Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan, Melodi Perubahan di Simfoni Kehidupan

17 Desember 2023   04:02 Diperbarui: 17 Desember 2023   04:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar: perkim.id

Bayangkan dunia bagai simfoni agung, penuh instrument harmoni dan disonansi, melodi gembira dan ritme tangis. Di jantung simfoni itu, perempuan adalah konduktor tak terlihat, jemarinya mengantarai tiap nada, menenun benang perubahan ke dalam jalinan kehidupan. Dia bukan sekadar penghias panggung, tapi kreator orkestra, penentu arah aliran musik, penggenggam harmoni dunia.

Label "agen perubahan" mungkin terkesan abstrak, namun lihatlah ke sekeliling. Ibu yang berjuang menyekolahkan anaknya walau dihimpit kemiskinan, aktivis yang menentang ketidakadilan walau dicemooh, pengusaha sosial yang mengentaskan kemiskinan walau digoda pesimisme - dialah para maestro orkestra. Mereka tak bersenjatakan pedang atau megaphone, tapi pena, tekad, dan kepekaan sosial yang tajam.

Kekuatan perempuan sebagai agen perubahan berakar pada empat orkestrasi kehidupan:

Pertama, orkestrasi hati. Perempuan dikaruniai empati yang dalam, kemampuan merasakan denyut dunia lewat panca indera jiwanya. Mereka melihat penderitaan bukan sekadar angka, tapi kisah-kisah nyata yang mengoyak. 

Ibu yang merasakan kelaparan anaknya di perutnya sendiri, aktivis yang mendengar jeritan ketidakadilan dalam debar jantung kaum tertindas, itulah melodi yang menggerakkan mereka beraksi.

Kedua, orkestrasi pikiran. Perempuan bukan hanya mahluk emosional, tapi pemikir handal. Mereka mampu menganalisis masalah, merancang strategi, dan memimpin perubahan dengan kecerdasan. 

Pengusaha sosial yang menyusun model bisnis untuk pemberdayaan, peneliti yang menemukan solusi inovatif untuk kesehatan masyarakat, itulah harmoni otak dan hati yang menghasilkan gebrakan nyata.

Ketiga, orkestrasi jaringan. Perempuan adalah seniman jaringan, menjalin benang solidaritas dan kolaborasi. Ibu yang membangun kelompok arisan untuk saling menguatkan, aktivis yang membangun koalisi antar NGO untuk memperjuangkan keadilan, itulah kekuatan kolektif yang menguatkan langkah perubahan. Dalam jalinan tangan perempuan, gerakan menjadi tak terbendung.

Keempat, orkestrasi ketahanan. Perempuan terbiasa menghadapi tantangan. Diskriminasi, ketidaksetaraan, beban ganda, semua adalah ujian yang membentuk ketahanan mereka. Ibu yang tegar di tengah himpitan ekonomi, aktivis yang tak kenal lelah walau menghadapi ancaman, itulah resiliensi yang membuat mereka tak pernah padam dalam simfoni perubahan.

Simfoni perubahan yang digerakkan perempuan tak melulu bergema di panggung besar. Perubahan bisa dimulai dari hal kecil, dari ruang dapur dengan ibu yang mengajarkan pentingnya pendidikan pada anak, dari ruang kelas dengan guru yang menanamkan bibit keadilan pada murid, dari ruang desa dengan petani yang memberdayakan diri dan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun