Diakhir tahun 2020, Vaksin untuk Covid-19 akhirnya tiba di Indonesia. Sebuah rencana dari Pemerintah untuk memutus rantai virus COVID-19 dan membangkitkan kembali perekonomian Indonesia. Vaksin buatan Bio Farma serta Moderna, Pfizer, Astrazeneca, Sinopharm, hingga nama yang kerap kali kita dengar, Sinovac, akan mengisi nama-nama Vaksin Covid-19 yang akan beredar di Indonesia. Pendistribusian Vaksin sendiri akan dilakukan secara bertahap, mulai dari Pejabat Publik, Pengurus Asosiasi Profesi, Pejabat Daerah, hingga Tokoh Agama.
Banyak sektor, industri, dan pastinya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menyambut baik kedatangan Vaksin Covid-19 ini ke Indonesia. Satu hal yang harus dipahami adalah Vaksin bukanlah obat, melainkan sebuah alat bantu kesehatan untuk pembentukan kekebalan spesifik terhadap virus Covid-19 agar terhindar ataupun tertular yang kemungkinan menyebabkan sakit berat.
Semakin cepat terjadinya kekebalan tubuh masyarakat terhadap Covid-19, maka semakin cepat tingkat perekonomian Indonesia kembali seperti normal, atau bahkan berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Masyarkat akan kembali memiliki kepercayaan untuk berkomunitas. Jika kita berasumsi positif terhadap efek dari Vaksin tersebut, dan penanganan Pandemi semakin cepat dilakukan, kita optimis melihat perkembangan dari perekonomian Indonesia dari berbagai sisi.
Seperti yang kita tahu, perekonomian Indonesia sejak tahun 2020 tepatnya di kuartal II mengalami kontraksi yang cukup dalam, diangka -5,32%. Di saat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan, banyak industri yang pertumbuhan ekonominya minus dan berdampak kepada perekonomian Indonesia secara luas, contohnya sektor Pariwisata, Perhotelan, hingga Infrastruktur.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pada kuartal II 2020 tahun lalu, melakukan realokasi anggaran sebesar Rp500 Miliar untuk sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di dalam masa darurat Covid-19. Sebuah keputusan yang tepat oleh Pemerintah untuk membantu salah satu sektor yang mempunyai efek potensial besar terhadap roda perekonomian Indonesia.
Tujuan di lakukan realokasi anggaran tersebut adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan dampak risiko dari Pandemi Covid-19 terhadap sektor Pariwisata. Seperti yang kita tahu, Penerimaan Devisa, Pendapatan Daerah, Pengembangan Daerah, hingga Penyerapan Investasi sangat berdampak besar dari sektor Pariwisata.
Dampak kontraksi tingkat perekonomian Indonesia semakin nyata, pada sejumlah provinsi yang sangat mengandalkan sektor pariwisata, misalnya seperti Jawa Barat, Bali, hingga Kepulauan Riau. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pertumbuhan ekonomi sektor Pariwisata di Bali, merosot ke angka 10,98% YoY. Jawa Barat dan Kepulauan Riau juga mengalami hal yang sama. Masing-masing diangka 5,98% YoY dan 6,66% YoY.
Oleh karena itu, bisa kita katakan, harapan perekonomian Indonesia akan diletakkan secara penuh, pada Vaksin yang akan didistribusikan nantinya. Semoga proyeksi optimis dari Pemerintah terhadap penggunaan Vaksin Covid-19 ini, akan memberikan hasil yang baik. Seperti yang kita tahu, usaha yang sehat sebenarnya berbanding lurus dengan lingkungan dan masyarakat yang sehat pula.
Maka, berbagai usaha untuk menanggulangi Pandemi Covid-19 ini, patut kita dukung. Baik mulai dari protokol kesehatan 3M (Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak), hingga Vaksinasi kepada masyarakat.
