Ku bebaskan hatiku untukmu dan siapapun itu
Ku bebaskan fikirku tentangmu dan tentang apapun
Bukan aku menyerah, hanya saja aku sedikit lelah
Terlalu ku paksa diriku untuk mendaki
Menemanimu berpetualang tanpa kau beri aku kesempatan
Untuk berhenti sejenak dan melihat dunia sekitar
Seperti pintamu,
Ku temanimu dalam mendaki
Lelah ? ya, aku lelah
Namun aku tak peduli , karena dipuncak kan ku lihat dunia denganmu
Ku Tanya “masih berapa lama kita mendaki” ?
“sebentar lagi” , jawabmu dengan pasti
Senyum dan semangatku kembali
“baiklah, mari kita daki” ucapku dalam hati
Ratusan atau bahkan ribuan rintangan kita lewati
Sebentar lagi , selangkah lagi dan apalah itu… menjadi motivasi
………………………
Ketika ku abaikan semua rasa ku
Dan ketika ku rasa kita akan sampai
Ternyata kau memilih berhenti sejenak
“kenapa tidak kita lanjutkan mendaki, puncak sudah terlihat. Mereka sudah menunggu” , ucapku
“tunggulah, aku tak ingin membuatmu lebih lelah. Sudah terlalu lama kau mendaki, aku tak ingin menambah luka di tubuhmu…lihatlah” , ucapmu dengan menunjuk bekas luka ku
Ketika semua rasa sudah mati
Dimana aku tak merasa apa pun selain hanya keinginanku sampai di puncak denganmu
Ketika pendaki lain memberi semangat agar kita cepat sampai
Justru kita memilih jalan untuk berhenti
Ketika puncak sudah mulai terlihat
Justru kita mengabaikannya
“lanjutkan…aku tak lelah, aku tak peduli jika akan ada goresan luka ditubuhku. Itu biasa bagi pendaki” , ucapku dengan yakin
“bukankah kamu yang ingin berhenti sejenak, bukankah kamu lelah mendaki? ” ucapmu
Rasanya aku tak ingin menjawab sepatah katapun,
kenapa meminta berhenti ketika perjalanan hampir selesai
aku ingin melihat dunia dari atas puncak denganmu
mengikuti jejak para pendaki yang lain….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H