Namun, NU sendiri menolak anggapan tersebut. NU menegaskan bahwa organisasinya tidak terlibat dalam politik praktis. NU hanya memberikan arahan kepada para anggotanya untuk menentukan pilihan presiden sesuai dengan hati nurani masing-masing.
Dalam menentukan dukungannya, NU tidak bersatu dalam satu komando. Ada beberapa kelompok kecil di NU yang memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait pilihan presiden. Namun, NU berupaya untuk mengarahkan para Nahdliyyin untuk bersatu menentukan dukungannya.
Salah satu cara yang dilakukan NU adalah dengan mengeluarkan fatwa terkait pemilihan presiden. Fatwa ini berisi arahan kepada para Nahdliyyin untuk memilih pemimpin yang memiliki komitmen untuk menjaga Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
Selain itu, NU juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para anggotanya terkait pemilihan presiden. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman para Nahdliyyin dalam menentukan pilihan presiden.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, NU berharap dapat memberikan arahan yang tepat kepada para anggotanya dalam menentukan pilihan presiden. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa NU dapat berperan aktif dalam proses demokrasi di Indonesia.
Pertarungan untuk mendapatkan dukungan NU merupakan bagian dari dinamika politik di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa NU merupakan kekuatan politik yang signifikan yang tidak dapat diabaikan.
NU memiliki peran penting dalam proses demokrasi di Indonesia. NU dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. NU juga dapat menjadi kekuatan pemersatu bangsa.
Dengan dukungan dari NU, bacapres dapat meningkatkan elektabilitas dan peluang untuk memenangkan pemilihan presiden. Namun, bacapres harus memahami bahwa NU bukan mesin politik yang dapat dikendalikan. Bacapres harus memiliki visi dan program yang dapat diterima oleh NU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H