Normalisasi peningkatan perekonomian di proyeksikan berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Setiap negara akan memiliki dampak dan pertumbuhan yang berbeda. Dampak setelah pendistribusian Vaksin Covid-19 ke masyarakat terhadap ekonomi negara akan berbeda, baik dari segi besarnya perubahan ekonomi maupun durasi untuk menunggu perubahannya. Pakar memproyeksikan, untuk negara berkembang akan mengalami perputaran roda ekonomi ke normalisasi pada akhir 2021 dan 2020, sementara negara maju diperkirakan akan merasakan dampak dari Vaksin terhadap Ekonomi negara pada Kuartal III 2021.
Dan itu berdasarkan oleh waktu yang dibutuhkan negara berkembang, lebih lambat untuk menerima Vaksin daripada negara maju. Otomatis akan tetap berpengaruh pada waktu pendistribusiannya. Tidak akan ada pernyataan bahwa semua Masyarakat Indonesia sudah divaksinasi dalam waktu dekat ini. Dalam melakukan distribusi, setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun. Dan selama pendistribusian Vaksin, tetap juga harus menggunakan protokol kesehatan. Hal ini juga mengakibatkan, pendistribusian Vaksin tidak akan dapat berlangsung cepat, begitu juga dengan efeknya.
Setelah membaca hasil pemroyeksian yang bersifat positif, maka bagaimana jika kita melihat dari kacamata yang lain? Pertumbuhan Ekonomi Indonesia nantinya, tidak akan sedrastis pada saat Ekonomi Indonesia merosot jauh seperti awal pandemi. Perputaran Ekonomi Indonesia hanya akan mengembalikan posisi ke semula, sebelum pandemi.
Begitu juga dengan beberapa sektor. Akan ada beberapa sektor yang merasakan “lonjakan” perubahan setelah diberlakukannya Vaksin Covid-19, tetapi ada beberapa sektor juga yang akan tetap berada di posisi stagnan. Tidak dipungkiri, kemungkinan besar sektor Industri akan berdampak pada lonjakan yang lebih tinggi daripada industri yang lain, begitu juga dengan sektor pariwisata. Terutama jika tempat wisata di beberapa daerah akan dibuka, dan pastinya akan tetap menggunakan protokol kesehatan.
Berbicara tentang Vaksin Covid-19 yang seharusnya menjadi sebuah harapan bagi Indonesia untuk membuat roda perekonomiannya kembali berputar dengan baik, sepertinya akan menghadapi satu masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Seperti yang kita tahu, tidak semua jenis orang dan tidak semua umur, dari balita hingga lansia dapat melakukan Vaksinasi ke tubuh mereka.
Banyak khalayak tidak setuju akan adanya kebijakan Pemerintah untuk mewajibkan masyarakat melakukan Vaksinasi. Berawal dari pernyataan tentang masyarakat di atas 59 tahun tidak dapat memakai Vaksin, dikarenakan tes untuk Vaksin Sinovac baru dilakukan untuk jenjang usia 18 tahun sampai 59 tahun. Alasan lain beranggapan bahwa uji klinis Vaksin Sinovac belum rampung, tetapi sudah di impor oleh negara. Banyak pendapat bahwa negara, jangan menjadikan penggunaan wajib Vaksin ini menjadi sebuah ladang berbisnis.
Sebuah pertanyaan kembali mencuat seketika setelah berbicara tentang dampak ke ekonomi negara setelah diberlakukannya Vaksinasi. Akankah Vaksin yang didistribusikan ke masyarakat gratis?
Menurut Ekonom Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, jika Vaksin Covid-19 diberlakukan secara gratis, maka optimisme pemulihan ekonomi akan meningkat. Penggratisan Vaksin dapat dilakukan apabila dianggarkan memakai APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dan realokasi dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang selama ini berkisar diangka Rp700 T.
Cara itu merupakan sebagai bagian dari usaha untuk memulihkan ekonomi dan mendorong kepercayaan masyarakat. Penggratisan Vaksin masih dikategorikan secure bagi negara, karna dari Pemerintah dan wakil rakyat sudah setuju untuk menaikkan Fiscal Deficit kita dengan batas 3%. Melalui data tersebut, bisa dikatakan bahwa hingga 2 sampai 3 tahun ke depan, masih memungkinkan Vaksin ini di-secure secara cuma-cuma ke Masyarakat.
*Lorenzo Telaumbanua & Alexander S. Johan (Mahasiswa dan Dosen President University
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI