Namun, simfoni ini bukan tanpa tantangan. Disonansi patriarki, harmoni yang diredam oleh ketidakadilan, ritme kemajuan yang tersendat diskriminasi, semua itu masih menghambat laju perubahan. Untuk itu, penting sekali:
- Menyadarkan perempuan akan kekuatan mereka. Bahwa melodi perubahan ada dalam genggaman mereka sendiri.
- Memberikan ruang dan kesempatan yang setara. Agar perempuan tak lagi menjadi instrumen sunyi tapi konduktor orkestra kehidupan.
- Menghancurkan partitur patriarki. Agar simfoni kemajuan tak lagi terkekang oleh harmoni pincang yang menindas.
Mari kita buang anggapan bahwa perempuan hanya penonton simfoni kehidupan. Biarlah dunia melihat mereka sebagai maestro, jemari mungil mereka menari-nari di atas tuts piano, mencipta melodi keadilan, harmoni kesetaraan, dan ritme kemajuan. Saat perempuan mengambil tongkat konduktor, simfoni kehidupan akan mengalun lebih merdu, lebih adil, dan lebih berdaya.
Maka, dengarkanlah baik-baik. Di antara hiruk pikuk dunia, di jantung denyut nadi, dentingan piano perubahan sedang dimainkan oleh tangan-tangan perempuan. Biarkan melodi itu membesar, menggema, menggetarkan dunia, karena pada akhirnya, perempuanlah konduktor sejati simfoni kehidupan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!