Mohon tunggu...
LOREY SOMER
LOREY SOMER Mohon Tunggu... Mahasiswa - AHLI BAHASA DAN KOMPUTER

Suka komputer dan informasi teknologi komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanda dalam Semiotika Menurut William Morris

6 November 2024   21:11 Diperbarui: 6 November 2024   21:30 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda dan bagaimana tanda tersebut membangun makna dalam suatu konteks komunikasi. Salah satu tokoh penting dalam kajian semiotika adalah William Morris, meskipun ia lebih dikenal sebagai tokoh dalam seni dan gerakan Sosialisme, serta kontribusinya pada desain dan seni rupa di Inggris pada abad ke-19. Namun, pemikirannya tentang makna dan simbolisme tetap relevan dalam diskusi mengenai tanda dan makna.

Morris memahami bahwa tanda tidak hanya sekadar objek visual atau elemen yang terlihat, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam dan kompleks. Tanda, dalam pandangan Morris, merupakan perpaduan antara bentuk, fungsi, dan nilai estetikanya. Dia melihat bahwa setiap tanda atau simbol dalam karya seni dan desain memiliki fungsi tertentu yang seharusnya tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga membangkitkan respons emosional dan memengaruhi cara pandang seseorang terhadap keindahan dan makna.

Dalam dunia desain, Morris menekankan pentingnya mengintegrasikan elemen keindahan dan kegunaan. Hal ini sejalan dengan pandangannya bahwa setiap karya yang dibuat, baik itu karya seni, desain interior, atau elemen arsitektur, harus mencerminkan fungsi yang jelas sekaligus makna yang dapat dipahami oleh audiens. Tanda-tanda tersebut bukan hanya simbol kosong, tetapi elemen yang menggugah pemikiran dan mendorong interpretasi yang mendalam.

Secara umum, semiotika tanda menurut William Morris dapat dipahami sebagai konsep di mana tanda-tanda dalam seni dan budaya harus memiliki keseimbangan antara makna dan bentuk. Ini berarti bahwa tanda bukan sekadar alat untuk komunikasi, tetapi cerminan dari nilai, estetika, dan fungsi yang koheren dengan kehidupan manusia. Pemikirannya menekankan bahwa memahami tanda adalah memahami konteks budaya dan sosial di mana tanda itu berada, menjadikannya elemen penting dalam proses memahami makna di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun