Di era digital, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Kita menggunakan media sosial untuk berbagai keperluan, mulai dari berkomunikasi, berbagi informasi, hingga membangun citra diri.
Menjaga Citra di Media Sosial
Banyak orang yang sadar bahwa media sosial dapat memengaruhi karier mereka. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba untuk menjaga citra diri yang positif di media sosial. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang mengedit foto dan video mereka sebelum diunggah, atau bahkan membuat akun media sosial baru yang hanya menampilkan sisi positif mereka.
Media Sosial Representasi Diri Seutuhnya?
Pertanyaannya, apakah media sosial benar-benar merepresentasikan diri kita seutuhnya? Jawabannya tentu tidak. Media sosial hanyalah salah satu dari banyak aspek kehidupan kita. Ada banyak hal yang tidak kita bagikan di media sosial, seperti pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi kita.
Selain itu, media sosial juga merupakan ruang publik yang dapat diakses oleh siapa saja. Hal ini membuat kita cenderung untuk menampilkan sisi terbaik diri kita di media sosial. Kita mungkin tidak akan membagikan postingan yang dapat membuat kita terlihat buruk di mata orang lain.
Background Checking melalui Media Sosial
Berangkat dari kesadaran bahwa media sosial dapat menjadi cerminan diri seseorang, beberapa perusahaan mulai melakukan background checking melalui media sosial. Tujuannya adalah untuk menilai kepribadian dan karakter calon karyawan.
Praktik background checking melalui media sosial ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, praktik ini dianggap dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang berkualitas. Di sisi lain, praktik ini juga dianggap melanggar privasi seseorang.
Validitas Background Checking melalui Media Sosial