara dalam keluarga. Edukasi dan sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media massa, media sosial, dan lembaga pendidikan.

Selain itu, suami dan istri juga perlu berkomunikasi secara terbuka tentang peran masing-masing dalam keluarga. Komunikasi yang terbuka dapat membantu suami dan istri untuk memahami dan menghargai peran masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun