Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fenomena De-Agrikulturasi: Tantangan dan Solusinya

27 September 2023   08:16 Diperbarui: 27 September 2023   08:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lahan terlantar (dok.malesturu.wordpress.com)

Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini berperan dalam menyediakan bahan pangan, menyerap tenaga kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi fenomena de-agrikulturasi, yaitu penurunan minat lulusan universitas untuk bekerja di sektor pertanian.

Fenomena de-agrikulturasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Persepsi masyarakat terhadap pertanian yang masih tradisional dan kurang menjanjikan. Masyarakat masih menganggap bahwa pertanian merupakan pekerjaan yang kotor, kasar, dan kurang bergengsi.

Kurang tersedianya lapangan kerja yang menarik di sektor pertanian. Sektor pertanian masih didominasi oleh usaha kecil dan menengah yang memiliki produktivitas rendah dan pendapatan yang tidak menentu.

Kurang tersedianya informasi dan pelatihan tentang pertanian modern. Lulusan universitas umumnya kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang pertanian modern yang lebih efisien dan menguntungkan.

Fenomena de-agrikulturasi ini memiliki dampak negatif yang signifikan, antara lain:

Menurunnya produksi pangan. Kurangnya tenaga kerja terampil di sektor pertanian akan berdampak pada menurunnya produktivitas dan produksi pangan.

Meningkatnya ketergantungan impor pangan. Indonesia akan semakin bergantung pada impor pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Meningkatnya ketimpangan pendapatan. Kurangnya lapangan kerja di sektor pertanian akan mendorong masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan di perkotaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan ketimpangan pendapatan.

Untuk mengatasi fenomena de-agrikulturasi, diperlukan upaya-upaya yang komprehensif dari berbagai pihak, antara lain:

Pemerintah perlu melakukan kampanye dan sosialisasi untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap pertanian. Selain itu, pemerintah juga perlu mengembangkan sektor pertanian modern yang lebih efisien dan menguntungkan.

Perguruan tinggi perlu meningkatkan kualitas pendidikan pertanian dengan memasukkan materi tentang pertanian modern dan kewirausahaan.

Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian bagi kesejahteraan masyarakat.

Kesimpulannya, fenomena de-agrikulturasi merupakan tantangan serius yang harus dihadapi oleh Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya-upaya yang komprehensif dari berbagai pihak. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan fenomena de-agrikulturasi dapat diatasi sehingga sektor pertanian dapat kembali menjadi sektor yang penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia.

Berikut adalah beberapa tips untuk menarik minat lulusan universitas untuk bekerja di sektor pertanian:

Buatlah pertanian menjadi lebih modern dan menarik. Pemerintah dan swasta perlu berinvestasi dalam pengembangan pertanian modern yang lebih efisien dan menguntungkan.

Berikan pelatihan dan pendampingan. Lulusan universitas perlu diberikan pelatihan dan pendampingan tentang pertanian modern agar mereka dapat beradaptasi dengan cepat.

Berikan peluang kerja yang menarik. Pemerintah dan swasta perlu menyediakan peluang kerja yang menarik di sektor pertanian, seperti lowongan kerja di perusahaan pertanian modern atau lembaga penelitian pertanian.

Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan minat lulusan universitas untuk bekerja di sektor pertanian dapat meningkat. Hal ini akan berdampak positif pada produksi pangan, kesejahteraan masyarakat, dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun