Mohon tunggu...
Julianda BM
Julianda BM Mohon Tunggu... Administrasi - ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh". Sudah menulis ratusan artikel dan opini. Bekerja sebagai ASN Pemda. Masih tetap belajar dan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Ellipsism: Rasa Putus Asa yang Tersirat

11 September 2023   19:39 Diperbarui: 11 September 2023   20:22 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: jiosaavn.com)

Ellipsism adalah sebuah emosi yang digambarkan sebagai rasa putus asa yang tersirat. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang bercerita tentang suatu pengalaman kepada orang lain yang tidak akan bisa memahaminya. Ellipsism dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, kesedihan, atau rasa kehilangan.

Pengertian Ellipsism

Secara harfiah, ellipsism berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ellipsis" yang berarti "kekosongan" atau "penghilangan". Dalam konteks psikologi, ellipsism mengacu pada perasaan putus asa yang tersirat. Kondisi ini biasanya terjadi saat seseorang bercerita tentang suatu pengalaman kepada orang lain yang tidak akan bisa memahaminya.

Ellipsism dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

Trauma. Trauma dapat menyebabkan seseorang mengalami emosi yang negatif, seperti rasa takut, cemas, atau marah. Kondisi ini dapat membuat seseorang merasa putus asa dan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Kesedihan. Kesedihan adalah emosi yang wajar dirasakan oleh manusia. Namun, jika kesedihan yang dirasakan terlalu mendalam, maka dapat menyebabkan seseorang merasa putus asa.

Rasa kehilangan. Rasa kehilangan, baik itu kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, atau hal lain yang berharga, dapat menyebabkan seseorang merasa putus asa.

Gejala Ellipsism

Ellipsism dapat ditandai dengan gejala-gejala berikut:

Perasaan putus asa

Kesulitan untuk berkomunikasi

Merasa tidak dimengerti

Merasa terasing

Merasa kesepian

Penanganan Ellipsism

Ellipsism dapat ditangani dengan berbagai cara, antara lain:

Terapi. Terapi dapat membantu seseorang untuk memahami dan mengelola emosinya.

Obat-obatan. Obat-obatan dapat membantu untuk mengurangi gejala-gejala ellipsism, seperti depresi dan kecemasan.

Dukungan dari orang lain. Dukungan dari orang lain, seperti keluarga dan teman, dapat membantu seseorang untuk merasa lebih baik.

Contoh Ellipsism

Berikut adalah beberapa contoh ellipsism:

Seorang wanita yang mengalami pelecehan seksual mungkin merasa putus asa untuk menceritakan pengalamannya kepada orang lain karena takut tidak akan di percaya atau malah di salahkan.

Seorang pria yang kehilangan pekerjaannya mungkin merasa putus asa untuk menceritakan pengalamannya kepada orang lain karena takut tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan baru.

Seorang anak yang kehilangan orang tuanya mungkin merasa putus asa untuk menceritakan pengalamannya kepada orang lain karena takut tidak akan bisa menghadapi rasa kehilangannya.

Jika Anda merasa mengalami ellipsism, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun