Kembaranku suka bertanya. Namanya Negatif. Selepas Asar, ia jumpai seorang laki-laki tengah melintas di depan rumah kesayangannya. Jangan tanya nama laki-laki itu siapa, kembaranku yang suka bertanya justru lupa menanyakannya.
Percakapannya cukup seru. Aku asyik mendengarkan dari balik pintu rumah kembaranku sambil makan kotel yang digoreng istrinya. Tapi Negatif sepertinya juga lupa bertanya pada laki-laki yang dijumpainya itu apa ia tahu rasanya kotel? Apa ia tahu dari apa kotel itu terbuat? Cara membuatnya? Makanan khas daerah mana? Kembaranku lagi-lagi lupa menanyakan hal yang tak kalah penting menurutku. Mari kita dengar bersama-sama percakapan Negatif dan laki-laki yang entah siapa namanya itu.
- Kamu mau ke mana?
* Tidak tahu.
- Lho kamu ini gimana.
* Tidak gimana-gimana.
- Kamu jalan tapi kok tidak tahu mau ke mana?
* Ya tidak tahu.
- Itu apa yang sedang kamu bawa?
* Barangku.
- Apa saja isinya?
* Tidak tahu.
- Siapa yang menyiapkan bawaanmu itu?
* Aku sendiri.
- Lalu kamu tidak tahu apa isinya?
* Iya, aku tidak tahu.
- Kamu berangkat dari mana tadi?
* Dari rumah.
- Sendirian?
* Iya.
- Jam berapa?
* Setelah Subuh.
- Kenapa kamu pergi dari rumah?
* Mau pulang.
- Mau berangkat maksudnya? Kan kamu dari rumah.
* Tidak, aku mau pulang.
- Pulang ke mana?
* Tidak tahu.
- Berarti kamu tahu mau pergi ke mana?
* Tidak tahu.
- Katanya tadi mau pulang. Berarti kamu tahu mau pulang ke mana?
* Tidak.
- Tapi kamu sudah makan?
* Iya, sudah.
- Siapa yang membuatkanmu makan?
* Ibuku.
- Ayahmu juga ada di rumah?
* Iya, ada.
- Lalu kamu mau pulang ke mana lagi?
* Tidak tahu.
- Tidak mau mampir dulu sebentar? Kamu terlihat bingung.
* Tidak.
- Kamu yakin?
* Aku tidak bingung.
- Kamu tidak tahu mau ke mana berarti kamu bingung.
* Tidak.
- Itu kakimu kenapa?
* Luka.
- Aku yakin pasti sakit kalau dipakai terus berjalan. Berhentilah dulu.
* Tidak, aku belum sampai.
- Kenapa bisa luka?
* Karena nanti bisa sembuh.
- Bukan, maksudnya apa penyebab lukanya?
* Aku tidak tahu.
- Berhentilah. Kamu sangat bingung.
* Tidak, aku tidak bingung.
- Mau lanjut berjalan?
* Iya.
- Mau ke mana?
* Pulang.
- Ke mana?
 * Tidak tahu.
- Baiklah.
* Kamu mau ke mana?
- Maksudnya?
* Kamu diam di sini saja memangnya tidak ke mana-mana?
- Hari ini aku sedang tidak ada keperluan ke mana-mana.
* Kamu ini gimana.
- Lho?
* Kamu tidak pulang?
- Kamu ini sedang ada di depan rumahku. Mau pulang ke mana lagi aku?
* Tidak tahu.
- Aduh, gimana!
* Kamu yakin tidak mau ke mana-mana?
- Tidak.
* Ke surga atau ke neraka? Tidak mau ke dua-duanya?
- Lho ya itu beda.
* Jadi kamu mau ke mana?
- Ke surga lah.
* Tahu caranya pulang ke surga?
- Beribadah yang tekun, berbuat baik, tidak menyakiti siapapun, ya kan?
* Tidak tahu.
- Aku diajarinnya gitu kok.
* Iya.
- Jadi benar kan caranya pulang ke surga seperti itu?
* Tidak tahu.
- Ini kita sedang ngobrolin apa?
 * Tidak tahu.
- Kamu mau pulang ke surga atau ke neraka gitu maksudnya sekarang?
* Tidak tahu.
- Lho kok tidak tahu terus sih!
* Kamu benar-benar tahu caranya pulang ke surga?
- Maksudmu gimana?
* Kamu tahu tidak caranya pulang ke surga?
- Kamu aneh.
* Aku bertanya.
- Ya sudah kamu lanjut jalan saja.
* Kamu tahu tidak cara yang bisa menjamin kita masuk surga?
-
* Lho kok diam saja?
Aku jadi ikut diam mendengar ujung percakapan mereka. Bisa-bisanya sampai akhir percakapan, kembaranku benar-benar tidak menanyakan perihal kotel. Kalian ingin tahu kotel itu seenak apa? Enak sekali! Ia terbuat dari daging ikan dan tepung yang dicampur beberapa bumbu lainnya dan disajikan dengan sambal khas yang menggugah selera. Ibu mertuaku sering membuatkannya saat aku pulang ke rumah beliau di salah satu daerah Tapal Kuda: Besuki, Situbondo.
Hari ini kotel ikan kubawa ke rumah kembaranku dan langsung digoreng penuh suka cita oleh istrinya. Kalian juga ingin tahu lebih banyak tentang kotel? Mirip kembaranku, jadi banyak tanya. Kalian bisa cari tahu di internet, ya!
Laki-laki yang sedari tadi ditanyai dan kembali menanyai kembaranku sudah pergi. Negatif masuk rumah selepas Magrib. Ditariknya asal-asalan kotel yang hampir habis kumakan. "Apa hubungannya antara kotel dan surga? Kok kamu menyisipkan cerita tentang kotel dan pertanyaan perihal surga yang diajukan laki-laki tadi? Nggak nyambung ceritamu itu!" tanya kembaranku dengan penuh rasa tidak terima. Lalu kujawab perlahan pertanyaan Negatif sambil merebut kembali kotel dari tangannya, "Kotel itu enak, sedang surga atau neraka, aku belum tahu rasanya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H