Bau sampah yang tercium di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) saat Piala Dunia U-17 2023 menjadi sorotan publik. Hal ini wajar, mengingat GBT merupakan salah satu venue utama turnamen tersebut. Bau sampah tentu akan mengganggu kenyamanan para penonton, baik dari Indonesia maupun mancanegara.
Jurnalis asal Ekuador, Pablo Andrade, bahkan mengungkapkan bahwa dirinya merasa tak nyaman di GBT karena berdekatan dengan TPA Benowo. Ia menyarankan agar TPA Benowo ditutup.
Pemerintah Kota Surabaya telah berupaya untuk mengatasi masalah ini. Salah satu upayanya adalah dengan menutup seluruh TPA Benowo menggunakan geomembran. Selain itu, jam operasional TPA Benowo juga dialihkan saat Piala Dunia U-17 berlangsung.
Upaya tersebut dinilai berhasil mengurangi bau sampah di GBT. Namun, bau sampah masih dapat tercium, terutama saat angin bertiup kencang dari arah TPA Benowo.
Masalah bau sampah di GBT merupakan masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Jarak antara GBT dan TPA Benowo yang cukup dekat, yaitu sekitar 2,7 kilometer.
- Kapasitas TPA Benowo yang sudah melebihi batas, sehingga sampah yang dibuang tidak dapat terurai dengan baik.
- Sistem pengelolaan sampah di Surabaya yang masih belum optimal.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Mencari lokasi baru untuk TPA Benowo.
- Meningkatkan kapasitas TPA Benowo dengan menambah lahan atau menerapkan teknologi pengolahan sampah.
- Meningkatkan sistem pengelolaan sampah di Surabaya, mulai dari pengumpulan, pengangkutan, hingga pengolahan sampah.
Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah, terutama sampah plastik. Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang sulit terurai dan dapat menghasilkan bau yang menyengat.
Masalah bau sampah di GBT merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Surabaya. Jika masalah ini dapat diatasi, maka GBT akan menjadi stadion yang lebih nyaman dan layak untuk menggelar berbagai event olahraga internasional.
Bau Sampah sebagai Peluang
Masalah bau sampah di GBT sebenarnya dapat menjadi peluang bagi Surabaya. Hal ini karena masalah ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah.
Pemerintah Kota Surabaya dapat memanfaatkan masalah ini untuk mengkampanyekan pentingnya mengurangi sampah, terutama sampah plastik. Kampanye ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media massa, media sosial, dan edukasi langsung kepada masyarakat.
Selain itu, masalah ini juga dapat menjadi momentum untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah di Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya dapat melakukan evaluasi terhadap sistem pengelolaan sampah yang ada dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Dengan mengatasi masalah bau sampah di GBT, Surabaya dapat menjadi kota yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Hal ini tentu akan memberikan dampak positif bagi berbagai aspek kehidupan di Surabaya, mulai dari kesehatan masyarakat, pariwisata, hingga perekonomian.
Kesimpulan
Masalah bau sampah di Stadion Gelora Bung Tomo merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah Kota Surabaya perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah, terutama sampah plastik.
Jika masalah ini dapat diatasi, maka GBT akan menjadi stadion yang lebih nyaman dan layak untuk menggelar berbagai event olahraga internasional. Hal ini juga akan menjadi peluang bagi Surabaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dan meningkatkan sistem pengelolaan sampah di kota tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H